Seorang tokoh Banjar yang tinggal di Jakarta, Abdurrahman Muhammad Fachir saat menjadi pembicara di kegiatan  Kongres Budaya Banjar V (KBB V) dari tanggal 28 November sampai 1 Desember, mengharapkan budaya Banjar bisa diwariskan ke kelompok milineal.

Banyak nilai-nilai budaya orang Banjar yang tetap harus diwariskan ke generasi muda untuk menghadapi masa depan, kata Abdurrahman Muhammad Fachir yang dikenal pula sebagai Wakil Menteri Luar Negeri (wamenlu)  RI 2014-2019, dihadapan peserta KBB V, di hotel Area Barito.

"Filsafat hidup urang banjar, baiman, bauntung, batuah, cangkal, agamis, kompetitif, pragmatis," itu suatu nilai yang harus dilestarikan tambahnya seraya menyebutkan bahwa profesi orang Banjar tersebut kebanyakan adalah tukang, pedagang, pegawai, dan ulama.

Mengenai sebaran suku Banjar di Indonesia ada di semua provinsi, diluar negeri ada di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan juga Banjar Kulan di Filipina, Malagasi / Madagaskar (ras banjar), Banjar Tawau, Arab Saudi. 

Ada mantan dubes Malaysia dan Dubes Brunei Darussalam juga berasal dari suku Banjar, dan bisa berbahasa Banjar, tuturnya.

Ia juga memberi kiat merajut emosi banua di tanah rantau bisa dengan membangun identitas komunitas, atau napak tilas / susur galur, program bersama serta sister city.

Menurut Muhammad Fachir sudah saatnya industri dikembangkan di banua, misalnya yang berbahan baku karet alam karena sejak masa orang tua beliau berbisnis "gatah" tahun 1940-an sampai saat ini belum ada industri pengolahannya. 

Jaringan silaturrahmi kulaan banjar bisa saling menguatkan dan mengembangkan ekonomi untuk kesejahteraan bersama, "kayuh baimbai."

Tampil pula pembicara Budhi Borneo, Ph.D Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Banjar menjawab tantangan jaman.

juga tampil paparan materi pengembangan kesusasteraan Banjar, menjawab tantangan jaman, oleh Jamal T. Suryanata, diawali dengan sejarah seorang sastrawan pejuang Pahlawan Nasional Brigjen H Hasan Basry. Dalam masa sulit di medan juang menulis puisi berjudul "Rindang Banua"
Jamal T. Suryanata,
Sungai Tabuk banyunya dalam, Zaman dahulu baraja di mata, Rasa ramuk hati di dalam mangganang bangsa banyak nang luka.

Taluk baintan benteng di hulu, zaman raja madah seloka, betapa rawan tanah airku, dibagi-bagi oleh walanda. ia mengajak saatnya mengapresiasi sastera dan bersungguh-sungguh dan mengembangkannya.

Paparan materi Orientasi Kebudayaan Banjar masa lalu masa kini dan masa depan oleh Dr. Humaidi Ibnu Sami, diawali dgn cuplikan sejarah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Berawal dari Sultan Tahlilullah terkesan melihat hasil lukisan Muhammad Arsyad yang masih berumur tujuh tahun, kemudian meminta pada orang tuanya agar anak tersebut tinggal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan. 
Ibnu Sami

Kemudian mengirim belajar agama ke Mekkah. Disana beliau menjalin persahabatan dengan sesama penuntut ilmu seperti Syekh Abdussamad al-Falimbangi, Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi, dan Syekh Abdul Wahab Bugis sehingga mereka dikenal sebagai Empat Serangkai dari Tanah Jawi.

Peran sultan mengembangkan sumber daya manusia, dan peran Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari bersama empat sahabatnya menjadikan bahasa melayu sebabagai bahasa kedua setelah bahasa arab mengingatkan tentang pentingnya peran umaro dan peran ulama, membina keimanan dan mengembangkan budaya.


 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019