Dalam keadaan seolah-olah aman saat ini pasca tak diterapkannya lagi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat harus tetap waspada ketika melihat situasi yang kembali dinamis saat ini.

Menurut anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Nasrullah, wabah corona tetap mengintai dan terus memakan korban jiwa.

"Baru saja kita dihebohkan dengan meninggalnya dua pejabat daerah, yakni Walikota Banjarbaru dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar. Ini warning keras bagi kita semua untuk tidak sedikit pun meremehkan yang namanya COVID-19," ucap dia di Banjarmasin, Jumat.

Pakar antropologi masyarakat jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menyebutkan, ketika masa kelonggaran aktivitas masyarakat maka berdampak pada berbagai situasi.

Pertama, paparnya, kerumunan orang dalam berbagai kegiatan seperti di pusat perbelanjaan, pesta perkawinan, cafe dan warung, bahkan tempat hiburan. 

"Melihat situasi demikian, boleh jadi terbentuk persepsi ah tidak apa-apa saja bukankah ada banyak orang. Justru di balik kata banyak orang terdapat ancaman mengintai yakni potensial terpapar," katanya.

Kedua, rasa aman juga bisa muncul dari persepsi publik oleh booming pemberitaan ditemukan vaksin anti COVID-19. Padahal media massa hanya memberitakan upaya berbagai negara menguji coba berbagai vaksin, baik China, Rusia, Amerika hingga Indonesia.

"Berita ini bahkan sejak beberapa bulan lalu diberitakan, akhir-akhir ini agaknya vaksin bakal berhasil dikembangkan. Poinnya yang perlu dicetak tebal adalah vaksin belum resmi ditemukan, sehingga vaksinasi juga belum dilakukan. Itulah sebabnya, masyarakat tetap waspada terhadap ancaman virus corona tak peduli berada di perkotaan atau pedesaan," timpalnya.

Ketiga, rasa seolah-olah aman itu dapat diproduksi juga adalah tokoh di ruang publik melalui kehadirannya di media massa hingga spanduk dan baliho. 

Sebab saat ini spanduk, baliho, dan sejenisnya bertebaran di sepanjang jalan dengan kehadiran tokoh publik seperti politisi hingga pejabat bahkan presiden yang tampil tanpa masker. Padahal anjuran bermasker saat ini disertai denda bagi yang tidak memakainya.

Ironisnya, menurut dia, pandangan mata publik setiap hari melihat para tokoh publik dan pejabat tanpa masker dalam spanduk dan sejenisnya, tanpa sadar akan merubah persepsi publik menjadi seolah aman dari corona. Inilah nalar awam yang terbentuk akibat pengaruh praktek sehari-hari di masyarakat juga apa yang dilihatnya setiap saat.

Maka dari itu, tambah Nasrullah, yang perlu dilakukan adalah kewaspadaan terhadap COVID-19 tidak hanya dari pemerintah apalagi masyarakat tapi dari keluarga melalui kepala keluarga, yakni orang tua paling tidak untuk selalu aktif menggunakan masker memberikan contoh kepada anaknya.

"Sangat mungkin membuat tulisan di rumah atau kamar keluarga semacam upaya mengingatkan agar selalu mengenakan masker sebagai bentuk kewaspadaan yang tak boleh longgar sedikit pun," timpalnya.

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020