Untuk menggeliatkan perekonomian di tengah pandemi COVID-19, Indonesia mengekspor baja ke sejumlah negara di antaranya Amerika Serikat karena menurunnya utilisasi produk tersebut di pasar domestik.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari, di Jakarta, Kamis, mengatakan ekspor produk baja ke luar negeri menjadi langkah yang strategis saat ini.
“Pada dasarnya kalau untuk baja ini kita butuh untuk pemenuhan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu (ekspor) sebagai diversifikasi pasar. Jadi itu (ekspor) memang kita dorong,” katanya.
Ia mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat karena saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50 persen karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan virus corona.
Baca juga: Luhut menargetkan ekspor udang vaname meningkat 250 persen pada 2024
Namun ia menegaskan, Kemenperin tetap mengawal industri-industri baja agar tetap berjalan sehingga perekonomian tetap berjalan dengan baik.
“Karena sekarang kan untuk produk hilir permintaannya sedang berkurang. Karena orang perbelanjaan banyak ke obat-obatan, masker, dan perlengkapan kesehatan. Jadi kita berharap adanya diversifikasi pasar dengan melakukan terobosan ekspor. Jadi kita harapkan dengan adanya ekspor ini industri dapat bertahan dalam situasi seperti sekarang ini,” kata Dini.
Dini menambahkan, guna mendorong terobosan ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara.
Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga mempunyai fasilitas perjanjian perdagangan bebas atau FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.
Baca juga: Pemerintah akan bentuk pokja peningkatan ekspor udang
Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor, Dini menjelaskan, pada dasarnya Standar Nasional Indonesia atau SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.
“SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar standar internasional jepang atau JIS dan ASTM (American Soicety for Testing and Materials). Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI,” katanya.
Pada Rabu (8/4), PT Tata Metal Lestari, produsen BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) dalam negeri yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang, untuk pertama kalinya mengekspor produk mereka ke beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat, Puerto Rico, dan Kanada.
Vice Presiden PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi, mengatakan total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal.
Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2000 ton-3000 ton per bulan dengan nilai 1,6-2 juta dolar AS.
Ia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukkan bahwa baja produksi PT Tata Metal Lestari yang merupakan 100 persen milik Indonesia (PMDN), bisa bersaing di pasar internasional, dan memiliki standar mutu yang diakui secara internasional pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari, di Jakarta, Kamis, mengatakan ekspor produk baja ke luar negeri menjadi langkah yang strategis saat ini.
“Pada dasarnya kalau untuk baja ini kita butuh untuk pemenuhan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu (ekspor) sebagai diversifikasi pasar. Jadi itu (ekspor) memang kita dorong,” katanya.
Ia mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat karena saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50 persen karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan virus corona.
Baca juga: Luhut menargetkan ekspor udang vaname meningkat 250 persen pada 2024
Namun ia menegaskan, Kemenperin tetap mengawal industri-industri baja agar tetap berjalan sehingga perekonomian tetap berjalan dengan baik.
“Karena sekarang kan untuk produk hilir permintaannya sedang berkurang. Karena orang perbelanjaan banyak ke obat-obatan, masker, dan perlengkapan kesehatan. Jadi kita berharap adanya diversifikasi pasar dengan melakukan terobosan ekspor. Jadi kita harapkan dengan adanya ekspor ini industri dapat bertahan dalam situasi seperti sekarang ini,” kata Dini.
Dini menambahkan, guna mendorong terobosan ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara.
Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga mempunyai fasilitas perjanjian perdagangan bebas atau FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.
Baca juga: Pemerintah akan bentuk pokja peningkatan ekspor udang
Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor, Dini menjelaskan, pada dasarnya Standar Nasional Indonesia atau SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.
“SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar standar internasional jepang atau JIS dan ASTM (American Soicety for Testing and Materials). Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI,” katanya.
Pada Rabu (8/4), PT Tata Metal Lestari, produsen BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) dalam negeri yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang, untuk pertama kalinya mengekspor produk mereka ke beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat, Puerto Rico, dan Kanada.
Vice Presiden PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi, mengatakan total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal.
Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2000 ton-3000 ton per bulan dengan nilai 1,6-2 juta dolar AS.
Ia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukkan bahwa baja produksi PT Tata Metal Lestari yang merupakan 100 persen milik Indonesia (PMDN), bisa bersaing di pasar internasional, dan memiliki standar mutu yang diakui secara internasional pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020