Festival buah-buahan lokal dan langka khas pulau Kalimantan, khususnya Provinsi Kalimantan Selatan, akan kembali digelar di Desa Marajai, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, di awal Februari 2020.
Desa Marajai, yang merupakan sorga buah-buahan lokal dan tempat kembang tumbuhnya berbagai jenis buah lokal langka serta varian durian dengan berbagai jenis dan rasa, akan menampilkan kekayaan alam pegunungan meratus, bukah hanya buah-buahan lokal, akan tetapi alamnya yang masih asri, air terjun alami, goa dan tentunya budaya masyarakat dan keramah-tamahan.
Pada festival buah lokal langka yang pernah digelar, diantaranya terdapat buah Lahung atau Layung, Kalih atau Traku, Pampakin, Karatongan, Mantaula, Mantuala, Maharawin, semua yang disebut ini jenis durian tetapi tidak seperti durian yang kebanyakan dijual di pasaran, karena bentuk bundarnya, warna kulit dan rasa yang berbeda-beda pula.
Itu hanya jenis durian belum lagi jenis buah sejenis nangka-nangkaan, Tarap, Binturung, Kulidang, Mintawa, dan lainnya begitu juga jenis rambutan ada yang disebut Siwau, Maritam, Buluan, dan sebagainya.
Tak kalah menarik jenis mangga-manggaan (mangifera), Duku-dukuan, aneka pisang hidup di hutan hingga ada pisang warna kulitnya yang merah serta puluhan jenis buah lainnya yang relatif sulit ditemui di pasaran.
Bupati Balangan, H Ansharudin pernah menyampaikan, kegiatan festival buah lokal di Desa Marajai, luar biasa sebagai momen untuk mengenalkan buah-buahan langka yang masih tumbuh dan berkembang di wilayah Pegunungan Meratus tersebut.
"Dengan adanya festival buah lokal membuktikan bahwa bumi Kalimantan menyimpan kekayaan yang luar biasa terhadap plasma nutfah, khususnya buah-buahan" kata Ansharudin.
Dikatakan, kekayaan tersebut harus dilestarikan untuk generasi yang akan datang, Pemkab akan meidentifikasi aneka tanaman buah tersebut untuk diambil bibitnya dan dikembangkan pada lahan seluas tujuh hektare di Taman Hutan Raya Balangan.
Sementara itu, pemerhati buah-buahan Kalimantan, Hanif Wicaksono, mengungkapkan bahwa Kalimantan memang surga bagi tanaman buah, hanya saja sekarang populasinya terus menurun akibat eksploitasi lahan yang terus meningkat untuk berbagai kepentingan.
Menurut dia, akibat kian menghilangnya jenis buah Kalimantan ini menimbulkan banyak keprihatinan yang mendalam akan lenyapnya kekayaan alam tersebut.
Tak sedikit orang di luar Kalimantan, seperti dari Pulau Jawa yang merasa terpanggil untuk menyelamatkan plasma nutfah tersebut, lalu membeli biji-biji buahan tersebut.
Hanif sendiri yang pekerjaannya adalah penyuluh program Keluarga Berancana (KB), menyebutkan bahwa Desa Marajai masih memiliki sejumlah pohon-pohonan buah langka endemik Kalimantan.
"Dari sekitar 150 jenis buah lokal Kalimantan yang mulai langka tersebut 100 jenis ada di Marajai. Untuk jenis durian saja mungkin wilayah Marajai yang paling banyak memberikan kontribusi bagi pedagang durian di Balangan. Ada pula sembilan jenis tarap-tarapan, seperti kulidang ((Artocarpus lanceifolius roxb), puyian (Artocarpus rigidus) dan lainnya," ungkapnya.
Buah lainnya yang teridentifikasi di desa bagian dari Pegunungan Meratus tersebut adalah Silulung (Baccaurea angulata) maritam (Nephelium ramboutan-ake) Bumbunau (Aglaia laxiflora), Babuku ( Dimocarpus longan subspecies malesianus),Luying/Luing (Scutinanthe brunnea).
Kemudian juga ada buah Kapul (Baccaurea macrocarpa),Kalangkala (Litsea garciae), Gitaan/Tampirik (Willughbeia angustifolia) dan Kumbayau (Dacroydes rostrata).
Melihat aneka buah lokal yang merupakan plasma nutfah tersebut telah mencerminkan hutan Kalimantan khususnya Pegunungan Meratus menyimpan kekayaan yang luar biasa yang harus dijaga untuk tidak dieksploitasi baik untuk pertambangan maupun kegiatan ekonomi lainnya, karena itu kekayaan ciptaan tuhan yang nilainya melebihi dari nilai usaha pertambangan dan penebangan lainnya, pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Desa Marajai, yang merupakan sorga buah-buahan lokal dan tempat kembang tumbuhnya berbagai jenis buah lokal langka serta varian durian dengan berbagai jenis dan rasa, akan menampilkan kekayaan alam pegunungan meratus, bukah hanya buah-buahan lokal, akan tetapi alamnya yang masih asri, air terjun alami, goa dan tentunya budaya masyarakat dan keramah-tamahan.
Pada festival buah lokal langka yang pernah digelar, diantaranya terdapat buah Lahung atau Layung, Kalih atau Traku, Pampakin, Karatongan, Mantaula, Mantuala, Maharawin, semua yang disebut ini jenis durian tetapi tidak seperti durian yang kebanyakan dijual di pasaran, karena bentuk bundarnya, warna kulit dan rasa yang berbeda-beda pula.
Itu hanya jenis durian belum lagi jenis buah sejenis nangka-nangkaan, Tarap, Binturung, Kulidang, Mintawa, dan lainnya begitu juga jenis rambutan ada yang disebut Siwau, Maritam, Buluan, dan sebagainya.
Tak kalah menarik jenis mangga-manggaan (mangifera), Duku-dukuan, aneka pisang hidup di hutan hingga ada pisang warna kulitnya yang merah serta puluhan jenis buah lainnya yang relatif sulit ditemui di pasaran.
Bupati Balangan, H Ansharudin pernah menyampaikan, kegiatan festival buah lokal di Desa Marajai, luar biasa sebagai momen untuk mengenalkan buah-buahan langka yang masih tumbuh dan berkembang di wilayah Pegunungan Meratus tersebut.
"Dengan adanya festival buah lokal membuktikan bahwa bumi Kalimantan menyimpan kekayaan yang luar biasa terhadap plasma nutfah, khususnya buah-buahan" kata Ansharudin.
Dikatakan, kekayaan tersebut harus dilestarikan untuk generasi yang akan datang, Pemkab akan meidentifikasi aneka tanaman buah tersebut untuk diambil bibitnya dan dikembangkan pada lahan seluas tujuh hektare di Taman Hutan Raya Balangan.
Sementara itu, pemerhati buah-buahan Kalimantan, Hanif Wicaksono, mengungkapkan bahwa Kalimantan memang surga bagi tanaman buah, hanya saja sekarang populasinya terus menurun akibat eksploitasi lahan yang terus meningkat untuk berbagai kepentingan.
Menurut dia, akibat kian menghilangnya jenis buah Kalimantan ini menimbulkan banyak keprihatinan yang mendalam akan lenyapnya kekayaan alam tersebut.
Tak sedikit orang di luar Kalimantan, seperti dari Pulau Jawa yang merasa terpanggil untuk menyelamatkan plasma nutfah tersebut, lalu membeli biji-biji buahan tersebut.
Hanif sendiri yang pekerjaannya adalah penyuluh program Keluarga Berancana (KB), menyebutkan bahwa Desa Marajai masih memiliki sejumlah pohon-pohonan buah langka endemik Kalimantan.
"Dari sekitar 150 jenis buah lokal Kalimantan yang mulai langka tersebut 100 jenis ada di Marajai. Untuk jenis durian saja mungkin wilayah Marajai yang paling banyak memberikan kontribusi bagi pedagang durian di Balangan. Ada pula sembilan jenis tarap-tarapan, seperti kulidang ((Artocarpus lanceifolius roxb), puyian (Artocarpus rigidus) dan lainnya," ungkapnya.
Buah lainnya yang teridentifikasi di desa bagian dari Pegunungan Meratus tersebut adalah Silulung (Baccaurea angulata) maritam (Nephelium ramboutan-ake) Bumbunau (Aglaia laxiflora), Babuku ( Dimocarpus longan subspecies malesianus),Luying/Luing (Scutinanthe brunnea).
Kemudian juga ada buah Kapul (Baccaurea macrocarpa),Kalangkala (Litsea garciae), Gitaan/Tampirik (Willughbeia angustifolia) dan Kumbayau (Dacroydes rostrata).
Melihat aneka buah lokal yang merupakan plasma nutfah tersebut telah mencerminkan hutan Kalimantan khususnya Pegunungan Meratus menyimpan kekayaan yang luar biasa yang harus dijaga untuk tidak dieksploitasi baik untuk pertambangan maupun kegiatan ekonomi lainnya, karena itu kekayaan ciptaan tuhan yang nilainya melebihi dari nilai usaha pertambangan dan penebangan lainnya, pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020