Takdir memang tak bisa dilawan tetapi nasib bisa ditentukan oleh sebuah perjuangan dalam hidup, itulah yang dirasakan oleh Akhmad Iskandar yang kini sebagai Kepala Biro (Karo)  Umum dan Keuangan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

Anak seorang sopir bersaudara sebelas orang tersebut sudah merasakan pahit getir sebuah kehidupan, lantaran orang tuanya yang miskin nyaris tak bisa membiayai belasan anak, termasuk Akhmad Iskandar sendiri, khususnya untuk biaya sekolah.

Akhmad Iskandar yang lahir Banjarmasin, 9 Desember 1965 tersebut, mengaku pernah merasa sedih hati karena saat kelulusan di SMAN 1 Banjarmasin, pihak sekolah menahan ijazah karena uang SPP menunggak tiga bulan.

Lulus SMA lelaki yang kini beristerikan Sri Rusdiana dengan tiga anak ini tak bisa melanjutkan ke bangku kuliah lantaran minim biaya, keputusannya harus melamar kerjaan.

Tetapi saat itu sudah menghamburkan banyak lamaran tetapi tak juga memperoleh kerjaan, akhirnya bekerja pada sebuah aktivitas yang tak memerlukan sebuah arti ijazah, yakni penjaga toko besi sekaligus buruh angkut di kawasan Pasar Lima. 

Tak tanggung-tanggung tujuh tahun bergelut dengan tumpukan besi di kawasan yang aktivitas buruh rendahan itu, "Walau berada di lingkungan yang keras tetapi banyak hikmah yang diperoleh saat jadi buruh tersebut," tutur penyandang gelar S2 bidang pendidikan ini.

"Saat jadi buruh saya dititipi uang Rp5 juta oleh sesorang yang baru dikenal, orang itu minta belikan seng bekas keperluan membangun gudang. Lalu saya bertanya kepada orang itu, percaya sajakah bapak kepada saya menitipkan uang ini padahal kita baru kenal," tutur Akhmad Iskandar mengenang masa lalu.

Lalu bapak itu berkata percaya saja semoga kamu jujur, karena kejujuran itu yang membuat hidup berkah dan sukses.

"Kata-kata "jujur" itu yang menginspirasi saya dalam setiap langkah kehidupan," kata lelaki ganteng yang tinggal di Jalan Sultan Adam depan SMA 5 No 74 Banjarmasin tersebut. 

Walau gaji nya pas pasan sebagai buruh tetapi keinginan untuk kuliah terus bergelora. Tak setahu orang tuanya, berbagi waktu saat jadi buruh Akhmad Iskandar melanjutkan kuliah Diploma III  studi ilmu sejarah.

Ia pernah berkhayal jadi sarjana pertanian, bahkan juga pernah bercita cita jadi ahli hukum, tetapi itu hanya khayalan, tapi ingat pesan orang tua yang penting berguna dan bermanfaat bagi banyak orang.

Setelah lulus Diploma lalu melamar untuk menjadi guru tetapi tak diterima, akhirnya setelah berhenti jadi buruh bekerja sebagai pesuruh (tukang buatkan air teh) di lingkungan ULM Banjarmasin.
Akhmad Iskandar dan keluarga
Setelah ada pormasi penerimaan pegawai di ULM, iapun melamar walau hanya menggunakan ijazah SMA dan diterima, lalu bekerja pembantu bendahara (tukang ketik) setelah bekerja sekian lama tak setahu dirinya ia didaftarkan oleh seorang dosen untuk melanjutkan S1 dan lulus kemudian melanjutkan ke S2 manajemen pendidikan dan lulus pula.

Dalam perjalanan karir di ULM, tutur pemilik restauran Pindang 5 Jalan Sultan Adam ini, pernah jadi Kasubag, Kabag, kemudian setelah lelang jabatan kepala biro dari lima pelamar maka dirinya yang berhasil.

Ketika ditanya  mengenai obsesi, ia menyebut ingin mengangkat harkat martabat perguruan tinggi ULM agar lebih terkenal, dengan membuat proyek perubahan, unggul lingkungan lahan basah, membangun arboretum lahan basah, agar nantinya ULM menjadi pusat pengembangan lahan basah dunia, 


 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020