Yaysan Rahim Bumi berupaya mengembangkan berbagai industri dari alam seperti pengembangan kerajinan berbahan baku purun terutama di daerah Desa Gambut di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Balangan.
Manager Program Yayasan Rahim Bumi Farid Wajidi di Amuntai Kamis mengatakan, upaya pengembangan kerajinan berbahan baku purun juga sebagai upaya untuk melestarikan tanaman khas gambut tersebut.
Menurut Farid, pihaknya memberikan perhatian pada tanaman purun sebagai untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Menurut dia, tanaman purun merupakan tanaman yang cukup penting untuk menjaga gambut dalam kondisi bagus. Tanaman yang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai kerajinan tersebut, menjadi salah satu indikator rusak atau tidaknyalahan gambut.
"Bila purun rusak atau sudah punah maka artinya lahan gambut mengalami kerusakan," kata Farid saat memberikan sambutan pada pelatihan pengembangan purun selama tiga hari (22-24 September 2020) di desa Banjang, Hulu Sungai Utara.
Farid mengungkapkan, sebagai upaya melestarikan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat desa gambut, pihaknya mengadakan pelatihan pembuatan purun sebagai bahan baku seotan.
Pelatihan purun merupakan bagian dari serangkaian pelatihan untuk penguatan kelompok pengrajin di Desa Peduli Gambut.
"Kami akan melestarikan tradisi terhadap purun, nenek moyang kita menunjukkan krativitasnya terhadap purun dengan menghasilkan karya seni purun. Saat ini, dunia khawatir terhadap produk plastik dan mulai kembali ke produk ramah lingkungan," katanya.
Bahkan beberapa kafe di Jakarta dan Bali mengharamkan sedotan plastik.Tas-tas plastik dikurangi, sehingga tas purun menjadi penting.
Dalam pelatihan yang diikuti 20 orang peserta tersebut, warga belajar membuat sedotan dari purun, karena sedotan dari plastik, menyumbangkan sampah yang menumpuk dan merusak tanah ataupun air.
Ke 20 orang tersebut berasal dari empat desa, desa di kabupaten Hulu Sungai Utara yaitu desa, Darussalam, Sungai Namang, Palukahan, Banjang dan dua desa di kabupaten Balangan yaitu Teluk Karya dan Banua Hanyar.
Pelatihan diberikan oleh ahli anyaman Sofianoor pemilik galeri anyaman di Desa Banua Hanyar di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Sofianor mengajak, para peserta untuk menjadikan purun sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi.
Sehingga, seluruh masyarakat akan sungguh-sungguh merawat dengan baik lahan gambut tempat tumbuh suburnya tanaman purun tersebut.
"Di Hulu Sungai ini memiliki kualitas purun yang baik , untuk sedotan membutuhkan purun yang bagus dan segar," katanya.
Selain menjadi sedotan, sisa potongan sedotan akan dibuat wadah pernak pernik atau lainnya, sehingga tiddak ada bahan yang terbuang.
Sekilas pengerjaannya mudah, namun perlu ketelitian dan pemilahan bahan baku yang sangat ketat.
Dia juga berharap kepada peserta untuk memperhatikan kualitas produk , agar tidak mengecewakan konsumen. Untuk itu, peserta perlu memperhatikan dengan cermat dan teliti.
Selain warga, pemerintah daerah diharapkan juga memperhatikan budidaya purun sebagai salah satu upaya memanfaatkan lahan gambut yang kurang diperhatiakan dan dilindungi dan juga melestarikan tradisi anyaman di wilayah Kalimantan Selatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Manager Program Yayasan Rahim Bumi Farid Wajidi di Amuntai Kamis mengatakan, upaya pengembangan kerajinan berbahan baku purun juga sebagai upaya untuk melestarikan tanaman khas gambut tersebut.
Menurut Farid, pihaknya memberikan perhatian pada tanaman purun sebagai untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Menurut dia, tanaman purun merupakan tanaman yang cukup penting untuk menjaga gambut dalam kondisi bagus. Tanaman yang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai kerajinan tersebut, menjadi salah satu indikator rusak atau tidaknyalahan gambut.
"Bila purun rusak atau sudah punah maka artinya lahan gambut mengalami kerusakan," kata Farid saat memberikan sambutan pada pelatihan pengembangan purun selama tiga hari (22-24 September 2020) di desa Banjang, Hulu Sungai Utara.
Farid mengungkapkan, sebagai upaya melestarikan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat desa gambut, pihaknya mengadakan pelatihan pembuatan purun sebagai bahan baku seotan.
Pelatihan purun merupakan bagian dari serangkaian pelatihan untuk penguatan kelompok pengrajin di Desa Peduli Gambut.
"Kami akan melestarikan tradisi terhadap purun, nenek moyang kita menunjukkan krativitasnya terhadap purun dengan menghasilkan karya seni purun. Saat ini, dunia khawatir terhadap produk plastik dan mulai kembali ke produk ramah lingkungan," katanya.
Bahkan beberapa kafe di Jakarta dan Bali mengharamkan sedotan plastik.Tas-tas plastik dikurangi, sehingga tas purun menjadi penting.
Dalam pelatihan yang diikuti 20 orang peserta tersebut, warga belajar membuat sedotan dari purun, karena sedotan dari plastik, menyumbangkan sampah yang menumpuk dan merusak tanah ataupun air.
Ke 20 orang tersebut berasal dari empat desa, desa di kabupaten Hulu Sungai Utara yaitu desa, Darussalam, Sungai Namang, Palukahan, Banjang dan dua desa di kabupaten Balangan yaitu Teluk Karya dan Banua Hanyar.
Pelatihan diberikan oleh ahli anyaman Sofianoor pemilik galeri anyaman di Desa Banua Hanyar di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Sofianor mengajak, para peserta untuk menjadikan purun sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi.
Sehingga, seluruh masyarakat akan sungguh-sungguh merawat dengan baik lahan gambut tempat tumbuh suburnya tanaman purun tersebut.
"Di Hulu Sungai ini memiliki kualitas purun yang baik , untuk sedotan membutuhkan purun yang bagus dan segar," katanya.
Selain menjadi sedotan, sisa potongan sedotan akan dibuat wadah pernak pernik atau lainnya, sehingga tiddak ada bahan yang terbuang.
Sekilas pengerjaannya mudah, namun perlu ketelitian dan pemilahan bahan baku yang sangat ketat.
Dia juga berharap kepada peserta untuk memperhatikan kualitas produk , agar tidak mengecewakan konsumen. Untuk itu, peserta perlu memperhatikan dengan cermat dan teliti.
Selain warga, pemerintah daerah diharapkan juga memperhatikan budidaya purun sebagai salah satu upaya memanfaatkan lahan gambut yang kurang diperhatiakan dan dilindungi dan juga melestarikan tradisi anyaman di wilayah Kalimantan Selatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020