Penjabat Sekretrais Daerah Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan H Abdul Manaf mengatakan, Pemkab Barito Kuala (Batola) sudah melakukan antisipasi dalam rangka tanggap darurat yang melibatkan berbagai pihak dan dalam penanggulangan sudah disiapkan anggaran baik di BPBD dan Dinsos.

Pj Sekda Batola H Abdul Manaf, menambahkan, penanggulangan bencana ini bukan hanya tugas pemerintah, namun tugas bersama seperti TNI, polri, serta seluruh lapisan masyarakat.

Dalam hal penanganan penanggulangan, menurut Manaf, pihaknya terus bersinergi dengan semua stakeholder, termasuk dari provinsi maupun pusat.

“Kita terus berupaya bersinergi dengan pihak termasuk terhadap satgas, sehingga dimana pun bencana terjadi kita sudah siap untuk penanggulangannya,” katanya pada acara Dialog Interaktif RRI terkait Tanggap Bencana bersama masyarakat di Taman Surya Lestari, depan Kantor Bupati Batola, Selasa (10/12).

Terkait bencana puting beliung, Manaf menjelaskan, apabila terjadi bencana puting beliung atau pun bencana lainnya maka yang pertama kali melakukan tanggap daruratnya adalah BPBD dan Dinsos dalam hal pemberian bantuan yang sifatnya darurat dan mendesak untuk kebutuhan sehari-hari.
 
Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Batola Sumarno menjelaskan, wilayah Kabupaten Batola jika musim kemarau tiba rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan karena kondisi lahan yang bergambut.

Untuk di tahun 2019, sebut Sumarno, hingga akhir November 2019, di Batola hampir semua kecamatan dengan luas areal 1.156 hektare terkena dampak kebakaran hutan dan lahan dengan kerugian diperkirakan lebih Rp5 miliar.

Sedangkan daerah-daerah yang rentan terbakar, jelas dia,  terutama di Kecamatan Jejangkit, Mandastana, Kuripan, Tabukan, Marabahan dan lainnya.

Terkait dengan kegiatan Karhutla, Sumarno menjelaskan, tahun 2019 pihaknya membuat status dari siaga bencana menjadi tanggap darurat bencana asap akibat karhutla yang berakhir 10 November 2019.  

Sedangkan lahan yang terbakar, terang dia,  selain semak belukar, lahan pertanian, kebun masyarakat dan kebun perusahaan (sawit).

Penyebab terjadinya kebakaran, menurut Sumarno, hampir 100 persen berasal dari faktor manusianya yang terkait dengan pembukaan lahan pertanian dan perkebunan. Selain disebabkan oleh faktor manusia, baik akibat kesengajaan maupun kelalaian.


 

Pewarta: Arianto

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019