Fitri Amaliah (25), merupakan pasien pertama yang dinyatakan sembuh dari COVID-19 di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan telah diizinkan pulang dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Kendari pada Rabu (8/4/2020).

Fitri sempat menjadi pasien yang diisolasi di RSUD Bahteramas karena positif COVID-19 berdasarkan hasil uji sampel tenggorokan (swab) sejak tanggal 19 Maret 2020. Dan pada tanggal 28 Maret 2020 ia dinyatakan sembuh.

Namun, meskipun dirinya telah dinyatakan sembuh dari virus yang mematikan tersebut, dokter belum mengizinkan ia pulang karena pertimbangan psikologis bagi dirinya, keluarga hingga masyarakat di sekitarnya.

Pada Rabu (8/4/2020) sekitar pukul 14.50 Wita, Fitri diizinkan keluar dan meninggalkan RSUD Bahtermas Kendari. Ia dijemput langsung oleh keluarganya.

Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 Kalsel ajak masyarakat patuhi imbauan pemerintah

Tetapi, sebelum meninggalkan RSUD Bahtermas tempat ia diisolasi selama kurang lebih sebulan, Fitri berbagi cerita kepada rekan-rekan wartawan yang hadir pada kesempatan itu.

Fitri didampingi mantan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Bahteramas Kendari dr Sjarif Subijakto, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sultra dr La Ode Rabiul Awal, dan dokter spesialis paru di RSUD Bahteramas, dr Irwan Derma Karya sebagai dokter yang menangani Fitri selama menjalani isolasi.

Pernyataan dan kesaksian yang diungkapkan pertama kali oleh Fitri adalah dirinya bisa sembuh dari virus corona karena berkat perawatan intensif dari seluruh dokter dan perawat yang ada di RSUD Bahtermas Kendari.

"Saya adalah salah satu pasien yang pernah positif terkena virus corona dan sekarang dinyatakan sembuh, telah dinyatakan negatif berkat pemeriksaan dan perawatan intensif seluruh dokter dan perawat yang ada di Rumah Sakit Bahteramas," kata Fitri.

Fitri bercerita, awal mula dirinya terkena virus corona, gejala yang dialami, yakni mengalami demam, sakit tenggorokan, pilek, batuk, dan menggigil pada tanggal 4 Maret 2020.

"Tapi pas periksa ke dokter, langsung dapat rujukan karena ada riwayat perjalanan ke luar negeri (umrah) dan masuk ruang isolasi (RSUD Bahteramas) pada tanggal 9 Maret 2020," ucap wanita berhijab itu.

Baca juga: Positif COVID-19 di Indonesia 2.273 kasus dan 164 sembuh

Saat menjalani pemeriksaan di RSUD Bahteramas, pada 9 Maret 2020, ia langsung dibawa ke ruang isolasi oleh tim medis lantaran memiliki riwayat perjalanan umrah dan menunjukkan gejala COVID-19. Dirinya mengaku sempat khawatir pada saat itu bila hasil Swab-nya positif.

"Perasaan waktu dirawat sebetulnya cukup khawatir, ini bertanya-tanya apakah nanti positif betulan atau tidak. Tapi setelah dinyatakan positif juga tidak merasakan sakit yang parah. Kalau dalam kategori saya dalam kategori ringan, ndak berat jadi proses penyembuhannya juga cepat," ungkapnya.

Jangan Stres

Fitri yang sempat dinyatakan positif COVID-19 setelah pulang umrah bersama keluarganya beberapa waktu lalu, berusaha untuk tidak stres demi niat dan tekad untuk bisa sembuh dari virus yang telah membunuh puluhan ribu manusia di dunia, termasuk ratusan orang di Indonesia.

Saat itu, meskipun dirinya berada di dalam ruang isolasi, ia tetap melakukan interaksi dan komunikasi bersama teman, kerabat terutama orang tuanya. Menurut dia, hal tersebut sebagai cara untuk menghilangkan rasa jenuh ketika menjalani isolasi, sehingga tidak merasa stres.

"Karena katanya kalau stres imun tubuh turun. Jadi diusahakan untuk tidak stres. Saya baca buku, main gim, sering berkabar sama teman, keluarga lewat telepon, bahkan saya terus mendapatkan dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekat, Sehingga dorongan untuk sembuh semakin besar, tuturnya.



"Sebetulnya tidak menjauhi (teman-teman), tetapi lebih memberi dukungan, langsung telpon. Kalau ini (positif corona) pasti sembuh. Tenang saja, gejalanya tidak berat," ujar Fitri menirukan kata-kata dukungan dari teman-temanya.

Ia berpesan agar masyarakat tidak perlu resah dan mengucilkan orang yang positif COVID-19, karena orang yang positif corona bukan sebuah aib, sehingga harus dijauhi apalagi dikucilkan. Virus tersebut bisa disembuhkan, dengan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak stres, tetap menjaga imun tubuh dan selalu menaati imbauan pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran virus tersebut.

Usai dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, ia mengaku bila dibutuhkan pemerintah untuk mengedukasi masyarakat terkait pencegahan COVID-19, ia siap menjadi relawan.

Shalat dan doa

Ibu Sri orang tua Fitri mengaku selalu mendoakan anaknya di setiap shalatnya agar bisa sembuh dari virus mematikan itu. Ia juga mengaku terus memberikan motivasi agar anaknya selalu semangat saat menjalani isolasi.

"Setiap sujud dan tidak ada lain kami hanya pasrahkan segalanya sama Allah SWT. Itu yang menjadi kekuatan kami. Fitri tak henti-hentinya saya kasih semangat supaya dia jangan "down", jangan putus asa, harus semangat," kata ibunya.

Selain itu, ibu Fitri mengatakan bahwa ia terus mengingatkan Fitri agar terus melaksanakan kewajibannya sebagai umat Muslim, yakni shalat lima waktu.



"Jadi selama Fitri disini (diisolasi), selama dirawat di rumah sakit saya senantiasa bilang shalat jangan kamu tinggalkan walaupun kamu sakit, kamu harus tetap shalat, harus tetap dzikir dan banyak-banyak berdoa. Karena saya bilang doa dalam shalat itu akan dikabulkan," ucapnya.

Pada kesempatan itu, ia menyampaikan terima kasih kepada RSUD Bahteramas khususnya dokter dan perawat yang telah merawat anaknya dengan baik hingga sembuh dan bisa berkumpul kembali bersama keluarganya.

"Sebagai keluarga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak rumah sakit yang telah merawat anak kami Fitri. Biar Allah yang membalas segalanya semoga para tenaga medis dan dokter dikasih kekuatan, dikasih perlindungan sama Allah, disehatkan semuanya, Amin," tutupnya.

Kooperatif saat diisolasi

Dokter Spesial Paru RS Bahteramas Kendari dr Irwan Derma Karya sekaligus dokter yang menangani Fitri, mengatakan bahwa Fitri merupakan pasien yang cukup kooperatif saat menjalani isolasi di RSUD Bahteramas.

"Kebetulan juga nona Fitri termasuk pasien yang kooperatif, karena dari awal sampai akhir terus mengikuti instruksi yang diberikan oleh perawat maupun kami sebagai dokternya. Jadi hampir tidak ada kendala dalam merawat nona Fitri ini," katanya.

Selain itu, katanya, Fitri telah melaksanakan tiga kali uji swab, dimana hasil uji swab kedua dan ketiga Fitri dinyatakan negatif, sehingga Fitri pun diizinkan untuk pulang.

"Jadi sebetulnya tanggal 28 itu nona Fitri harus sudah keluar. Jadi setelah kami dapat informasi bahwa hasil swab dua kali dari nona Fitri ini negatif, kami rencanakan kepulangan Fitri dari kemarin (28/3/2020), cuma karena kami diminta untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, maka Rabu (8/9) baru diizinkan pulang," pungkasnya.  

Pewarta: Muhammad Harianto

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020