Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan spesies endemik yang tinggal di hutan bakau (mangrove) di Kalimantan. Si Hidung Mancung dinyatakan sebagai hewan yang dilindungi berdasarkan Permen LHK RI P.106 Tahun 2018 dan termasuk kategori endangered dengan populasi yang cenderung mengalami penurunan (International Union for Conservation of Nature, 2008) .

Bekantan senang hidup di wilayah yang dekat dengan perairan seperti muara sungai ataupun hutan bakau sebagai habitat alaminya. Di Kalimantan Selatan Monyet Belanda ini dapat kita jumpai di beberapa lokasi, salah satunya di Pulau Bakut yang juga merupakan delta Sungai Barito dan berada persis di bawah Jembatan Barito. Pulau Bakut termasuk dalam tipe ekosistem hutan mangrove riverine, dengan ciri khusus lantai hutannya tergenang air yang dipengaruhi oleh pasang surut air sungai.

 Pulau seluas 15,58 ha ini dihuni oleh spesies fauna yang beragam dan flora khas ekosistem hutan mangrove dan bekantan sebagai flagship species di pulau ini. 15 jenis burung, 3 jenis mamalia dan 5 jenis reptil hidup bersama bekantan di Pulau Bakut, salah satu burung Elang Bondol (Haliastur indus) sang predator pemuncak rantai makanan juga menjadikan pulau ini sebagai salah satu daerah jelajahnya, keberadaannya penting untuk mendukung keseimbangan ekosistem.

 Di sisi lain juga ada biawak (Varanus salvator) yang berpotensi sebagai inang ektoparasit yang dapat mengganggu kesehatan bekantan. Pulau ini merupakan Taman Wisata Alam (TWA) sekaligus suaka satwa (sanctuary) bekantan di bawah tanggung jawab Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan.

Secara administratif Pulau Bakut termasuk wilayah Kabupaten Barito Kuala dan hanya berjarak 38 Km dari Banjarmasin, kota seribu sungai.

Sungai Barito ibarat jalur sutera bagi Adaro, setiap harinya hilir mudik tongkang mengangkut batubara untuk menghidupkan energi bangsa agar ekonomi negeri terus bergerak.

Perhatian Adaro diberikan melalui wujud nyata partisipasi pengembangan TWA Pulau Bakut sebagai bukti cinta kepada negeri.

Jejak cinta dimulai tahun 2014 melalui Bekantan Twins Project yang digagas oleh putri kembar Presdir Adaro Energy Tbk, Gabby dan Ghea Thohir yang pada saat pertama kali ke Pulau Bakut, habitat bekantan belum begitu terawat, banyak sampah dan kepedulian warga untuk melestarikan habitat dari monyet belanda ini belum terlihat.

Kecintaan Adaro terhadap Pulau Bakut berlanjut dengan Perjanjian Kerja Sama penguatan fungsi pengelolaan TWA Pulau Bakut pada tahun 2018 dan berlaku sampai tahun 2023 melalui program CSR pilar Adaro Nyalakan Lestari melalui program Adaro Bekantan Lestari.

Penguatan fungsi pengolaaan TWA Pulau Bakut dilakukan untuk mendukung program Role Model BKSDA Kalimantan Selatan dalam “Pengembangan Wisata Alam dan Sanctuary Bekantan di TWA Pulau Bakut Berbasis Masyarakat” yang ditetapkan oleh Dirjen KSDAE tahun 2017.

“Kendati jarak Pulau Bakut berada ratusan kilometer dari wilayah produksi Adaro, hal ini tidak menyurutkan keinginan perusahaan untuk membantu pelestarian lingkungan.
 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)
 Nilai dasar yang tertanam di Adaro berkaitan dengan kelestarian lingkungan sebagai salah satu tujuan, merupakan aspek penting keikutsertaan Adaro dalam penguatan TWA Pulau Bakut” ungkap Rusdi Husin (QHSE Division Head PT Adaro Energy Tbk).

 Sepanjang kurun waktu 2018-2019, Adaro telah menggelontorkan dana senilai, guna melakukan pembangunan fasilitas penunjang di Pulau Bakut, seperti titian ulin, menara pengamatan, papan informasi, gerbang masuk, shelter, pos penjualan tiket, dsb.

Dengan tersedianya fasilitas-fasilitas tersebut menjadi daya tarik dan membuat pengunjung semakin penasaran untuk menemukan momen saat si hidung mancung bergelantungan saling berinteraksi dan mencari makan.

 Pembenahan yang dilakukan tersebut mampu menarik jumlah pengunjung sebanyak 25.263 orang dan mampu menyumbang Rp. 181.682.500 pada sektor Penerimaan Negara Non Pajak (PNBP).

Tahun 2020 pengembangan akan difokuskan pada penyelesaian infrastruktur untuk mendukung fungsi TWA Pulau Bakut sebagai suaka bagi bekantan, klinik dan kandang (karantina, habituasi, dan rehabilitasi) sehingga bekantan siap dilepas liarkan ke alam atau habitat aslinya.

Selain itu, penguatan masyarakat disekitar Pulau Bakut sebagai wilayah penyangga akan dilakukan bertahap di tahun berikutnya, sehingga masyarakat dapat terlibat aktif di garda depan dalam menjaga kelestarian bekantan di pulau ini.

Selain itu keberadaan pulau ini diharapkan mampu menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar melalui penumbuhan usaha mikro dan jasa seiring penambahan jumlah pengunjung ke TWA Pulau Bakut.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020