Oleh Syamsuddin Hasan

Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Pengamat sosial politik yang juga Ketua DPRD Kalimantan Selatan Nasib Alamsyah berpendapat, Pancasila bukan cuma sekedar pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tapi lebih dari itu.

"Dari dulu atau sejak republik ini berdiri, Pancasila sebagai dasar negara, bukan pilar," tandasnya, sebelum menghadiri peresmian Monumen Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan, Jumat.

Artinya, menurut pernsiunan perwira menengah TNI-AD itu, Pancasila sangat pondaminal, tidak bisa diutak-atik seperti halnya Undang Undang Daerah (UUD) 1945, yang sudah beberapa kali mengalami perubahan (amandemen).

"Karenanya Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia harus tetap terjaga, jangan sampai terubah, apalagi kalau sampai tiada," lanjut Kolonel Infantri purnawirawan itu.

Oleh sebab itu, alumnus Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1973 tersebut, kurang sependapat, kalau ada yang menempatkan Pancasila sebagai pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Karena itu pula alumnus AMN yang seangkatan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang Presiden RI tersebut, menyarankan, perlunya pembetulan sosialisasi empat pilar NKRI.

Pembetulan atau pelurusan itu, menurut dia, agar tidak menghilangkan sejarah serta nilai-nilai dasar kehidupan bernegara dan berbangsa bagi Indonesia yang sudah terpatri sejak lama.

Mantan Komandan Korem Bone, Sulawesi Selatan itu khawatir, dengan menempatkan Pancasila sebagai pilar NKRI atau sejajaran dengan yang lainnya, pandangan dan falsafah hidup bangsa Indonesia berubah-ubah pula.

"Sebagaimana halnya Undang Undang Dasar 1945 sudah berapa kali terjadi perubahan. Begitu pula Pancasila karena dianggap bukan sebagai dasar bisa berubah-ubah," lanjutnya.

"Kita tidak ingin terulang, peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G. 30 S/PKI) 1965, yang mau mengubah dasar negara Indonesia dari Pancasila menjadi Komunisme (paham komunis)," demikian Nasib Alamsyah.

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013