Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Dr Taufik Arbain sangat mengapresiasi langkang Polri khususnya Polda Kalsel yang menginisiasi hadirnya Kampung Tangguh Banua sebagai respon terhadap penanggulangan COVID-19 di Kalimantan Selatan.
"Tentu saja ini kebijakan yang mendorong adanya partisipasi publik, sebagai kebijakan dinamis yang responsif atas masalah yang dihadapi bangsa ini," ucapnya di Banjarmasin, Senin.
Kehadiran Kampung Tangguh Banua, kata dia, tidak sekadar soal kampanye cuci tangan, pakai masker, social distancing, dan langkah-langkah prosedur antisipasi penyebaran COVID-19, tetapi jauh itu ada pesan bahwa pandemi ini harus menjadi tanggung jawab bersama dengan basis kemasyarakatan atau gotong royong.
Sebab kondisi saat ini, ketika implikasi COVID memasuki kecemasan psikologis, kecemasan ekonomi karena minimnya pendapatan, dan kesibukan orang tua dalam mendampingi anak sekolah via daring, maka lewat Kampung Tangguh Banua, mendorong semangat dan jiwa tangguh rakyat Indonesia dalam menghadapi ini semua.
"Justru dengan adanya semangat ini imun masyarakat meningkat," cetus Pengamat Kebijakan Publik Fisip ULM itu.
Harus diakui, bahwa sudah terlanjur adanya kecemasan publik ketika reaktif pada saat rapid test, terjadi kecemasan yang besar mengarah pada penurunan imun apalagi sampai harus dirawat di rumah sakit.
Maka dari itu, adanya Kampung Tangguh Banua yang terus digelorakan Kapolda Kalsel Irjen Pol Nico Afinta, jadi jalan lain menguatkan psikologis publik agar semangat menghadapi kondisi pandemi.
Menurut dia, kekuatan utama dari kehadiran kebijakan Kampung Tangguh adalah menguatkan modal sosial di masyarakat yang berkaitan dengan trust, rasa memiliki, rasa tanggung jawab bersama, kegotongroyongan dan sebagainya.
"Saya kira ini pesan utama kebijakan dari Kepolisian yang didukung pemprov dan kabupaten kota ini," ungkap alumnus S3 Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM itu.
Hanya saja, diakuinya kehadiran Kampung Tangguh harus mendapatkan perhatian. Dia menyarankan pihak terkait bisa melalukan sapa mingguan menyambangi masyarakat yang menjadi relawan di Kampung Tangguh agar semangat mereka tidak kendor dalam menjaga dan menjalankan kegiatan.
Karena dengan sapa mingguan ini tidak sekadar melihat perkembangan aktifitas, juga terjadi dialog apa seharusnya dan masalah apa yang dihadapi mereka.
Sebab Kampung Tangguh Banua ini sebenarnya memiliki fungsi ganda, tidak sekadar soal penanggulangan COVID-19, tetapi juga bagian dari kamtibmas, mendorong ke arah pemahaman kehidupan "tatanan baru" yang sebenarnya sebagaimana diharapkan pemerintah.
"Lebih dari itu menguatkan modal sosial masyarakat. Untuk itu kolaborasi ini antar stakeholder diperlukan saat ini dengan segala inisiasi sesuai kebutuhan dan kondisi yang dihadapi," pungkas Magister Administrasi Publik Fisip ULM dan Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
"Tentu saja ini kebijakan yang mendorong adanya partisipasi publik, sebagai kebijakan dinamis yang responsif atas masalah yang dihadapi bangsa ini," ucapnya di Banjarmasin, Senin.
Kehadiran Kampung Tangguh Banua, kata dia, tidak sekadar soal kampanye cuci tangan, pakai masker, social distancing, dan langkah-langkah prosedur antisipasi penyebaran COVID-19, tetapi jauh itu ada pesan bahwa pandemi ini harus menjadi tanggung jawab bersama dengan basis kemasyarakatan atau gotong royong.
Sebab kondisi saat ini, ketika implikasi COVID memasuki kecemasan psikologis, kecemasan ekonomi karena minimnya pendapatan, dan kesibukan orang tua dalam mendampingi anak sekolah via daring, maka lewat Kampung Tangguh Banua, mendorong semangat dan jiwa tangguh rakyat Indonesia dalam menghadapi ini semua.
"Justru dengan adanya semangat ini imun masyarakat meningkat," cetus Pengamat Kebijakan Publik Fisip ULM itu.
Harus diakui, bahwa sudah terlanjur adanya kecemasan publik ketika reaktif pada saat rapid test, terjadi kecemasan yang besar mengarah pada penurunan imun apalagi sampai harus dirawat di rumah sakit.
Maka dari itu, adanya Kampung Tangguh Banua yang terus digelorakan Kapolda Kalsel Irjen Pol Nico Afinta, jadi jalan lain menguatkan psikologis publik agar semangat menghadapi kondisi pandemi.
Menurut dia, kekuatan utama dari kehadiran kebijakan Kampung Tangguh adalah menguatkan modal sosial di masyarakat yang berkaitan dengan trust, rasa memiliki, rasa tanggung jawab bersama, kegotongroyongan dan sebagainya.
"Saya kira ini pesan utama kebijakan dari Kepolisian yang didukung pemprov dan kabupaten kota ini," ungkap alumnus S3 Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM itu.
Hanya saja, diakuinya kehadiran Kampung Tangguh harus mendapatkan perhatian. Dia menyarankan pihak terkait bisa melalukan sapa mingguan menyambangi masyarakat yang menjadi relawan di Kampung Tangguh agar semangat mereka tidak kendor dalam menjaga dan menjalankan kegiatan.
Karena dengan sapa mingguan ini tidak sekadar melihat perkembangan aktifitas, juga terjadi dialog apa seharusnya dan masalah apa yang dihadapi mereka.
Sebab Kampung Tangguh Banua ini sebenarnya memiliki fungsi ganda, tidak sekadar soal penanggulangan COVID-19, tetapi juga bagian dari kamtibmas, mendorong ke arah pemahaman kehidupan "tatanan baru" yang sebenarnya sebagaimana diharapkan pemerintah.
"Lebih dari itu menguatkan modal sosial masyarakat. Untuk itu kolaborasi ini antar stakeholder diperlukan saat ini dengan segala inisiasi sesuai kebutuhan dan kondisi yang dihadapi," pungkas Magister Administrasi Publik Fisip ULM dan Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020