Dolar AS meluncur ke level terendah dalam hampir dua tahun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor terus menjual greenback didorong perkiraan lonjakan kasus Virus Corona akan membuat sulit bagi ekonomi AS untuk mengungguli rekan-rekannya.
Sebaliknya euro naik ke level tertinggi sejak awal Oktober 2018 setelah menembus level teknikal penting 1,16 dolar pada Rabu (22/7/2020) menguat untuk hari kelima berturut-turut terhadap dolar, masih menikmati dukungan dari dana pemulihan Eropa yang disetujui awal pekan ini.
"Para spekulan membuat banyak mata uang G10 underweight (cenderung terus menurun) sehingga ada ruang untuk momentum ini terus berjalan," kata Ahli Strategi Mata Uang Wells Fargo Securities, Erik Nelson, di New York.
"Risiko terbesar bahwa itu berhenti dan dolar mulai mendapatkan kembali pijakannya adalah ekuitas, jika reli ekuitas benar-benar mulai goyah dan kita melihat pergerakan besar lebih rendah maka tiba-tiba kekuatan dolar akan kembali dengan sangat cepat."
Kenaikan klaim pengangguran AS pekan lalu, untuk pertama kalinya dalam empat bulan, juga menambah tekanan pada dolar, karena peningkatan terus-menerus dalam kasus COVID-19 telah menempatkan pemulihan di pasar tenaga kerja terhenti dan mengurangi permintaan konsumen.
Kasus Virus Corona AS mencapai empat juta pada Kamis (23/7/2020), dengan lebih dari 2.600 kasus baru setiap jam, tingkat tertinggi di dunia, menurut penghitungan Reuters.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar turun 0,3 persen menjadi 94,725, setelah mencapai level terendah sejak akhir September 2018. Dolar telah kehilangan hampir delapan persen sejak tertinggi 20 Maret, ketika krisis pendanaan dolar global menyebabkan lonjakan permintaan. Indeks jatuh 1,3 persen pada minggu ini dan mencatat penurunan mingguan kelima beruntun.
Dolar sempat menguat setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pemerintah AS akan melindungi stabilitas mata uang. Pejabat Gedung Putih dan para pemimpin Republik Senat AS juga terus bekerja menuju proposal untuk putaran baru bantuan guna menopang perekonomian.
Terhadap yen Jepang, dolar melemah 0,37 persen pada 106,75 yen. Mata uang AS juga turun 0,46 persen terhadap franc Swiss di 0,9252 franc. Sebelumnya turun ke level terendah lebih dari empat bulan.
Euro menguat 0,34 persen pada 1,1609 dolar, mencapai tertinggi baru 21-bulan di 1,1601 dolar yang dicapai sebelumnya pada Rabu (22/7/2020).
Dolar Australia mundur dari puncak 15 bulan terhadap greenback menjadi sekitar 0,7107 dolar AS, turun 0,46 persen, sedangkan dolar Selandia Baru turun 0,41 persen menjadi 0,6636 dolar AS, di bawah tertinggi enam bulan pada Rabu (22/7/2020) di 0,6678 dolar AS.
Di tempat lain, yuan China di pasar luar negeri sedikit pulih dari penurunan sebelumnya terhadap dolar AS, terakhir turun 0,1 persen pada 7,0113 yuan.
China mengatakan langkah AS pada Selasa (21/7/2020) untuk menutup konsulatnya di Houston minggu ini telah "sangat merusak" hubungan dan memperingatkannya "akan" membalas, tanpa rincian lebih lanjut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Sebaliknya euro naik ke level tertinggi sejak awal Oktober 2018 setelah menembus level teknikal penting 1,16 dolar pada Rabu (22/7/2020) menguat untuk hari kelima berturut-turut terhadap dolar, masih menikmati dukungan dari dana pemulihan Eropa yang disetujui awal pekan ini.
"Para spekulan membuat banyak mata uang G10 underweight (cenderung terus menurun) sehingga ada ruang untuk momentum ini terus berjalan," kata Ahli Strategi Mata Uang Wells Fargo Securities, Erik Nelson, di New York.
"Risiko terbesar bahwa itu berhenti dan dolar mulai mendapatkan kembali pijakannya adalah ekuitas, jika reli ekuitas benar-benar mulai goyah dan kita melihat pergerakan besar lebih rendah maka tiba-tiba kekuatan dolar akan kembali dengan sangat cepat."
Kenaikan klaim pengangguran AS pekan lalu, untuk pertama kalinya dalam empat bulan, juga menambah tekanan pada dolar, karena peningkatan terus-menerus dalam kasus COVID-19 telah menempatkan pemulihan di pasar tenaga kerja terhenti dan mengurangi permintaan konsumen.
Kasus Virus Corona AS mencapai empat juta pada Kamis (23/7/2020), dengan lebih dari 2.600 kasus baru setiap jam, tingkat tertinggi di dunia, menurut penghitungan Reuters.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar turun 0,3 persen menjadi 94,725, setelah mencapai level terendah sejak akhir September 2018. Dolar telah kehilangan hampir delapan persen sejak tertinggi 20 Maret, ketika krisis pendanaan dolar global menyebabkan lonjakan permintaan. Indeks jatuh 1,3 persen pada minggu ini dan mencatat penurunan mingguan kelima beruntun.
Dolar sempat menguat setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pemerintah AS akan melindungi stabilitas mata uang. Pejabat Gedung Putih dan para pemimpin Republik Senat AS juga terus bekerja menuju proposal untuk putaran baru bantuan guna menopang perekonomian.
Terhadap yen Jepang, dolar melemah 0,37 persen pada 106,75 yen. Mata uang AS juga turun 0,46 persen terhadap franc Swiss di 0,9252 franc. Sebelumnya turun ke level terendah lebih dari empat bulan.
Euro menguat 0,34 persen pada 1,1609 dolar, mencapai tertinggi baru 21-bulan di 1,1601 dolar yang dicapai sebelumnya pada Rabu (22/7/2020).
Dolar Australia mundur dari puncak 15 bulan terhadap greenback menjadi sekitar 0,7107 dolar AS, turun 0,46 persen, sedangkan dolar Selandia Baru turun 0,41 persen menjadi 0,6636 dolar AS, di bawah tertinggi enam bulan pada Rabu (22/7/2020) di 0,6678 dolar AS.
Di tempat lain, yuan China di pasar luar negeri sedikit pulih dari penurunan sebelumnya terhadap dolar AS, terakhir turun 0,1 persen pada 7,0113 yuan.
China mengatakan langkah AS pada Selasa (21/7/2020) untuk menutup konsulatnya di Houston minggu ini telah "sangat merusak" hubungan dan memperingatkannya "akan" membalas, tanpa rincian lebih lanjut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020