Oleh Syamsuddin Hasan

Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Dinas Pendidikan (Disdik) Kalimantan Selatan merespon positif rekomendasi Kongres III Budaya Banjar (BB), yang berlangsung di Banjarmasin, 22 - 26 Okrtober 2013 yang menjadikan bahasa Banjar sebagai mata pelajaran muatan lokal.


"Pada prinsipnya kita dukung dan sambut positif rekomendasi Kongres III Budaya Banjar tersebut," tandas Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kalsel Ngadimun, di Banjarmasin, Selasa.

Kongres III Budaya Banjar yang juga diikuti urang-urang Banjar di perantauan itu, membuat beberapa rekomendasi, antara lain menjadikan bahasa Banjar sebagai pelajaran muatan lokal (mulok) di sekolah.

Menurut Ngadimun yang sejak lama bertugas di Disdik Kalsel itu, penetapan Bahasa Banjar sebagai pelajaran mulok di sekolah-sekolah di provinsi yang terdiri 13 kabupaten/kota ini, juga sudah beberapa tahun lalu.

"Namun ada beberapa kendala menjadikan Bahasa Banjar sebagai pelajaran mulok, antara lain belum ada pengajar atau di sekolah itu yang betul-betul menguasai `bahasa ibu` (Bahasa Banjar) tersebut," tuturnya.

"Guru-guru tersebut pada umumnya cuma pandai mengucapkan (ngomong) Bahasa Banjar. Tapi mereka tidak tahu sebeluk-beluk Bahasa Banjar, serta tata bahasanya (gramatika) sebagaimana pelajaran Bahasa Indonesia," lanjutnya.

Oleh sebab itu, sebagai respon positif terhadap rekomendasi Kongres III Budaya Banjar tersebut, Disdik Kalsel akan mengundang para ahli pembuat kurikulum, berkaitan dengan keinginan menjadikan Bahasa Banjar sebagai mulok.

Selain itu, mendorong para ahli Bahasa Banjar khususnya, untuk menyusun panduan atau buku-buku yang berkaitan dengan rekomendasi Kongres III Budaya Banjar, bukan cuma sekedar Kamus Bahasa Banjar.

"Tapi Kamus Bahasa Banjar seperti yang disusun Prof H Abdul Djebar Hapip, seorang Guru Besar Bahasa Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, mungkin perlu penyempurnaan," demikian Ngadimun.

Pada kesempatan terpisah, Dr H Rustam Effendi M.Pd, dosen FKIP Unlam mengungkapkan, Bahasa Banjar itu bila dilihat dari asalnya, terbagi dua kelompok dasar, yaitu Bahasa Banjar kuala dan Bahasa Banjar hulu.

"Kedua asal Bahasa Banjar tersebut, pada dasarnya banyak kesamaan, tapi banyak pula perbedaannya," ujar alumnus program doktor dari negeri jiran Malaysia tersebut.

" Yang dimaksud Banjar kuala, antara lain meliputi daerah-daerah pinggiran Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Barito Kuala (Batola) dan Kabupaten Tanah Laut (Tala)," lanjutnya.

  Sedangkan Banjar hulu meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong, demikian Rustam Effendi.    

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013