Prajurit TNI Serma Rama Wahyudi yang gugur saat menjalankan tugasnya sebagai anggota pasukan perdamaian PBB di Kongo, Afrika akan mendapatkan santunan dari PBB sebesar 75 ribu Dollar AS.
Komandan Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor Hasudungan Simatupang mengatakan hal itu saat jumpa pers, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.
Namun demikian, lanjut dia, saat ini proses investigasi masih dilaksanakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), guna mencari tahu pihak yang bersalah atas insiden ini.
"Apabila bukan salah yang bersangkutan (Serma Rama), maka akan mendapatkan (santunan) USD 75 ribu seperti yang pernah diterima rekan-rekan kontingen beberapa negara," kata Victor.
Proses investigasi masih terus berjalan. Hasilnya kemudian akan dinaikan ke tahap "board of inquiry" dan akan diputuskan pihak yang bersalah dalam insiden tersebut.
Sementara itu, Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi mengatakan, negara juga akan memberikan santunan kepada ahli waris seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI.
Dalam Pasal 74 huruf b disebutkan ahli waris akan mendapat 12 bulan gaji dari prajurit yang gugur dan tewas dalam melaksanakan tugas.
"Ada di PP 39 2010 tentang administrasi prajurit, termasuk ada yang baru bisa ditanya ke Kemhan kaitannya ASABRI," kata Sisriadi.
Sementara itu, Komandan Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco Letkol Czi M P Sibuea, mengatakan Serma Rama Wahyudi gugur karena serangan kelompok bersenjata saat menjalankan tugas misi sebagai pasukan perdamaian PBB di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika.
"Gugurnya prajurit TNI atas nama Serma Rama Wahyudi dan satu orang prajurit TNI yang terluka diakibatkan oleh serangan kelompok bersenjata di wilayah Makisabo, Kongo, Afrika pada Senin (22/6) pukul 17.30 waktu setempat," kata Sibuea dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu.
Peristiwa tersebut terjadi pada saat tugas pengiriman ulang logistik ke Temporary Operation Base (TOB) bagi prajurit Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco yang melaksanakan pembangunan jembatan Halulu sebagai sarana pendukung bagi masyarakat setempat.
"Namun, ketika perjalanan kembali ke COB (Central Operation Base), terjadi penghadangan dengan dihujani tembakan ke arah konvoi kendaraan angkut personel yang dikawal oleh dua unit kendaraan tempur APC Malawi Batalyon di wilayah Makisabo," kata Sibuea.
Serangan mendadak tersebut diduga dilakukan oleh Allied Democratic Forces (ADF), kelompok bersenjata yang berkonflik dengan pemerintah Republik Demokratik Kongo.
Serma Rama Wahyudi meninggal dunia akibat terkena tembakan yang menembus dada atas sebelah kiri, sementara satu prajurit TNI lainnya yang terluka saat ini mendapat perawatan di Rumah Sakit Level III Goma Monusco.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Komandan Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor Hasudungan Simatupang mengatakan hal itu saat jumpa pers, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.
Namun demikian, lanjut dia, saat ini proses investigasi masih dilaksanakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), guna mencari tahu pihak yang bersalah atas insiden ini.
"Apabila bukan salah yang bersangkutan (Serma Rama), maka akan mendapatkan (santunan) USD 75 ribu seperti yang pernah diterima rekan-rekan kontingen beberapa negara," kata Victor.
Proses investigasi masih terus berjalan. Hasilnya kemudian akan dinaikan ke tahap "board of inquiry" dan akan diputuskan pihak yang bersalah dalam insiden tersebut.
Sementara itu, Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi mengatakan, negara juga akan memberikan santunan kepada ahli waris seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI.
Dalam Pasal 74 huruf b disebutkan ahli waris akan mendapat 12 bulan gaji dari prajurit yang gugur dan tewas dalam melaksanakan tugas.
"Ada di PP 39 2010 tentang administrasi prajurit, termasuk ada yang baru bisa ditanya ke Kemhan kaitannya ASABRI," kata Sisriadi.
Sementara itu, Komandan Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco Letkol Czi M P Sibuea, mengatakan Serma Rama Wahyudi gugur karena serangan kelompok bersenjata saat menjalankan tugas misi sebagai pasukan perdamaian PBB di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika.
"Gugurnya prajurit TNI atas nama Serma Rama Wahyudi dan satu orang prajurit TNI yang terluka diakibatkan oleh serangan kelompok bersenjata di wilayah Makisabo, Kongo, Afrika pada Senin (22/6) pukul 17.30 waktu setempat," kata Sibuea dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu.
Peristiwa tersebut terjadi pada saat tugas pengiriman ulang logistik ke Temporary Operation Base (TOB) bagi prajurit Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco yang melaksanakan pembangunan jembatan Halulu sebagai sarana pendukung bagi masyarakat setempat.
"Namun, ketika perjalanan kembali ke COB (Central Operation Base), terjadi penghadangan dengan dihujani tembakan ke arah konvoi kendaraan angkut personel yang dikawal oleh dua unit kendaraan tempur APC Malawi Batalyon di wilayah Makisabo," kata Sibuea.
Serangan mendadak tersebut diduga dilakukan oleh Allied Democratic Forces (ADF), kelompok bersenjata yang berkonflik dengan pemerintah Republik Demokratik Kongo.
Serma Rama Wahyudi meninggal dunia akibat terkena tembakan yang menembus dada atas sebelah kiri, sementara satu prajurit TNI lainnya yang terluka saat ini mendapat perawatan di Rumah Sakit Level III Goma Monusco.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020