Anggota Tim Pakar Percepatan Penanggulangan COVID-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr Iwan Aflanie menyatakan, sikap acuh warga Kalimantan Selatan (Kalsel) terhadap adanya pandemi COVID-19 bisa berbahaya.

"Ada sekelompok orang yang tidak yakin akan adanya pandemi, boleh jadi akibat termakan berita hoaks yang tidak bertanggung jawab. Kelompok ini seringkali menolak pelaksanaan protokol kesehatan karena menganggapnya tidak perlu. Sikap ini sangat berbahaya," kata dia di Banjarmasin, Kamis.

Diakui Iwan, pasca berakhirnya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah kota di Kalsel tampak "euforia" sebagian warga. Mereka seakan terbebas dari "cengkraman" PSBB. Pasar dan pusat aktifitas sosial tampak ramai dan mulai dipadati pengunjung. 

Iwan menilai, telah terjadi distorsi dan kesalahpahaman tentang arti "new normal" yang sempat ramai digaungkan oleh pemerintah, walaupun pada akhirnya terminologi "Adaptasi Kehidupan Baru" lebih dipilih dan disosialisasikan.

Pada dasarnya tidak ada yang salah normal baru apabila terminologi tersebut diartikan sebagai kondisi normal yang baru. Namun pengertian sebagian warga justru berbeda, mereka beranggapan "new normal" adalah kehidupan normal seperti sebelum pandemi. Dari sudut pandang kesehatan khususnya epidemiologi, ini sangat berbahaya.

"Kondisi Banua kita saat ini belum normal. Kita bisa mulai memasuki kehidupan normal dengan cara beradaptasi dengan kehidupan yang baru. Saat ini yang normal adalah memakai masker, jaga jarak, jangan sering ngumpul dan sering cuci tangan, perilaku yang sebaliknya adalah tidak normal. Tidak pakai masker dan tidak menjaga jarak adalah perilaku yang tidak normal di masa pandemi ini, mengingat bahaya penularan COVID-19 yang terus mengancam," papar Ahli Forensik dan Medikolegal itu.

Di sisi lain, ungkap Iwan, ada warga yang boleh jadi merasa "kebal" terhadap COVID-19 atau ada pula yang merasa lebih baik berani daripada takut.

"Sikap berani dan optimis sangat  bermanfaat di masa pandemi seperti sekarang ini. Namun apakah perasaan berani akan membebaskan seseorang dari COVID-19? Jawabannya tidak," tegasnya.

Menurut dia, sugesti dan perasaan memang sangat mempengaruhi daya tahan tubuh (imunitas) seseorang. Perasaan gembira menyebabkan dikeluarkannya hormon endorfin, Dopamin, serotonin dan oksitosin yang pada gilirannya akan meningkatkan imunitas seseorang.

Sebaliknya, perasaan takut akan menyebabkan keluarnya hormon adrenalin, norefinefrin dan kortisol. Hormon-hormon ini bila berlebihan akan menyebabkan peningkatan gula darah, tekanan darah dan menurunkan daya tahan tubuh.

Meski begitu, Iwan memastikan dalam menghadapi situasi pandemi perasaan gembira saja tidak cukup. Perlu membentengi diri dengan protokol kesehatan seperti memakai masker, sering cuci tangan, tidak bergerombol dan lain-lain.

"Mereka yang imunitasnya tidak bagus dan suasana hatinya tidak gembira sangat berisiko mengalami kondisi yang buruk saat tertular. Apalagi bila ditambah dengan faktor komorbid seperti  diabetes, hipertensi dan asma. Kelompok ini rentan mengalami pnemonia yang mohon maaf sangat menyakitkan," bebernya.
Anggota Tim Pakar Percepatan Penanggulangan COVID-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr Iwan Aflanie menyerahkan bantuan APD untuk tim medis. (ANTARA/Firman)



Jangan jumawa terhadap bahaya COVID-19

Iwan menegaskan, bagi tenaga kesehatan yang merawat dan keluarga penderita COVID-19 yang mengalami masalah kesehatan serius, tidak ada keraguan sedikitpun tentang adanya pandemi ini. 

Mereka menyaksikan sendiri perjuangan bertahan hidup dari anak manusia yang menderita COVID-19, terkadang sampai memakai ventilator hanya untuk sekadar bernafas. 

Mereka melihat kondisi fisik penderita, hasil rontgen paru, lab darah dan hasil pemeriksaan lainnya. Tidak ada keraguan tentang bahaya pandemi ini.

Untuk itulah, tambah dia, sikap terbaik saat ini adalah jangan panik, jangan terlalu takut namun jangan juga acuh apalagi jumawa terhadap bahaya COVID-19. 

Setiap orang harus saling melindungi. Boleh jadi ada sekelompok orang yang memiliki imunitas yang bagus, ini anugerah Allah. Kelompok ini berperan dalam melindungi komunitasnya.

Bagi mereka yang memiliki imunitas yang baguspun harus tetap waspada, tidak ada yg menjamin imunitas setiap orang selalu stabil sepanjang waktu.

Sedangkan kelompok orang tanpa gejala (OTG) adalah mereka yg mengindap COVID-19 namun tidak jatuh sakit. Mereka tahan terhadap virus, namun bisa menularkan kepada orang lain.

Celakanya apabila orang yang tertular adalah mereka yang merupakan kelompok rentan, kelompok ini akan sangat menderita saat tertular COVID-19.

"Bagaimana jika mereka yang terpapar adalah orang yang kita cintai?. Oleh karena itu, mari kita saling melindungi dengan menerapkan protokol kesehatan. Pakai masker, jaga jarak, hindari kerumunan, sering cuci tangan dan bila tidak ada keperluan mendesak tetaplah tinggal di rumah," pungkas Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran ULM itu.


Peningkatan kasus tak lagi didominasi Banjarmasin

Juru bicara Gugus Tugas Pencegahan, Pengendalian, dan Penanganan COVID-19 di Kalimantan Selatan Dr H Muhammad Muslim mengungkapkan, data pertanggal 9 Juli 2020, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di provinsi itu sebanyak 3.926 orang, dalam perawatan 2.555 orang, sembuh 1.162 orang dan meninggal 209 orang.

Tren peningkatan kasus perhari pun tak lagi didominasi Kota Banjarmasin, Ibukota Kalimantan Selatan dengan kasus positif tertinggi yaitu 1.592 kasus.

Namun sudah menyebar di sejumlah kabupaten dengan lonjakan kasus positif signifkan setiap harinya. Seperti hari ini, total ada 108 orang terkonfirmasi positif COVID-19 yang berasal dari Kabupaten Tanah Laut 14 orang, Kabupaten Banjar 15 orang, Hulu Sungai Selatan 6 orang, Hulu Sungai Utara 4 orang, Tanah Bumbu 7 orang, Kota Banjarbaru 19 orang dan Kota Banjarmasin 43 orang.

Sedangkan untuk pasien sembuh hari ini ada 23 orang berasal dari RSUD Ulin Banjarmasin 7 orang, Karantina Khusus Bapelkes Banjarbaru 4 orang, Karantina Barito Kuala 10 orang dan Karantina Kota Banjarbaru 2 orang. 

"Kabar gembiranya syukur alhamdulilah hari ini tidak ada dilaporkan pasien COVID-19 meninggal," tandasnya.

Pewarta: Firman

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020