Sebanyak 750 warga Banjarmasin yang dalam rapid test dinyatakan reaktif mengikuti test usap di halaman kantor Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Sabtu.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Machli Riyadi di sela gelar swab massal atau test usap tersebut menyatakan para warga yang diperiksa hari ini untuk memastikan positif atau negatif terinveksi COVID-19 dari hasil pelacakan atau tracking dengan rapid test karena terkonfirmasi reaktif.

"Ini hasil pelacakan teman-teman kesehatan di 26 puskesmas, kami tes swab semuanya hari ini supaya cepat keluar hasilnya," ujarnya.

Pihaknya dibantu Biddokkes Polda Kalsel menyiapkan sebanyak 10 meja pemeriksaan atau pengambilan lendir di hidung dan di mulut.

"Ada dua mobil yang memiliki alat polymerase chain reaction (PCR) yang disiapkan," tuturnya.

Dia menyatakan, kali ini gelar tes swab terbanyak yang dilaksanakan di Kota Banjarmasin.

"Ini tujuannya untuk memberikan kepastian bagi kesehatan warga kita juga," ujarnya.
Saat gelar swab massal di Dinkes Banjarmasin.(Antaranews Kalsel/Diskominfotik Banjarmasin)

Sementara itu, Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina yang ikut hadir dalam tes swab massal tersebut menyatakan apresiasinya terhadap seluruh tenaga kesehatan (nakes) yang sudah bekerja secara maksimal, terutama relawan-relawan yang berhasil melakukan tracking hingga diharapkan melalui tes massal tersebut dapat menemukan puncak kurva penyebaran COVID-19 di Banjarmasin.

"Hari ini, saya apresiasi teman-teman dari dinkes dibantu oleh Biddokkes Polda Kalsel, dalam rangka swab massal sebanyak 750 orang, saya kira ini terbanyak di Banjarmasin," ujarnya.

Menurut dia, lewat kegiatan serupa merupakan upaya dari Pemkot Banjarmasin yang bersungguh-sungguh dalam memutus mata rantai penyebaran virus penyebab  COVID-19.

Ibnu Sina berharap pada kegiatan itu dapat ditemukan puncak kurva, sehingga penyebaran di kota berjuluk "Seribu Sungai" itu dapat diturunkan.

Lebih lanjut, ujarnya, dukungan semua pihak sangat diharapkan. Bahkan tenaga kesehatan ditegaskannya mesti memakai prosedur yang standar (SOP) agar dalam kegiatan tersebut tidak ada lagi tenaga kesehatan yang berjatuhan akibat terpapar COVID-19 ini.

"Kita tidak bisa membayangkan yang diharapkan menangani ini justru berguguran satu per satu. Kami berharap cukuplah sudah para dokter spesialis yang mendahului kita, yang kemudian menjadi bukti bahwa yang namanya COVID-19 benar-benar ada dan harus kita lawan," katanya.

Pewarta: Sukarli

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020