Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah II Kalimantan Mokhamad Dadi Aryadi mengatakan, melemahnya ekonomi Tiongkok mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan.


Menurut Dadi, di Banjarmasin, Selasa, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan II 2014 mengalami perlambatan menjadi 4,89 persen, angka tersebut turun dibandingkan pada triwulan pertama yang mencapai 5,50 persen.

"Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Kalsel tersebut terjadi karena menurunnya kinerja sektor pertambangan dan sektor perdagangan, yang dipengaruhi oleh sentimen negatif dari pelemahan perekonomian Tiongkok yang tengah mengalami proses "rebalancing," katanya.

Kondisi tersebut diperparah, dengan meningkatnya impor dari berbagai negara yang masuk ke berbagai daerah di Indonesia.

Bila dilihat perkembangan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tersebut, tambah Dadi, perekonomian pada triwulan III 2014, diperkirakan masih mengalami kondisi tidak jauh berbeda dengan triwulan sebelumnya.

"Pengaruh eksternal atau dari luar, masih cukup besar mendominasi kemungkinan perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalsel," katanya.

Menurut Dadi, pihaknya memperkirakan, pada triwulan III ini, pertumbuhan ekonomi Kalsel, masih berkisar antara 4,6 persen hingga 5,0 persen.

Pernyataan tersebut disampaikan Dadi, pada diseminasi kajian ekonomi regional (KER) tentang perekonomian Kalsel triwulan II yang mengalamo perlambatan.

Terkait inflasi, kata dia, inflasi Kalsel pada triwulan II lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 4,88 persen menjadi 6,83 persen.

Inflasi tersebut didorong oleh sektor makanan atau volatile food seperti dagaing ayam ras, akibat kebijakan pemerintah dalam pembatan bibit ayam atau "day old chic" (DOD), peningkatan harga beras dan bumbu-bumbuan akibat permasalah pasokan.

Pada triwulan III tambah Dadi, inflasi diperkirakan akan kembali pada kisaran target nasional yaitu 4,5 plus minus satu, seiring dengan hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi yang terjadi pada pertengahan 2013.

Selain itu, juga dipengaruhi oleh terkendalinya inflasi disebabkan lancarnya pasokan komiditas pangan strategis diakhir tahun.

"Namun demikian, potensi kenaikan inflasi masih mungkin terjadi, denagn adanya rencana pemerintah untuk meningkatkan harga BBM bersubsidi ataupun pembatasan pasokan BBM bersubsidi," katanya.

  Hadir pada acara KER tersebut adalah Kadin, Asosiasi, Perbankan, akademisi, Pemerintah Proivinsi Kalimantan Selatan dan beberapa pihak terkait.   

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014