Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Laut,  Kalimantan Selatan Kusri mengatakan, 
penanganan pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19 menuju new normal atau perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan CCOVID-19.

"Di Kabupaten Tanah Laut hingga saat ini yang reaktif cukup meningkat, termasuk yang sudah terkonfirmasi positif. Hal ini dipicu masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan protokol kesehatan saat berada di pasar hingga kerumunan orang banyak," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Laut Kusri, pada   Rapat Koordinasi (Rakor) Pemerintah Daerah dan Instansi Vertikal dalam Penanganan COVID-19 Menuju New Normal di Kabupaten Tanah Laut, Kamis (18/6).

Menurut dia, pihaknya masih berburu COVID-19 dan terus melakukan sosialisasi, sehingga masyarakat sadar dan paham untuk terus melakukan protokol kesehatan saat berada di luar rumah.

Sementara itu dari data yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Tanah Laut  Hj Nina Sandra, sampai dengan Kamis (18/6) pasien  meninggal dunia sebanyak 18 orang dengan rincian enam terkonfirmasi swab positif, empat negatif, empat PDP berat, empat PDP ringan dua orang menunggu hasil swab dan selebihnya menolak swab.

Melihat kondisi tersebut, Bupati Tanah Laut H Sukamta menyebut, masih ada pemahaman yang keliru di masyarakat, sehingga terjadi keterlambatan dalam membawa pasien ke rumah sakit karena takut dilakukan rapid test dan takut diisolasi. 

Padahal, sebut dia,  pada dasarnya tubuh yang sudah terinfeksi akan membuat kondisi tubuh menjadi sangat meradang dan semua penyakit yang ada langsung memburuk, sehingga jika dilakukan penanganan yang terlambat maka pasien tidak dapat diselamatkan.

“Ini kan pandangan yang keliru karena takut dirapid test, pada saat kondisi sudah parah baru dibawa ke rumah sakit. Jadi jangan takut dirapid test, kalau dikarantina terus memikirkan yang dirumah dikasih makan apa, ini nanti kita anggarkan lewat dinas sosial untuk memberikan bantuan pada keluarga yang dikarantina,” jelas Sukamta.

Lebih lanjut Sukamta mengemukakan,  saat ini di Kabupaten Tanah Laut sudah semakin terpetakan wilayah menjadi pusat terbanyak terpapar COVID-19. 

Disebutkannya, daerah itu adalah,  untuk daerah Bati-Bati di wilayah Benua Raya dan Kait-Kait Baru. 

Sedangkan Pelaihari, jelas dia,  wilayah Angsau dan Sumber Mulia, Takisung di Benua Tengah. Kecamatan Batu Ampar terdapat di Damit dan Ambawang, untuk Bajuin ada di Tebing Siring 3 dan Tanjung 3, Panyipatan di daerah Batakan serta Jorong terdapat di Asam-Asam.

“Masih banyak masyarakat yang tidak paham dan cenderung mengihindar kalau mau dirapid test. Seperti  di Sumber Mulia yang mau dirapid ada 46 orang yang datang cuma dua dan dua orang itu reaktif. Kalau mereka positif kan tidak berenti proses penularannya, yang kita hentikan adalah proses penularan. Pemahamanya saja yang keliru mestinya kalau desanya jadi pusat pandemi justru mereka meminta untuk rapid tes untuk memastikan reaktif atau negatif supaya pemerintah bisa melakukan prosesnya, jika ada yang positif kita sembuhkan sehingga desa tersebut bisa bersih,” papar Sukamta.

Untuk melakukan perubahan perilaku  dalam memutus mata rantai penularan COVID-19, tambah Sukamta, tim edukasi masih harus diperbanyak,  termasuk menggandeng para ulama. 

"Para ulama bisa menyampaikan yang jelas pada masyarakat, agar ada kesamaan pemahaman termasuk untuk penanganan jenazahnya, karena jika sampai salah menanganinya bisa jadi masalah,"tandasnya.

Pewarta: Arianto

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020