Laporan Khusus : Hari Jadi ke-64 Provinsi Kalsel
- Kejar Perbaikan SDM Dengan "Mencetak" Dokter Gigi -
Perbaikan sumber daya manusia Kalimantan Selatan menjadi salah satu fokus program pembangunan jangka panjang Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin dan Wakil Gubernur Rudy Resnawan selama lima tahun kepemimpinannya.
Menurut Gubernur, peningkatan sumber daya manusia kini menjadi salah satu fokus pembangunan di Kalimantan Selatan (Kalsel), mengingat hanya dengan sumber daya manusia yang lebih baik, maka laju pertumbuhan pembangunan, ekonomi dan kesehatan akan jauh lebih baik.
Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia Kalsel, adalah dengan perbaikan dan perluasan pendidikan di segala bidang, serta terjaminnya kesehatan anak-anak didik atau generasi muda yang kini sedang berjuang menyongsong masa depannya.
Kesehatan gigi, merupakan salah satu persoalan yang cukup rumit untuk diselesaikan oleh daerah dan dinas terkait, karena, berbagai persoalan terkait untuk mendukung penyelesaian persoalan gigi warga Kalsel, hingga kini belum siap.
Kondisi kesehatan gigi dan mulut warga Kalimantan Selatan cukup memprihatinkan, di mana sebagian besar gigi anak-anak banyak keropos dan berlubang, sehingga mengganggu tumbuh kembang anak dan generasi muda daerah ini.
Hal tersebut, sebagaimana disampaikan Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin dalam setiap kesempatan, bahwa kondisi gigi generasi muda Kalimantan Selatan sangat memprihatinkan, bukan hanya keropos pada saat masih muda tetapi juga mudah patah.
Kondisi tersebut, tambah gubernur, menjadi salah satu faktor utama yang membuat generasi muda daerah ini, sulit bersaing dengan generasi muda dari provinsi lainnya.
"Banyak generasi muda Kalsel yang gagal masuk akademi militer kepolisian maupun TNI, gara-gara saat tes giginya ternyata tidak sehat yakni rusak dan keropos," kata gubernur.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kalsel, tambahnya, permasalahan kerusakan gigi di Kalimantan Selatan sangat tinggi dibanding daerah lain.
Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan perbandingan ideal antara dokter gigi dan masyarakat sebesar 11 berbanding 100 ribu penduduk baru terpenuhi 5-6 dokter. Sehingga penambahan dokter gigi untuk melayani masyarakat Kalsel masih banyak perlukan.
"Ketersediaan dokter gigi saat ini 5-6 berbanding 100 ribu penduduk, sementara idealnya 11 dokter dibanding 100 ribu penduduk," kata dr Rosihan Adhani, dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat dalam suatu kesempatan.
Beranjak dari berbagai persoalan tersebut, akhirnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bertekad untuk mencetak sendiri dokter-dokter gigi yang siap ditempatkan di seluruh pelosok daerah Kalimantan Selatan.
Langkah itu diawali dengan pembangunan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat. Harapannya, Kalsel bisa segera memenuhi kebutuhan dokter gigi, yang akan diterjunkan ke masyarakat untuk memberikan pelayanan, baik itu perawatan gigi maupun sosialisasi tentang cara merawat gigi yang baik dan benar.
Untuk sementara, kedokteran gigi merupakan program studi (prodi) dari Fakultas Kedokteran Unlam. "Tapi ke depan kita berharap prodi kedokteran gigi bisa menjadi fakultas tersendiri, tidak lagi bergabung dengan Fakultas Kedokteran Umum," kata Rosihan.
Bila fakultas kedokteran gigi berdiri, kata dia, Kalsel satu-satunya provinsi di Kalimantan yang memiliki fakultas Kedokteran Gigi.
Sedangkan Gubernur Kalsel menerangkan, alasan atau motivasi sehingga pihaknya bersedia mendirikan fakultas kedokteran gigi, antara lain, terdorong dengan kondisi kesehatan gigi penduduk di provinsi yang terdiri 13 kabupaten dan kota tersebut.
"Karena dari hasil pemeriksaan/penelitian, banyak warga Kalsel yang giginya kurang sehat, karena berbagai faktor termasuk pola hidup," ungkapnya tanpa merinci.
Karena itu pula, Pemprov Kalsel menganggarkan atau mengeluarkan anggaran sampai ratusan miliar rupiah untuk membangun fakultas kedokteran gigi guna penanganan kesehatan gigi secara prima terhadap penduduk setempat.
"Dengan adanya fakultas kedokteran gigi serta makin membaiknya pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), kesehatan gigi penduduk Kalsel ke depan juga diharapkan bertambah baik," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga telah memberikan bantuan pembangunan gedung kedokteran gigi, dengan harapan ke depan Kalsel akan memiliki fakultas kedokteran gigi.
Setiap tahun, tambah Gubernur, Pemprov Kalsel memberikan dukungan ke universitas tertua di Kalimantan ini, baik berupa fisik seperti pembangunan fakultas kedokteran gigi dan dana hibah.
Diharapkan, sebelum 2015 fakultas kedokteran gigi Unlam sudah terbentuk dan dapat meluluskan sarjananya.
Riskesdes
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 2010 jumlah siswa yang menderita karies gigi (gigi berlubang) sudah sebesar 46,1 persen dan pada 2011 menjadi 50,7 persen.
Kondisi tersebut terjadi, karena pola hidup masyarakat dan anak-anak yang masih enggan untuk menggosok gigi yang idealnya dilakukan setiap kali habis makan.
Hal tersebut dikuatkan, dari hasil riset dasar (Riskesde) Kementerian Kesehatan 2013, yang menyebutkan Kalimantan Selatan menjadi salah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang memiliki masalah gigi dan mulut cukup tinggi yaitu di atas 35 persen.
Tiga provinsi yang mengalami masalah gigi dan mulut cukup tinggi yaitu Sulawesi Selatan, yang mengalami masalah gigi dan mulut sebanyak 36,2 persen, mendapatkan perawatan tenaga medis 10,3 persen dan effective medical demand (EMD) sebanyak 10,3 persen.
Selanjutnya, Kalimantan Selatan mengalami kerusakan gigi sebanyak 36,1 persen, dan yang mendapatkan perawatan tenaga medis 22,2 persen dan EMD 8,1 persen. Kemudian Sulawesi Tengah yaitu yang mengalami kerusakan gigi 35,6 persen, mendapatkan perawatan 18 persen dan EMD 6,4 persen.
Effective Medical Demand (EMD) didefinisikan sebagai persentase penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir dikali persentase penduduk yang menerima perawatan, atau pengobatan gigi dari tenaga medis gigi (dokter gigi spesialis, dokter gigi, perawat gigi).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tersebut, kerusakan gigi masyarakat Kalsel, di antaranya adalah tidak melakukan perawatan, karena secara keseluruhan keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi/EMD hanya 8,1 persen.
Gubernur berharap, melalui pembangunan fakultas kedokteran gigi tersebut, akan mampu mencetak dokter gigi dengan lebih banyak, untuk memenuhi kebutuhan dokter gigi di seluruh wilayah Kalsel.
"Perlu upaya terus menerus dari seluruh pihak untuk bisa memperbaiki mutu gigi anak-anak, dengan banyak edukasi yang akan dilakukan oleh lulusan kedokteran gigi tersebut," katanya
Rektor Unlam dr HM Ruslan mengatakan kini pihaknya terus melakukan peningkatan mutu pendidikan yang akan dilakukan Unlam seperti program studi gigi menjadi fakultas gigi, penguatan program studi ekonomi, program S3 untuk 30 pendidik.
Dengan menjadikan program studi kedokteran gigi menjadi fakultas, maka keinginan pemerintah untuk mempercepat perbaikan generasi muda yang lebih kuat dengan gigi yang sehat, akan segera tercapai.
Untuk menunjang berdirinya FKG telah dibangun RS Gigi dan Mulut yang megah. Dananya bersumber dari APBD Kalsel sekitar Rp72 miliar, satu kompleks dengan RSUD Ulin Banjarmasin.
"Kita akan berusaha memenuhi sejumlah persyaratan yang mungkin dibutuhkan untuk berdirinya FKG tersebut," ujar gubernur saat meresmikan rumah sakit itu.
Pendirian fakultas kedokteran gigi dan rumah sakit gigi dan mulut itu, kata gubernur dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kalsel. Pada 2013 Pemprov Kalsel mengalokasikan dana 15 persen dari APBD untuk bidang kesehatan.
Autis Center
Selain kedokteran gigi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga telah membangun autis center untuk menampung dan memberikan kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah sesuai dengan penanganan kasusnya.
"Pembangunan autis center sangat penting dilakukan, untuk memberikan hak pendidikan bagi anak-anak tersebut," katanya.
Gedung autis center yang dibangun di lahan seluas dua hektare, dananya diambilkan melalui dana APBD Perubahan 2012.
Dengan adanya autis center tersebut, anak-anak berkebutuhan khusus tersebut bisa mengenyam pendidikan secara memadai dan gratis sejak SD hinga SMA.
"Kalau jumlah penderitanya saya kira tidak terlalu banyak, namun banyak atau sedikit faktanya masalah tersebut ada dan harus bisa diselesaikan secara bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah," katanya.
Berdasarkan wikipedia, autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya enam gangguan dalam bidang, interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku-emosi, pola bermain, gangguan sensorik dan motorik perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Sebelumnya, hasil penelitian air sungai yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kalsel, kondisi air sungai di Kalimantan Selatan yang tercemar berbagai logam berat dan sampah rumah tangga menjadi salah satu pemicu adanya penderita autis, gangguan saraf, dan ginjal.
Berdasarkan pemeriksanaan kondisi air sungai beberapa titik, hasilnya sebagian besar air sungai tercemar dengan rata-rata kandungannya di atas ambang batas.
Selain memberikan perhatian terhadap penderita autis, Gubernur juga cukup konsent terhadap program pendidikan inklusif, bahkan kini beasiswa terhadap guru untuk sekolah pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut terus diberikan.
Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran.
Anak-anak mendapatkan layanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental.
Terhadap berbagai program tersebut, beberapa waktu lalu Gubernur mendapatkan penghargaan penddikan inklusif dari Kementerian Pendidikan./A
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014