Perusahaan kaca asal Jepang Asahimas meminta agar harga gas untuk industri di Indonesia tidak naik, bahkan jika memungkinkan harganya bisa turun.
“Kami ingin kalau bisa serendah mungkin, namun paling tidak saat ini harganya jangan naik,” kata Regional President for Asia Pacific, Building and Glass Company Asahimas, Masahiro Takeda di Tokyo, Senin.
Permintaan Takeda tersebut dikemukakan usai menggelar pertemuan dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Hotel Imperial, Tokyo, Jepang.
Baca juga: Industri Kalsel Butuh Infrastruktur Transmisi Gas
Takeda mengatakan harga gas berkontribusi 25 persen hingga 30 persen dari total biaya produksi pada industri kaca, sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap daya saing industri tersebut.
“Saat ini kami berkompetisi dengan Malaysia dan China. Kedua negara tersebut juga mengekspor kaca ke Indonesia, namun harga gas di negara mereka jauh lebih rendah dari di Indonesia,” ujar Takeda.
Dengan demikian, produk kaca asal Indonesia bersaing dengan produk impor dari beberapa negara. Oleh karena itu daya saing produk nasional perlu ditingkatkan.
“Penurunan harga gas kami yakini akan meningkatkan daya saing produk industri kaca di Indonesia. Namun apabila belum bisa turun, kami meminta agar tidak naik,” ungkap Takeda.
Baca juga: Pertamina ajak UMKM beralih ke Bright Gas
Menurut Takeda, harga gas yang dirasakan Asahi Glass di Indonesia saat ini mencapai 9 dolar AS per Metric Million British Thermal Unit (MMBTU). Ia berharap harganya bisa lebih rendah lagi.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyampaikan bahwa ia akan membicarakan persoalan harga gas industri dengan lintas kementerian untuk menyelesaikannya.
“Tentu kita harus bicarakan di lintas kementerian. Tapi saya yakin Menteri ESDM yang memang punya kewenangan untuk menentukan harga gas itu paham apa saja yang menjadi concern dalam hal ini,” kata Menperin.
Agus menambahkan regulasi pemerintah yang memberikan ruang harga gas lebih rendah untuk tujuh industri juga merupakan hal yang baik untuk mendukung daya saing industri.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019