Oleh Imam Hanafi

Amuntai,  (Antaranews Kalsel) - Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, hingga Senin masih menunggu vaksin virus flu burung yang masih dalam proses penelitian oleh Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, Jawa Barat.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Diskannak Hulu Sungai Utara (HSU) Putu Susila di Amuntai, Senin, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil pengujian sampel ternak itik yang mati oleh virus flu burung atau H5N1 oleh Balai Veterner Bogor untuk dibuatkan vaksin.

"Pembuatan vaksin diperkirakan selesai dua pekan mendatang," kata Putu Susila di Amuntai melalui siaran persnya.

Tim peneliti dari Bogor tersebut belum lama ini telah mengambil sampel ternak itik yang mati akibat serangan virus avian influenza (AI) di Desa Sungai Durait, yang pertama kali dilaporkan terjadinya temuan kasus kematian ternak itik di Kabupaten HSU.

Putu menjelaskan bahwa tim peneliti Balai Besar Penelitian veterner Bogor bermaksud ingin mengetahui apakah virus H5N1 yang menyebabkan kematian ternak di Kalimantan Selatan sama dengan virus flu burung yang menyerang ternak itik di Pulau Jawa pada tahun 2010.

"Jika jenis virusnya sama dengan yang menyerang ternak itik yang ada di Jawa, vaksin yang sama bisa digunakan untuk ternak itik di HSU. Namun, apabila berbeda jenisnya, dibuat vaksin tersendiri," terang Putu.

Ia menambahkan bahwa vaksin yang dibuat dari kuman atau virus yang menyerang ternak itik di masing-masing wilayah akan lebih efektif dalam memberantas virus penyebabnya.

Selain mengambil sampel ternak itik yang mati di HSU, tim Balai Besar Veterner Bogor juga mengambil sampel pada kabupaten lain di Kalsel yang terkena penyebaran virus H5N1.

Satu hari sebelum tiba, tim peneliti dari Bogor pada hari Kamis pihak Dinas Perikanan dan Peternakan HSU telah menerima hasil pengujian sampel dari Balai Veterner Banjarbaru yang menyatakan positif virus H5N1 yang menyebabkan kematian ribuan ternak itik di HSU.

Setelah mengetahui hasil positif penularan virus AI ini Dinas Perikanan dan Peternakan terus mengintensifkan kegiatan survei ke semua lokasi peternakan di 10 kecamatan dengan memberikan penyuluhan sekaligus memberikan bantuan obat disinfektan untuk disemprotkan ke kandang ternak dan suplemen vitamin untuk daya tahan ternak yang masih sehat agar lebih tahan terhadap penularan virus.

"Yang bisa kami lakukan adalah tetap memberikan bantuan disinfektan, vitamin dan penyuluhan kepada peternak untuk mengurangi dampak akibat serangan virus flu burung," jelasnya.

Ia memperkirakan upaya memutus penularan virus flu burung ini membutuhkan waktu setidak-tidaknya satu masa sirkulasi ternak itik, yakni sekitar tiga bulan.

Pada proses itu, kata dia, para peternak harus mengosongkan kandang dari jenis hewan unggas ini. Demikian pula, para peternak pembibitan itik harus mengurangi jumlah produskinya.

"Kami akui hal ini akan merugikan peternak. Namun, langkah ini harus diambil untuk menghentikan penularan dan perkembangan virus flu burung," tandasnya.

Peternak pembibitan itik alabio di Desa Mamar, Kecamatan Amuntai Selatan, tanpa diimbau oleh petugas Diskannak HSU memang telah menurunkan tingkat produksi anak itik yang disebabkan berkurangnya permintaan pembeli dalam satu bulan terakhir.

Di tingkat provinsi, kata Putu juga sudah ditutup pintu masuk bagi ternak itik dari luar daerah, khususnya dari Pulau Jawa untuk menghentikan sirkulasi penyebaran virus H5N1 di Kalsel.

"Kami sudah meminta kepada peternak untuk berhenti menjual ternak itik yang sakit dan memisahkannya dengan yang sehat untuk menghentikan penularan," tegas Putu.

Ia bersyukur sewaktu mendampingi tim peneliti Bogor untuk mengambil sampel di Desa Sungai Durait Hulu yang pertama kali dilaporkan terjadi kasus flu burung di Kabupaten HSU sudah mulai berkurang kematian ternaknya.

Putu berharap di sejumlah peternakan lainnya juga terus berkurang kematian ternak pada pekan-pekan mendatang siring upaya Diskannak bersama peternak dalam melakukan penyemprotan kandang dan lainnya.

"Semoga dalam satu siklus penyebaran virus flu burung sudah bisa dihentikan," tandasnya.

Putu membantah jika terjadinya kematian ternak itik akibat virus flu burung di HSU disebabkan kurangnya upaya sosialisasi dari Diskannak kepada para peternak.

Sejak merebaknya kasus kematian ternak itik di Pulau Jawa oleh virus flu burung pada tahun 2010 jajaran Dinas Peternakan di Kalsel sudah menginstruksikan Dinas Peternakan kabupaten/ kota melakukan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan terkait dengan pencegahan ancaman dan penyebaran virus flu burung pada ternak itik.

"Kami telah melakukan kegiatan Komunikasi, informasi, dan edukasi kepada peternak jauh sebelum peristiwa serangan virus flu burung terjadi pada ternak itik," katanya.

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014