Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Seorang guru besar di Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Prof Dr Ir HM Arif Soendjoto mengungkapkan burung manyar sejak tiga tahun belakangan ini hidup dan berkembang di wilayah Kalimantan Selatan.
Hal tersebut diungkapkannya HM Arif Soendjoto saat menjadi pembicara dalam seminar lingkungan yang diselenggarakan Biodiversitas Indonesia Kalimantan di ruang Sasangga Banua kantor Gubernur Kalsel, Banjarmasin, Sabtu.
Padahal katanya, sebelumnya, jenis burung tersebut hanya terdapat di Pulau Jawa dan Bali, belum pernah dilaporkan hidup di luar dari kawasan tersebut di atas.
Burung manyar tersebut kini banyak berkembang di daerah Aluh-Aluh, Handi Gayam, Tatah Pemangkih Kabupaten Banjar, beberapa wilayah Kabupaten Barito Kuala, beberapa wilayah Kabupaten Tanah Laut.
Ia memperkirakan, burung tersebut berada di daerah ini karena di bawa para pedagang burung dari Pulau Jawa dan biasanya melalui masuk ke Kalsel melalui laut, yakni daerah Aluh-aluh.
Mungkin ada yang lepas dari para pedagang burung tersebut akhirnya burung tersebut berkembang biak, bahkan sekarang ini populasinya cukup berkembang hingga menjadi hama padi masyarakat setempat.
Beberapa masyarakat setempat ketika ditanya, kata guru besar ini, mengakui dahulunya tak pernah melihat jenis burung tersebut, dan hanya muncul sekitar tiga tahun belakangan ini saja.
Inilah namanya perubahan alam, tambahnya seraya menyebutkan pula selain munculnya populasi jenis burung baru tetapi tak sedikit pula populasi burung setempat yang kian hilang lantaran habitatnya yang rusak.
Ia mencontohkan, ada burung lokal setempat yang khas yakni burung enggang yang dahulu banyak hidup berkembang di hutan kini susah sekali menemukan burung tersebut, lantaran hutan di Kalsel banyak yang rusak.
"Dahulu jika terdapat burung enggang lagi terbang di udara mudah diketahui karena kepak sayapnya berbunyi nyaring," katanya.
Tetapi sekarang susah sekali menemukan burung tersebut, dan itu sangat disayangkan karena merupakan burung endemik Kalimantan.
"Kalau ditemukan masih terdapat burung enggang berarti, hutan kawasan itu masih baik, sebaliknya jika di suatu wilayah terdapat burung kutilang pertanda daerah tersebut sudah terbuka, sebaliknya jika ada di suatu wilayah burung gereja berarti wilayah tersebut sudah menjadi pemukiman," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014
Hal tersebut diungkapkannya HM Arif Soendjoto saat menjadi pembicara dalam seminar lingkungan yang diselenggarakan Biodiversitas Indonesia Kalimantan di ruang Sasangga Banua kantor Gubernur Kalsel, Banjarmasin, Sabtu.
Padahal katanya, sebelumnya, jenis burung tersebut hanya terdapat di Pulau Jawa dan Bali, belum pernah dilaporkan hidup di luar dari kawasan tersebut di atas.
Burung manyar tersebut kini banyak berkembang di daerah Aluh-Aluh, Handi Gayam, Tatah Pemangkih Kabupaten Banjar, beberapa wilayah Kabupaten Barito Kuala, beberapa wilayah Kabupaten Tanah Laut.
Ia memperkirakan, burung tersebut berada di daerah ini karena di bawa para pedagang burung dari Pulau Jawa dan biasanya melalui masuk ke Kalsel melalui laut, yakni daerah Aluh-aluh.
Mungkin ada yang lepas dari para pedagang burung tersebut akhirnya burung tersebut berkembang biak, bahkan sekarang ini populasinya cukup berkembang hingga menjadi hama padi masyarakat setempat.
Beberapa masyarakat setempat ketika ditanya, kata guru besar ini, mengakui dahulunya tak pernah melihat jenis burung tersebut, dan hanya muncul sekitar tiga tahun belakangan ini saja.
Inilah namanya perubahan alam, tambahnya seraya menyebutkan pula selain munculnya populasi jenis burung baru tetapi tak sedikit pula populasi burung setempat yang kian hilang lantaran habitatnya yang rusak.
Ia mencontohkan, ada burung lokal setempat yang khas yakni burung enggang yang dahulu banyak hidup berkembang di hutan kini susah sekali menemukan burung tersebut, lantaran hutan di Kalsel banyak yang rusak.
"Dahulu jika terdapat burung enggang lagi terbang di udara mudah diketahui karena kepak sayapnya berbunyi nyaring," katanya.
Tetapi sekarang susah sekali menemukan burung tersebut, dan itu sangat disayangkan karena merupakan burung endemik Kalimantan.
"Kalau ditemukan masih terdapat burung enggang berarti, hutan kawasan itu masih baik, sebaliknya jika di suatu wilayah terdapat burung kutilang pertanda daerah tersebut sudah terbuka, sebaliknya jika ada di suatu wilayah burung gereja berarti wilayah tersebut sudah menjadi pemukiman," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014