Sebanyak 70 pasien positif COVID-19 di Daerah Otonomi Xinjiang, China, telah meninggalkan rumah sakit setelah selesai menjalani perawatan.

Selain itu terdapat 286 orang tanpa gejala juga rampung menjalani observasi medis.

"Ini semua karena kami telah mengambil tindakan-tindakan yang tepat dalam mengendalikannya," kata Direktur Komisi Kesehatan Daerah Otonomi Xinjiang, Mutalip Rozi, menjawab pertanyaan ANTARA Beijing dalam konferensi pers terbatas, Rabu (18/11) malam.

Xinjiang, khususnya di Kota Kashgar, mendapat serangan COVID-19 susulan sejak 24 Oktober, dengan ditemukannya kasus positif pada seorang gadis yang kedua orang tuanya bekerja di pabrik tekstil setempat.



Sejak ditemukannya kasus itu, sekitar 4,7 juta jiwa warga Kashgar menjalani tes usap. Tes tersebut juga dilakukan secara massal di Urumqi, Ibu Kota Xinjiang.

Dalam kesempatan itu Mutalip mengklaim bahwa pelayanan kesehatan masyarakat di daerahnya sangat memadai.

Klaim tersebut dilengkapi dengan testimoni beberapa warga yang menerima pelayanan kesehatan di daerah otonomi yang berbatasan langsung dengan Mongolia, Rusia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan India itu.

Pemerintah China telah mengalokasikan 27 miliar yuan atau sekitar Rp58 triliun untuk mendanai sektor kesehatan di Xinjiang.

Selain itu ada 19 pemerintah provinsi dan pemerintah kota setingkat provinsi di China juga memberikan bantuan pendanaan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan di Xinjiang senilai 5,9 miliar yuan (Rp12,6 triliun). 
 

Pewarta: M. Irfan Ilmie

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020