Sebuah tulisan "sangat" viral di media sosial, baik itu di Facebook, WhatsApp, maupun di Instagram, hanya menampilkan tulisan ringan seorang nitizen yang juga jemaah Haul Guru Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan.

Penulis yang bernama Reza Yayank itu mengungkapkan apa yang tak pernah ia lihat dan rasanya di manapun di belahan bumi ini.

Menurutnya, Allah turunkan sejuta malaikat untuk singgah di hati warga Kalimantan untuk terus melayani jutaan umat menuju sekumpul (lokasi pengajian) Kota Martapura.

Perjalanan ia dari Kalimantan Timur sampai ke Kota Martapura (Kalsel) hanya menghitung jumlah warung gratis (res area) dan bercengkrama dengan warga yang membuka posko haul abah guru Sekumpul.

Di mulai dari Penajam Paser Utara (Kaltim) sampai Kota Martapura (Kalsel) tidak kurang dari 108 res area atau persinggahan yang lengkap dengan makanan minuman dan tempat tidur sementara yang disiapkan untuk jutaan umat menuju acara haul.

Melihat kenyataan tersebut menurutnya jutaan manusia tak akan kelaparan dan jutaan umat tak akan mengalami kehausan, dan anehnya warga yang singgah tidak diberi batasan mau makan apa saja sepuasnya dan sebanyak banyaknya karna logistik tak pernah habis akibat sumbangan dari warga yang terus berdatangan

Di res area Barabai ibukota Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Reza Yayank mengaku bertemu dengan warga asal Kota Makassar Sulawesi Selatan dan sempat bertanya "bapak dari mana." 

Bapak itu menjawab "dari Makassar" lalu ditanya lagi kenapa lewat darat pak padahal ada penerbangan langsung ke Banjarmasin dan tentu biayanya akan lebih murah ketimbang bapak lewat darat.

Lalu bapak tersebut menjawab "saya baru pertama kali ke Martapura dan sengaja lewat darat untuk membuktikan kuasa tuhan yang saya tidak percaya sebelumnya."  

"Teman saya bercerita kalau sepanjang jalan di Bumi Kalimantan yang saya lintasi menuju Kota Martapura uang untuk membeli nasi tidak berlaku." cerita bapak itu.

Ternyata omongan teman tersebut benar di sini,  semua res area gratis dan bapak dari Makassar tersebut mengaku sempat menangis ketika membuktikan sendiri betapa mereka dihargai lebih dari seorang raja. 

"Allah benar benar buktikan di dunia ini masih banyak orang orang baik dan semua ada di sini" tutur bapak tersebut

Tahukah anda warga warga yang ihklas menyediakan makan bukan anak anak pesantren atau jemaah pengajian, mereka adalah warga biasa yang hanya berharap pahala dan ingin membantu mereka ke haul sekumpul yang melakukan perjalanan jauh.

"Tahukah kita ternyata banyak dari mereka bukan orang yang sangat paham agama namun rasa memiliki dan kecintaan pada agama Islam dan ketokohan abah guru menbuat mereka senang riang dan bahagia bisa turut ambil bagian di res area posko haul" seperti yang tertera dalam tulisan tersebut.

"Sadarkah kita hanya di Bumi Kalimantan manusia manusia berhati malaikat ini ada dan tahukah kita ini sesuatu yang tak ada di belahan dunia manapun," demikian kalimat dalam tulisan tersebut.

"Singgah paman bawa makan dulu bawa istirhat sini ulun bantu nyeberang. Makan acil jangan baarit kalu haus di jalan bungkus minuman makanan paman acil "itu kalimat yng murni iklas keluar dari mulut warga di posko haul makin banyak anda makan mereka makin bahgia

Anda bayangkan jutaan umat yang hadir ke Martapura dan dari jutaan tersebut tak satupun pernah bercerita kelaparan di jalan.

Di kawasan Bebulu Darat Panajam Kalimantan Timur terpantau panitia sampai bingung memasak karena warga yang mengirim logistik sangat banyak bayangkan puluhan kilogram ayam dan ratusan kilogram ikan dari nelayan dikirim ke posko demi berbagi dan berharap ridho Allah

Di Kabupaten Tabalong sampai ada satu posko yang suka rela membeli satu ekor sapi demi mencukupi kebutuhan makan jamaah dan melayani 1x24 jam

Di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Tentara Republik Indonesia (TNI) ikut turun ke jalan mengajak anank dan istri membagikan makanan termasuk juga posko anggota Polri yang setiap jam akan berpatroli mengurai kemacetan dan semua di luar intruksi negara semua dilakukan hanya dari sebuah perasaan hati

Di Binuang Kabupaten Tapin, didirikan tenda tenda raksasa khusus untuk warga untuk istirahat makan minum dengan berbagai jamuan makan tak terbatas dan tak pernah habis termasuk tambal ban kendaraan secara gratis.

Menurut tulisan itu lagi tatkala melintas di Astambul Kabupaten Banjar sekitar pukul 1.30 dini hari udara sangat dingin dan ada rintik rintik hujan pada sebuah tikungan tajam  "Subahannallah" ada seorang kakek duduk memakai jas hujan dengan lampu penerangn seadanya sambil mengatur lalu lintas dengan lampu di tangan.

Reza Yayank pun bertanya "Kai pian saurangan (sendiri) ajakah," di jawab beliau aku nak ae sengaja bajaga di sini karena tikungannya tajam jika kada dijaga banyak nang kecelakaan di sini apalagi orang jauh, ujar beliau sambil menyeka air rintik hujan di muka tua nya.

"Subhannallah" beliau duduk membawa kursi dari rumah karena lelah berdiri.

Ini semua adalah wujud kesyukuran kebanggaan dan ketundukan pada Allh SWT. Tuhan maha besar, "Ya Allah Tuhan Ku yang baik terimakasih atas segla keindahan ini terimakasih atas segala mukjijat ini karna hanya di bumi kalimantan kau hadirkan manusia manusia yang hatinya di huni malaikatmu," kata Reza Dalam tulisannya.

Seusai membaca tulisan nitizen ini, napas penulispun terasa tersengal, karena apa yang dirasakan penulis ini,  itu juga yang penulis rasakan setelah melakukan perjalanan naik sepeda motor pulang pergi ke Haul Guru Sekumpul ke-15.

Walaupun pengalaman ini sudah pernah dirasakan tahun-tahun sebelumnya, tetapi untuk tahun 2020 ini ini sungguh  luar biasa dan menyentuh perasasaan yang paling dalam.

Dari Banjarmasin ke Martapura hanya berjarak sekitar 40 kilometer, terdapat tak kurang 40 lokasi res area, yang membagikan nasi, roti, minuman, buah rambutan, langsat, dan apa saja yang mampu warga berikan untuk peserta haul yang melakukan perjalanan.

Ketika ditanya siapa yang memberikan donatur atas makanan dan minuman yang diberikan gratis tersebut, hampir semua menjawab urunan warga (gotong royong warga), berarti bukan berasal dari seorang yang kaya.

Puluhan res area itu berada di arah kiri tujuan Banjarmasin Martapura saat perjalanan penulis siang hari, sebaliknya saat arus balik di malam hari puluhan lagi muncul posko atau res area yang membagikan hal serupa arah Martapura ke Banjarmasin.

"Ada kopi panas pak, ada susu pak, bapak menyesal tak singgah ke posko kami," kata beberapa anak remaja menyapa penulis seraya menyuruh singgah.

"Bapak minum apa," sebentar kata penyulis, penulis ingin merekam video dulu, "masuk kemana videonya pak" kata remaja itu lagi, "youtube" kata penulis bergegas yang lain ikut nimbrung ingin di kamera,

Bukan saja disuruh singgah minum kopi atau teh panas untuk menghangatkan badan, tak sedikit posko yang disinggapi peserta haul yang menyediakan, kue untuk2, cempedak goreng, pisang goreng, pais, dan aneka kue-kue traduisional, disamping ada pula nasi yang sudah dibungkus yang kemudian di kasih saja ke peserta haul untuk dibawa pulang. "luar Biasa."

Penomenal

Guru Ijai atau atau KH Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah ulama kharismatik kelahiran malam Rabu 11 Februari 1942 yang meninggal 10 Agustus 2005.

Ulama yang dulu sering menggelorakan salawat Nabi melalui syair-syiar Maulud Habsyi tersebut memang menjadi panutan, bahkan melahirkan banyak murid yang sekarang menjadi ulama-ulama muda dan terkenal pula.

Kematiannya menimbulkan kesedihan yang mendalam di kalangan Umat Islam Banua ( wilayah Kalsel) bahkan Kaltim dan Kalteng, tak heran hari kematiannya selalu diperingati, melalui acara haul yang sekarang sudah yang ke-15.

Atas kecintaan itulah serta ingin memperoleh berkah ketika acara haul selalu saja dipadati peserta haul, yang sudah pernah hadir haul selalu ingin selalu hadir, yang belum pernah hadir ingin mencoba lalu kemudian ketagihan.

Makanya, pesertanya selalu membludak bukan saja dari kalangan rakyat biasa tetapi juga pengusaha bahkan petinggi negara termasuk, Presiden Jokowi dan para menteri.

Yang belakangan selalu hadir adalah pengusaha terkenal yang pernah mencalon jadi Wakil Presiden RI, Sandiaga Uno, "panggilan hati" kata Sandiaga Uno ketika ditanya.

Panggilan hati itu yang menyebabkan acara haul ini menjadi magnet bagi khalayak, tidak ada yang menyuruh dengan biaya sendiri rela berjejalan mendatangi lokasi haul yang tadinya peserta haul hanya seputaran Sekumpul, tetapi belakangan kota Martapura tak sanggub lagi menampung banyaknya jemaah, sehingga kini sudah meluber hingga Kota Banjarbaru.

Ada yang bilang sudah mencapai jutaan orang bahkan ada yang bilang lebih dari dua juta orang, wallahualam karena tak ada data yang pasti.

Mereka jemaah ada yang hanya berjalan kaki, ada yang naik beca, ada yang bersepeda walau ratusan kilometer, ada yang hanya naik sampan atau jukung, berklotok, spead boat, bahkan ada yang naik puluhan bus, mobil pribadi, dan terbang jauh dari pulau seberang, Sumatera, Sulawesi, Pulau Jawa, dan dari negara tetangga, Singapura, Malaysia, serta dari belahan dunia lain.

Makanya peserta haul tak lagi dimonopoli berkomunikasi berbahasa Banjar, tetapi sudah banyak bahasa Jawa, Bahasa Bugis, Bahasa Madura dan lainnya.

Semua itu dilakukan hanya sebuah kata panggilan hati, makanya tak ada event apapun di Kalsel ini yang mampu mengalahkan magnet kunjungan seperti, event olahraga, event pariwisata walau biaya promosi sebesar apapun  tak bakal mampu mengalahkan kunjungan haul Sekumpul, memang penomenal.

Acara haul ini menjadi potensi yang sangat luar biasa, untuk meningkatkan dunia wisata, dunia transportasi, dunia akomodasi, dunia keagamaan, dan yang tak kalah penting berapa devisa yang diperoleh oleh kegiatan yang tanpa harus "dijual" keras ini.

Oleh karena itu kepada seluruh warga Kalsel dan pemerintah setempat pelihara momen ini sebaik mungkin, dan warga Kalsel harus memiliki kebanggan yang mendalam atas kegiatan ini, lepaskan seluruh perbedaan atas kegiatan ini, "ini milik kita" dan "kita bangga"

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020