Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Sebanyak 87 anak di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan, terdeteksi mengidap penyakit kaki gajah atau filariasis yang jika tidak diobati jangka panjang mengakibatkan pembengkakan sejumlah anggota tubuh dan kecacatan.


Kasi Pemberantasan Penyakit dari Dinas Kesehatan setempat Muhammad Yuta Wijaya di Amuntai, Kamis mengatakan data ini berdasarkan hasil uji sampel darah yang di ambil dari 1434 murid SD di 13 kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara oleh petugas kesehatan dan hasilnya 87 anak positif mengidap filariasis.

Jumlah penderita kaki gajah ini dipastikaan lebih banyak lagi, karena penularan bibit cacing filariasis dari tubuh penderita ditularkan melalui gigitan nyamuk.

Yuta mengatakan, Dinkes secara berkala hampir setiap tahun melakukan pengobatan penyakit kaki gajah ini, setelah sebelumnya melakukan survei penilaian penularan (Transmission Assesment Survei/ TAS) untuk mengetahui ada tidaknya penularan penyakit ini di masyarakat.

"Sejak ditemukan penderita kaki gajah di HSU pada 2004, di mana waktu itu sebanyak 13 warga positif mengidap panyakit ini, bahkan diantaranya sudah mengalami bengkak tangan dan kaki, maka atas intruksi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setiap tahun Dinas Kesehatan HSU melakukan pengobatan secara massal," ujar Yuta.

Meski demikian, pengobatan ini tidak menjamin penderita Filariasis tidak ada lagi, buktinya pada 2012, petugas kesehatan kembali menemukan warganya yang mengidap penyakit kaki gajah.

Yuta menduga, pengidap Filariasis yang masih ada ini dahulunya sewaktu masih bayi dan balita tidak sempat diberikan obat pencegahan yag dibagikan.

Dengan intruksi Kemenkes, kata Yuta program Pemberian Obat Masa Pencegahan (POMP) Filariasis kembali dilaksanakan di Kabupaten HSU.

"Insya Allah pemberian obat secara massal dan gratis kepada seluruh warga masyarakat akan dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan di kota kecamatan dan desa pada Oktober nanti," katanya.

Tidak ketinggalan obat ini juga akan diminumkan kepada seluruh anak Taman Kanak-kanak dana PAUD dalam bentuk puyer untuk mencegah munculnya penderita penyakit ini di masa mendatang.

Pelaksanaan pemberiaan obat baru bisa dilaksanakan awal Oktober disebabkan drop obat dari Kemenkes, baru tiba di HSU pada awal September 2014.

Disebutkan, petugas kesehatan akan datang kerumah-rumah warga untuk membagikan tiga jenis obat, yakni Obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dosis 100 mg dan Albendazole 400 mg. Sedang satu obat lagi yakni Paracetamol untuk mengatasi efek samping dari mengkonsumsi kedua obat tersebut.

"Bagi warga yang merasa belum mendapat pembagian obat silakan meminta langsung ke Puskesmas terdekat di tiap kecamatan," imbuhnya.

Yuta meminta warga untuk tidak menyepelekan mengkonsumsi obat pencegah berkembangnya bibit penyakit Filariasis ini karena gejala penyakit yang timbul sesudah terjangkit bibit cacing Filariasis melalui nyamuk tidak begitu terlihat di awal tertularnya.

"Jika pun muncul gejala, biasanya berupa demam biasa dan terasa ada benjolan pada pangkal lengan dana paha, terkadang jika tidak fokus memeriksa kearah gejala itu, dokter pun tidak menyadari bahwa pasien mengidap penyakit kaki gajah," terang Yuta.

Meski tidak menimbulkan kematian, namun penderita Filariasis yang sudah akut akan mengalami cacat berupa pembengkakan kaki, tangan, alat kelamin, payudara pada wanita sehingga tidak bisa beraktivitas normal.

"Akibat berkembangbiaknya cacing Filariasis ini pada saluran getah bening hingga menyumbatnya mengakibatkan pembengkakan anggotaa tubuh" jelasnya.

Namun Yuta mengingatkan agar Ibu hamil dan menyusui sertaa anak di bawah usia 2 tahun agar jangan sampai ikut mengkonsumsi obat yang dibagikan nanti. Selain itu sangat dianjurkan mengkonsumsi obat pada malam hari karena hasilnya lebih efektif membunuh bibit cacing Filariasis.

Pembagian obat Filariasis ini dilakukan Dinkes HSU dalam dua tahapan, sesudahnya kembali dilakukan TAS kedua untuk memastikan penularan bibit cacing vilariasis sudah tidak ada lagi.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014