Persatuan Anggrek Indonesia Kalimantan Selatan menanam 500 rumpun anggrek di Taman Hutan Rakyat Banjarbaru  sebagai upaya mengembalikan beberapa jenis anggrek yang hampir hilang.

Sekretaris PAI Kalsel Julianto di Banjarmasin, Minggu (24/4), mengatakan, penanaman anggrek khas Kalsel tersebut dilakukan sejak 2010 hingga 2011.

"Pada 2010 sebanyak 300 rumpun anggrek khas Kalsel telah ditanam di Tahura dan kini sudah tumbuh dengan baik," katanya.

Sisanya, kata dia, sebanyak 200 rumpun yang terdiri atas 150 anggrek silang asli Indonesia atau "dendrobium hybrid" dan 50 rumpun yang terdiri atas anggrek pandan (cymbidium) dan anggrek kuku macan (aerides odoratum) merupakan khas anggrek pegunungan meratus, ditanam di lokasi yang sama pada Sabtu (23/4).

Penanaman anggrek tersebut, kata dia, dilakukan sebagai salah satu kegiatan gerakan anggrek Indonesia.     
    "Karena itu, seluruh anggrek yang ditanam merupakan anggrek khas Indonesia yang berasal dari beberapa daerah, kendati sebagian besar merupakan anggrek lokal Kalsel," katanya.

Selain di Tahura, gerakan anggrek Indonesia juga menanam di sepanjang pinggir kota di Banjarmasin, perkantoran, sekolah dan di beberapa lokasi fasilitas umum lainnya yang memungkinkan anggrek tersebut bisa hidup dengan baik.

Penanaman anggrek secara besar-besaran tersebut dilakukan, kata dia, selain untuk menyelamatkan bunga khas Kalsel, juga untuk menanamkan kecintaan warga Banua terhadap potensi kekayaan alam di daerah ini.

"Bila seluruh masyarakat sudah mencintai seluruh kekayaan yang dimiliki, secara otomatis mereka juga akan mencintai lingkungannya," katanya.

Menurut dia,  saat ini 10 jenis anggrek Kalsel dinyatakan dilindungi Undang - Undang No.5 Tahun 1990 yaitu anggrek tebu (gramatopyllum speciosum), anggrek hitam (coelogine pandurata), anggrek rawa (vanda hoekeriana).

Selanjutnya, anggrek bulan gajah (phalaenopsis gegantea), anggrek vanda kunang-kunang (ascocentrum miniatum), anggrek tanah kuning (sphatoglotis zurea, anggrek ekor tikus (paraphalaenopsis denevei).

Sisanya, adalah jenis anggrek ekor tikus namun dengan nama yang berbeda yaitu, "paraphalaenopsis labukensis", "paraphalaenopsis serpentilingua" dan "paraphalaenopsis laycoci."

Selain menanam kembali anggrek-anggrek yang telah dijarah dari hutan Meratus, PAI Kalsel juga mengidentifikasi sekitar 150-250 jenis anggrek dari sekitar 3.500 anggrek yang hidup dan berkembang di hutan daerah ini.

Pengurus PAI Kalsel Helmy Sansa mengatakan, minimnya jenis anggrek yang teridentifikasi karena pihaknya kesulitan menelusuri keberadaan anggrek-anggrek tersebut, terutama yang telah langka./B*C

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011