Golongan darah pendonor plasma konvalesen harus sama dengan pasien COVID-19, kata Ketua Tim untuk Darah dan Produk Asal Manusia lainnya Kantor Pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Yuyun Maryuningsih.

“Plasma memang dipisahkan dari darah. Tapi memang biasa ada sedikit darah tersisa sehingga perlu sama golongan darah pendonor dengan pasien penerima,” kata Yuyun dalam sesi tanya jawab WHO menyambut Hari Donor Darah Sedunia secara akses langsung dari Jakarta, Minggu malam.

Saat ini, ia mengatakan, belum ada pilihan obat maupun vaksin untuk pasien COVID-19.

Baca juga: WHO menjanjikan tinjauan terhadap penanganan virus corona

Ia menyebut banyak negara menggunakan donor plasma untuk membantu kesembuhan orang yang sakit terinfeksi SARS-CoV-2.

WHO, ujar dia, mengenalinya sebagai plasma konvalesen, digunakan karena ada antibodi di sana yang bisa membantu kesembuhan pasien COVID-19.

Meski demikian ia mengingatkan pengunaannya harus di tahap studi klinis dan dimonitor, apakah ada reaksi.

Selain itu, kata dia, perlu spesifik kebutuhan dengan memilah mana mantan pasien COVID-19 yang dapat mendonorkan plasmanya.

Donor plasma, menurut dia, dapat dilakukan 1-3 minggu sekali, maksimal 33 kali dalam setahun.

Baca juga: Trump menyebut upaya WHO tangani COVID-19 "sangat buruk"

Namun demikian, kata dia, setiap negara juga memiliki peraturannya sendiri.

Masa tenggang 1-3 minggu sekali dan maksimal 33 kali setahun, katanya, harus dipenuhi agar yakin protein dan antibodi memenuhi syarat untuk donor plasma.

Jika tidak, ia mengatakan sebaiknya petugas menyarankan pendonor untuk tidak melakukan donor plasma terlebih dahulu.

Pewarta: Virna P Setyorini

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020