Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) melaksanakan dialog publik bertema "Bela negara dalam rangka mencegah komunisme, radikalisme dan terorisme yang diikuti 51 orang peserta, bertempat di Aula Pondok Pesantren Al Baladul Amin, Kecamatan Telaga Langsat.

Ketua Pengurus Cabang (PC) Nahdatul Ulama (NU) HSS, Diny Mahdany, di Telaga Langsat, Sabtu (26/9), mengatakan Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya.

"Persatuan dan kesatuan harus terus dijaga, guna mewujudkan Indonesia yang damai dan berdaulat. Untuk mewujudkan hal tersebut, faktor yang harus diwujudkan diantaranya adalah pemahaman agama yang benar," katanya. 

Dijelaskan dia, perlu selalu berhati-hati saat memilih atau mengikuti kelompok yang mengatasnamakan agama, dikhawatirkan tidak jelas dan pada akhirnya akan terjerumus kepada paham lain, seperti komunisme, radikalisme maupun terorisme.
 
Dandim Kandangan, Letkol Arm Dedy Soehartono sampaikan materi (Antarakalsel/Fathur/Ist)

Baca juga: Bertemu dengan Bupati HSS, PCNU sampaikan program kerja

Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa Indonesia harus bisa membentengi diri agar tidak mudah terpengaruh oleh paham tersebut. Strategi untuk mencegah agar seseorang tidak mudah terkena paham komunisme, radikalisme dan terorisme, antara lain meminimalisisr kesenjangan sosial.

Selain itu, juga menjaga persatuan dan kesatuan, menyaring informasi yang diperoleh dan berperan aktif dalam melaporkan adanya bahaya komunisme, radikalisme dan terorisme. 

"Perlu adanya peran dari pemerintah, ulama, tokoh masyarakat, ormas dan media untuk ikut menangkal bahaya komunisme, radikalisme dan terorisme dengan memberikan pemahamanan nilai-nilai Pancasila serta terus menjaga keberagaman demi tercipta stablitas keamanan bangsa dan negara Indonesia," katanya.

Dandim Kandangan, Letkol Arm Dedy Soehartono, mengatakan radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan, penyebabnya adalah adalah ketidakadilan, diskriminasi, sifat tercela dan lainnya.  

Menurut dia, lahirnya radikalisme bisa disebabkan kemiskinan, kedangkalan pengetahuan, dan lingkungan atau cara bergaul yang salah, sasarannya adalah para generasi muda atau kalangan milenial, lembaga pendidikan dan tempat ibadah.

Untuk menangkal hal tersebut hindari konten-konten yang berbau radikal dan filter informasi yang masuk. Begitupun perlu menjadi perhatian adalah munculnya kebangkitan kelompok radikal kiri yang berideologi komunis.
 
Dialog publik Ansor HSS bertema "Bela negara untuk cegah paham komunis, radikal dan teroris" (Antarakalsel/Fathur/Ist)


Baca juga: Video - Wujudkan visi misi bangun daerah, Bupati HSS ajak NU berperan

"Bangkitnya ideologi komunis dengan cara menyusup ke berbagai lini, seperti ormas, partai dan lainnya, perlu peran aktif semua kalangan, terutama dalam deteksi dini guna mewaspadai munculnya gerakan radikal, seperti komunisme, radikalisme dan terorisme," katanya.

Upaya menangkal komunisme, radikalisme, dan terorisme dengan cara memberikan pemahaman masyarakat dengan pendidikan, termasuk pendidikan keislaman, semakin luas pemahaman maka kebijakannya bermasyarakat semakin baik dan wawasan keagamaan juga harus sesuai dengan nilai kebangsaan.

Ditambahkan dia, TNI dan Polri bersinergi akan menindak dengan tegas apabila ada kelompok yang akan merusak, mengacaukan keamanan bangsa Indonesia maupun yang mau merubah ediologi Pancasila. 

Turut hadir, Ketua Pengurus Wilayah (PW) GP Ansor Provinsi Kalsel Teddy Suryana, Ketua PC Ansor HSS Norzaini Rahman, Forkopincam Telaga Langsat, Pengurus PC NU HSS, PC PMII Kandangan, pengurus Ansor/Baser HSS, Santri Pondok Pesantren Al Baladul Amin dan undangan lainnya.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020