Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Hj Siti Erma membuka kegiatan penyebaran dan sosialisasi deseminsasi informasi dan komunikasi bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusi (PLDPI) Kalimantan Selatan (Kalsel).
Ia mengatakan, bersyukur Kabupaten HSS mendapatkan kesempatan menerima sosialisasi masalah deseminasi pembelajaran ini, karena ini merupakan kewajiban di dunia pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran dan memberikan perhatian kepada anak-anak dari berbagai kondisi.
"Seperti yang kita tahu bahwa kondisi kondisi anak-anak inikan beragam, maka dari sekolah harus siap, Dinas Pendidikan HSS harus siap dan dengan kita telah menerima informasi terlebih dahulu, maka dalam menyusun program ke depan sebaik-baiknya," katanya, di Aula Disdik setempat, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan dia, tidak semua guru bisa mengajar anak dengan kebutuhan khusus, seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB), dan kondisinya tentu berbeda dari mengajar di sekolah biasa atau umum lainnya.
Baca juga: Disdik HSS persiapkan pembelajaran tatap muka kembali di sekolah
Ada anak yang hiperaktif dan lainnya, akan membutuhkan tenaga dan perhatian yang luar biasa, dan dengan mengikuti kegiatan sosialisasi ini diharapkan membuka wawasan bagaimana mempersiapkannya di Kabupaten HSS, mendukung kegiatan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus.
Pihaknya sangat berterima kasih dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel melalui UPTD PLDPI atas kerjasama ini dan akan terus berlanjut, pihaknya mengharapkan dapat difasilitasi atau program-program yang akan bisa masuk ke HSS.
"Sosialisasi sangat bermanfaat untuk kami, dalam menyiapkan diri agar benar-benar siap, dan mau tidak mau harus siap karena merupakan kewajiban dalam menyediakan layanan disabilitas dan pendidikan inklusi," katanya.
Peserta sosialisasi Suci Rahmini, mengatakan kegiatan ini sangat positif dan bermanfaat bagi para guru, dalam memberikan pelayanan terhadap anak dengan kebutuhan khusus, dan selama ini dari guru mungkin karena tidak memiliki latar belakang lebih kepenanganannya, sehingga mengalami kesulitan.
Menurut dia, kesulitan tersebut karena belum bisa mengetahui anak ini termasuk berkebutuhan khusus atau tidak, dan ke depannya pihaknya akan sampaikan kepada kepala sekolah atau pihak sekolah, terkait hasil dari sosialisasi.
Baca juga: Proses belajar mengajar di HSS disepakati dimulai Januari 2021
"Bahwa sedikit demi sedikit akan kita lengkapi sarana prasarananya, seperti yang disebutkan oleh kepala dinas tadi, misalkan menganggarkan kursi roda atau fasilitas lain yang disesuaikan dengan kemampuan sekolah," katanya.
Peserta sosialisasi lainnya, Hairunnisa, mengatakan banyak pengetahuan yang didapat dari sosialisasi, dan selama ini mengetahui itu hanya dari pihak rumah sakit, seperti dari dokter dan terapis dalam mengawal tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.
Ia jadi lebih tahu dari sumber lain karena baru kali ini mengikuti kegiatan seperti ini, disamping juga memiliki anak berumur dua tahun yang dulu mengalami terlambat berbicara, namun sekarang sudah banyak perkembangan.
"Mengikuti sosialisasi banyak pengetahuan yang diperoleh, sebagai guru maupun sebagai orang tua dari anak didik, bagaimana sistem pengajarannya, kondisi dan metode bermainnya dan lainnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Ia mengatakan, bersyukur Kabupaten HSS mendapatkan kesempatan menerima sosialisasi masalah deseminasi pembelajaran ini, karena ini merupakan kewajiban di dunia pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran dan memberikan perhatian kepada anak-anak dari berbagai kondisi.
"Seperti yang kita tahu bahwa kondisi kondisi anak-anak inikan beragam, maka dari sekolah harus siap, Dinas Pendidikan HSS harus siap dan dengan kita telah menerima informasi terlebih dahulu, maka dalam menyusun program ke depan sebaik-baiknya," katanya, di Aula Disdik setempat, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan dia, tidak semua guru bisa mengajar anak dengan kebutuhan khusus, seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB), dan kondisinya tentu berbeda dari mengajar di sekolah biasa atau umum lainnya.
Baca juga: Disdik HSS persiapkan pembelajaran tatap muka kembali di sekolah
Ada anak yang hiperaktif dan lainnya, akan membutuhkan tenaga dan perhatian yang luar biasa, dan dengan mengikuti kegiatan sosialisasi ini diharapkan membuka wawasan bagaimana mempersiapkannya di Kabupaten HSS, mendukung kegiatan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus.
Pihaknya sangat berterima kasih dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel melalui UPTD PLDPI atas kerjasama ini dan akan terus berlanjut, pihaknya mengharapkan dapat difasilitasi atau program-program yang akan bisa masuk ke HSS.
"Sosialisasi sangat bermanfaat untuk kami, dalam menyiapkan diri agar benar-benar siap, dan mau tidak mau harus siap karena merupakan kewajiban dalam menyediakan layanan disabilitas dan pendidikan inklusi," katanya.
Peserta sosialisasi Suci Rahmini, mengatakan kegiatan ini sangat positif dan bermanfaat bagi para guru, dalam memberikan pelayanan terhadap anak dengan kebutuhan khusus, dan selama ini dari guru mungkin karena tidak memiliki latar belakang lebih kepenanganannya, sehingga mengalami kesulitan.
Menurut dia, kesulitan tersebut karena belum bisa mengetahui anak ini termasuk berkebutuhan khusus atau tidak, dan ke depannya pihaknya akan sampaikan kepada kepala sekolah atau pihak sekolah, terkait hasil dari sosialisasi.
Baca juga: Proses belajar mengajar di HSS disepakati dimulai Januari 2021
"Bahwa sedikit demi sedikit akan kita lengkapi sarana prasarananya, seperti yang disebutkan oleh kepala dinas tadi, misalkan menganggarkan kursi roda atau fasilitas lain yang disesuaikan dengan kemampuan sekolah," katanya.
Peserta sosialisasi lainnya, Hairunnisa, mengatakan banyak pengetahuan yang didapat dari sosialisasi, dan selama ini mengetahui itu hanya dari pihak rumah sakit, seperti dari dokter dan terapis dalam mengawal tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.
Ia jadi lebih tahu dari sumber lain karena baru kali ini mengikuti kegiatan seperti ini, disamping juga memiliki anak berumur dua tahun yang dulu mengalami terlambat berbicara, namun sekarang sudah banyak perkembangan.
"Mengikuti sosialisasi banyak pengetahuan yang diperoleh, sebagai guru maupun sebagai orang tua dari anak didik, bagaimana sistem pengajarannya, kondisi dan metode bermainnya dan lainnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020