Siti Aminah berusia 35 tahun biasa dipanggil  Ami tenaga perawat  yang bekerja di  UPT Puskesmas rawat inap Alabio Kecamatan Sungai Pandan satu dari 26 pasien COVID 19 di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan yang bersedia menuturkan riwayat perawatan dan kesembuhannya.

"Pertama kali mengetahui positif COVID 19 saya terkejut dan tidak percaya, karena sebagai perawat saya selalu menerapkan protokol kesehatan setiap hari saat menjalankan tugas di Puskesmas Alabio," ujar Ami.

Ami mengatakan, sebagai perawat tugasnya memang bersentuhan langsung dengan pasien, bahkan terhadap pasien rawat inap kadang harus memberikan suntikan obat dan membersihkan darah.

"Seharusnya memang perawat dan petugas medis di Puskesmas harus mengenakan Alat Pelindung Diri lengkap, namun waktu itu kami masih mengenakan masker dan sarung tangan, " katanya.

Sedangkan baju APD mereka beli sendiri karena bantuan APD level tiga masih terbatas ditempat kerjanyanya.

Perasaan sedih tentu saja menghinggapi Ami dan keluarganya. Informasi hasil pemeriksaan Swab terhadap dirinya entah bagaimana bocor juga ke tetangga sekitar tempat tinggalnya di Desa Panyiuran.

"Tapi syukurlah, tetangga dan teman-teman mensupport, bahkan ada yang membelikan sembako," terang Ami.

Ami memperkirakan dirinya terpapar COVID 19 seusai melaksanakan tugas jaga di Puskesmas Alabio pada 24 Mei bertepatan Idul Fitri, karena selepas kerja dirinya merasakan demam, badan panas dan lesu.

Ketika dilaksanakan pemeriksaan Rapidt Test di kalangan tenaga kesehatan di seluruh puskesmas di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dirinya bersama 11 rekan kerjanya di Puskesmas Alabio hasilnya reaktif.

Berlanjut hasil pemeriksaan Swab ternyata 12 petugas kesehatan di Puskesmas Alabio menunjukan hasil Positif COVID 19 termasuk dirinya.

"Kami semua, kecuali satu orang, langsung dibawa ke Bapelkes Banjarbaru untuk menjalani perawatan dan karamtina," katanya.

Ami pun harus rela berpisah dengan suami dan dua anaknya serta kedua orang tua yang sudah lanjut usia. Ami menuturkan saat berpisah dengan suami dan anaknya tidak berani berpelukan karena harus jaga jarak, pamitan dengan orang tua juga melalui telpon.

"Orang tua waktu ditelpon menangis melepas keberangkatan saya, sementara kepada anak-anak saya bilang alasannya mau ikut pelatihan keluar daerah," kata Ami.

Ternyata selama menjalani karantina, menurut Ami tidak seserem yang dibayangkan orang. Tidak ada perlakuan medis seperti operasi, suntik dan lainnya.

Kegiatan selama Karantina hanya berupa senam.pagi, istirahat yang cukup, disediakan makanan bergizi dan kaya protein dan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti mengenakan masker, jaga jarak, menjaga kebersihan, sering cuci tangan dan sebagainya.

"Kami juga sering berjemur dibawah terik matahari dan berolahraga seperti batminton dan lainnya," terang Ami.

Ami dan rekan-rekannya tetap diperbolehkan menggunakan handpone android untuk mer media sosial, melakukan panggilan telpon dan video call kepada keluarga. Bahkan dimasing-masing kamar disediakan televisi dengan banyak channel.

Ia bersyukur karena keluarga, khususnya suami selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga menambah tekadnya untuk sembuh demi keluarga.

Selama 12 hari proses karantina dilewati Ami akhirnya kembali dilakukan uji Swab sebanyak dua kali dan hasilnya negatif. Ia dan rekan-rekan sesama petugas Puskesmas Alabio akhirnya diperbolehkan pulang kembali ke Kabupaten HSU.

Ami kemudian bersedia memberikan testimoni kepada pihak Dinas Kominfo HSU untuk di publikasikan melalui Kominfo TV dan media lainnya untuk berbagi pengalaman, inspirasi dan motivasi kepada masyarakat.

Menurut Ami menjadi pasien COVID 19 bukanlah suatu aib, melainkan sebagai bentuk cobaan dari Allah yang harus dijalani dan diupayakan kesembuhannya dengan tekad dan semangat.

"Saya menyarankan kepada warga agar tetap mengenakan masker saat beraktivitas keluar rumah, karena diantara warga, teman-teman bahkan keluarga kemungkinan ada yang juga terjangkit COVID 19 tapi menunjukan gejala, atau Orang Tanpa Gejala (OTG)," kata Ami.

Ami mengkhawatirkan virus ini menulari para orang tua yang lanjut usia dan memiliki penyakit bawaan lain seperti darah tinggi, kolesterol, penyakit jantung dan sebagainya, karena akan memicu dan memperparah penyakit-penyakit tersebut.

"Saya saja sebagai tenaga perawat yang selalu mengenakan masker dan alat pelindung diri masih bisa tertular apalagi jika warga tidak mengenakan masker," pungkasnya.

Ami siap berbagi pengalaman, inspirasi dan motivasi bagi masyarakat yang kemungkinan ingin mengetahui lebih jauh mengenai pengalamannya selama menjalani perawatan sebagai pasien COVID 19 atau bagi warga yang masih takut menjalani karantina dengan membagikan akun medsosnya, yakni Fb : Amie dan IG : ny.imunisasi2002.

 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020