Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan serta wujud nyata dalam memberikan manfaat kepada masyarakat, Adaro menyelenggarakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan mengembangkan kewirausahaan berbasis pesantren.
Saat ini dikembangkan di enam Pondok Pesantren (ponpes) di Kalimantan dengan nama program Adaro Santri Sejahtera (PASS).
Salah satunya di Ponpes Nurul Muhibbin Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan.
Ponpes ini sebuah pondok pesantren yang mengunggulkan pendidikan agama dengan mengedepankan skill ahli membaca kitab gundul (kitab tanpa baris).
Nama pondok pesantren Nurul Muhibbin semakin dikenal dan besar beriringan dengan mulai masyhurnya pimpinan pondok tersebut KH Muhammad Bakhit bin Ahmad Mugni (sering disapa Guru Bakhit) yang memiliki ribuan jamaah saat pengajian di majlis taklimnya.
PASS yang dijalankan di ponpes ini diawali dari tahun 2018 dengan kegiatan identifikasi usaha sesuai dengan kebutuhan dan potensi pesantren.
Dan akhirnya terpilihlah usaha budidaya ikan kolam terpal yang dikelola oleh Badan Pengelola Usaha Pesantren (BPUP) yang terbentuk pada 2019.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan 14 buah kolam terpal diameter empat meter dan pada 2020 kegiatan usahanya baru mulai dilakukan dengan menebar 5.000 bibit ikan patin di 5 kolam dan 100 ekor ikan gurami 7.000 bibit ikan papuyu, 2.000 ikan nila dan 2.000 ikan lele.
Usaha budidaya ini memang menggunakan sistem banyak varian ikannya agar sebuah bisnis bisa mendapatakan keuntungan yang banyak.
“Ikan lele, nila dan patin masa panennya berbeda-beda sehingga operasional usaha bisa berjalan dengan baik. Sedangkan untuk usaha besarnya adalah panennya ikan papuyu” tutur Guru Arif selaku ketua BPUP.
Untuk menghemat biaya produksi mereka mengembang biakan magot yang dilakukan langsung oleh kelompok kerja (Pokja).
Secara swadaya, Tim Pokja bergotong - royong membuat kandang untuk lalat BSF serta penampungan untuk magot itu sendiri.
Adapun konsepnya melalui studi banding yang dilakukan pokja didampingi tenaga ahli lokal serta dari YABN ke salah satu petani ikan yang menggunakan pakan alternatif magot.
Magot yang dikembangkan ada dua jenis yakni budidaya magot kering dan basah.
Dengan pakan alternatif magot ini dapat menekan cost production sebanyak 70 persen dibanding menggunakan pakan pellet.
Namun untuk menjaga kestabilan pertumbuhan ikan maka pakan pellet juga masih digunakan sebanyak 30 persen dari total keseluruhan pakan.
“ Dengan konsep budidaya ikan menggunakan pakan alternatif, harapannya pesantren memiliki sebuah usaha dengan keuntungan yang banyak sehingga dapat membantu menopang operasional pesantren yang sangat besar," ungkap PIC program PASS YABN Sam Guntur.
Lebih lanjut Ia mengatakan usaha yang dikembangkan di pesantren ini juga untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship sesuai dengan tujuan utama dari PASS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Saat ini dikembangkan di enam Pondok Pesantren (ponpes) di Kalimantan dengan nama program Adaro Santri Sejahtera (PASS).
Salah satunya di Ponpes Nurul Muhibbin Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan.
Ponpes ini sebuah pondok pesantren yang mengunggulkan pendidikan agama dengan mengedepankan skill ahli membaca kitab gundul (kitab tanpa baris).
Nama pondok pesantren Nurul Muhibbin semakin dikenal dan besar beriringan dengan mulai masyhurnya pimpinan pondok tersebut KH Muhammad Bakhit bin Ahmad Mugni (sering disapa Guru Bakhit) yang memiliki ribuan jamaah saat pengajian di majlis taklimnya.
PASS yang dijalankan di ponpes ini diawali dari tahun 2018 dengan kegiatan identifikasi usaha sesuai dengan kebutuhan dan potensi pesantren.
Dan akhirnya terpilihlah usaha budidaya ikan kolam terpal yang dikelola oleh Badan Pengelola Usaha Pesantren (BPUP) yang terbentuk pada 2019.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan 14 buah kolam terpal diameter empat meter dan pada 2020 kegiatan usahanya baru mulai dilakukan dengan menebar 5.000 bibit ikan patin di 5 kolam dan 100 ekor ikan gurami 7.000 bibit ikan papuyu, 2.000 ikan nila dan 2.000 ikan lele.
Usaha budidaya ini memang menggunakan sistem banyak varian ikannya agar sebuah bisnis bisa mendapatakan keuntungan yang banyak.
“Ikan lele, nila dan patin masa panennya berbeda-beda sehingga operasional usaha bisa berjalan dengan baik. Sedangkan untuk usaha besarnya adalah panennya ikan papuyu” tutur Guru Arif selaku ketua BPUP.
Untuk menghemat biaya produksi mereka mengembang biakan magot yang dilakukan langsung oleh kelompok kerja (Pokja).
Secara swadaya, Tim Pokja bergotong - royong membuat kandang untuk lalat BSF serta penampungan untuk magot itu sendiri.
Adapun konsepnya melalui studi banding yang dilakukan pokja didampingi tenaga ahli lokal serta dari YABN ke salah satu petani ikan yang menggunakan pakan alternatif magot.
Magot yang dikembangkan ada dua jenis yakni budidaya magot kering dan basah.
Dengan pakan alternatif magot ini dapat menekan cost production sebanyak 70 persen dibanding menggunakan pakan pellet.
Namun untuk menjaga kestabilan pertumbuhan ikan maka pakan pellet juga masih digunakan sebanyak 30 persen dari total keseluruhan pakan.
“ Dengan konsep budidaya ikan menggunakan pakan alternatif, harapannya pesantren memiliki sebuah usaha dengan keuntungan yang banyak sehingga dapat membantu menopang operasional pesantren yang sangat besar," ungkap PIC program PASS YABN Sam Guntur.
Lebih lanjut Ia mengatakan usaha yang dikembangkan di pesantren ini juga untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship sesuai dengan tujuan utama dari PASS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020