Khatib shalat Jumat berpendapat, tiada ada sesuatu yang paling berharga, kecuali anak yang shaleh (bagi anak laki-laki dan shalehah (bagi perempuan).

"Jadi yang paling berharga itu bukan pangkat dan jabatan atau kedudukan tinggi, tetapi anak yang shaleh dan shalehah," ujar H Saipul Anshari dalam khotbahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sebelum shalat Jumat.

Anak yang shaleh dan shalehah itu, menurut khatib tersebut, antara lain anak yang mendoakan kebaikan kepada kedua orangtuanya, terlebih lagi membimbing mengucapkan kalimah zikir kepada Allah terhadap ibu dan bapaknya menjelang menghembuskan nafas terakhir.

"Walau orangtuanya tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk mengikuti ucapan anaknya. Tapi setidaknya dalam hati orang tua tersebut dapat mengikuti selagi hayat masih dikandung badan," ujarnya.

Oleh karena itu pula, bagaimana semestinya orang tua memberikan pendidikan agar anak-anaknya menjadi shaleh dan shalehah, disamping upaya-upaya lain agar berguna bagi agama, nusa dan bangsa kelak.

Pendapat khatib tersebut mengambil intisari sejarah Nabi Ibrahim alaihi salam (as) dan anaknya Nabi Ismail as dalam peristiwa yang kini menjadi ibadah qurban.

Menurut khatib tersebut, dalam sejarah peristiwa qurban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail ada pula pelajaran berharga yang perlu mendapatkan perhatian dalam hidup dan kehidupan seseorang.

"Pelajaran berharga itu, saling harga menghargai atau hormat menghormati," lanjut khatib dalam khotbahnya masih suasana Hari Raya Haji/Hari Raya Quban atau bIdul Adha, 10 Zulhijjah 1441 Hijriah.

"Oleh sebab itu, jangan mengharapkan perhargaan orang lain kalau kita bisa menghargai orang," demikian Saipul Anshari.

 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020