Banjarmasin,  (AntaranewsKalsel) - Kerbau rawa kehilangan tempat berkubang karena danau yang biasa dimanfaatkan kerbau rawa untuk berkubang mengering disebabkan kemarau panjang yang melanda Provinsi Kalimantan Selatan, sehingga kerbau-kerbau terpaksa "mengambil alih" sungai yang biasa dimanfaatkan masyarakat.


Salah seorang warga Utuh Hamsi di Desa Sapala Kecamatan Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara, Senin mengatakan, pada musim kemarau kerbau kalang yang banyak dipelihara warga tidak lagi bisa berkubang

Masyarakat di Desa Sapala Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan, terpaksa beralih mandi menggunakan air sumur karena air sungai di desa mereka kondisinya keruh akibat bercampur air bekas kubangan kerbau kalang yang dipelihara warga.

Kerbau kalang adalah hewan ternak khas Kalimantan Selatan yang merupakan plasma nuftah yang keberadaannya dilindungi undang-undang, jenis hewan itu paling banyak dipelihara masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), khususnya di Kecamatan Paminggir.

Utuh Hamsi mengatakan dimusim kemarau kerbau kalang yang banyak dipelihara warga tidak lagi bisa berkubang di danau karena air kering selama musim kemarau.

"Jadi kerbau kini berkubang dialiran sungai dekat pemukiman warga sehingga air keruh dan banyak warga beralih mandi menggunakan air sumur," katanya.

Hamsi mengatakan, biasanya warga mandi disungai sedangkan air sumur hanya digunakan untuk konsumsi air minum.

Kekeringan yang melanda kawasan Kecamatan Paminggir yang wilayahnya dikelilingi hamparan rawa yang mengakibatkan ternak kerbau beralih berkubang di aliran sungai.

Padahal, kata Hamsi sungai itu satu-satunya aliran sungai yang biasanya dimanfaatkan warga untuk mandi dan mencuci pakaian hingga peralatan dapur.

"Kini warga beralih mandi pakai air sumur yang disedot pakai mesin" terangnya.

Kepala Desa Sapala Isnaini mengatakan, kondisi air sungai keruh karena kini menjadi kubangan kerbau. Aparat desa tidak bisa melarang peternak karena air danau mengering.

Menurut dia, persoalan yang sama juga dialami warga desa lain di Kecamatan Paminggir seperti Desa Sapala, Desa Paminggir dan Paminggir Seberang.

Setiap beberapa kilometer aliran sungai dijumpai ternak kerbau yang berkubang, katanya.

"Untungnya didesa kami sudah ada program Pansimas berupa penyedotan air sumur menggunakan mesin yang disimpan di tong air sebelum dialirkan kerumah-rumah warga," kata isnaini.

Keberadaan lima buah tong air bantuan Pansimas dirasa masih belum mencukupi untuk mengalirkan air sumur kepemukiman warga.

"Sumurnya sudah kita bor, demikian pula pipa dan tong sudah tersedia tersisa mesin penyedotnya yang belum tiba" terangnya.

Dijelaskan jika Desa Sapala bersama desa lainnya di kecamatan Paminggir memang termasuk kawasan terpencil dimana layanan air bersih PDAM dari Kota Amuntai belum bisa menjangkau kawasan ini.

Untuk konsumsi air minum warga mengandalkan air sumur yang kualitasnya dibawah standar air bersih karena berdasarkan hasil uji petugas Puskesmas Kecamatan paminggir kondisi air sumur yang diambil dari dalam tanah rawa cukup banyak mengandung jenis bakteri dan kuman.

"Bahkan jika didiamkan beberapa hari airnya bisa berubah agak menghitam," tutur Isnaini.

Meski demikian, katanya, warga tidak menggunakan potas untuk menjernihkannya asalkan direbus sampai matang air sumur tersebut cukup aman untuk dikonsumsi.

"Meski kondisi air sungai keruh namun tidak ada keluhan warga kami yang menderita penyakit kulit yang serius" kata Isnaini.

Pewarta: ulul maskuriah

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014