Keadaan cuaca di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang luas wilayahnya sekitar 3,7 juta hektare dan terdiri atas 13 kabupaten/kota masih belum menentu.

Pantauan Antara Kalsel di Banjarmasin, Senin melaporkan, sepanjang hari atau sejak pagi hingga sore ibu kota provinsi tersebut cuaca panas terik.

Kecuali sesudah shalat Ashar atau sekitar pukul 17.00 WITA, menjelang malam mulai tampak awan kecoklat-coklatan yang sebentar-sebentar kembali berubah menjadi putih belum menampakkan warna hitam sebagai salah satu pertanda hujan akan turun.

Namun awan putih itu terkadang pula berubah dengan cepat menjadi hitam dan turun hujan lebat disertai atau didahului tiupan angin kencang, seperti angin puting beliung.

Guyuran hujan lebat pun tidak lama atau sekitar dua jam, kemudian gerimis yang dikala malam, orang-orang/warga masyarakat daerah hulu sungai Kalsel menyebutnya "hujan maling" (hujannya buat pencuri/maling beroperasi).

Keadaan cuaca seperti itu di seantero Kalsel atau "Bumi Perjuangan Pangeran Antasari" sudah sejak sepekan belakangan, tetapi belum membuat warga tani hulu sungai atau "Banua Anam" provinsi tersebut untuk segera turun ke sawah.

Daerah hulu sungai atau Banua Anam Kalsel meliputi wilayah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong.

Pasalnya guyuran hujan selama ini baru sebatas membasahi tanah, belum membuat kedalaman air, apalagi sampai terjadi bah (banjir) tampaknya masih jauh, terlihat sungai-sungai juga masih surut, bahkan kali-kali kecil airnya belum mengalir.

Sebagai contoh "Sungai Aluan" (sebuah kali kecil yang masyarakat setempat menyebutnya sungai) di Kecamatan Batu Benawa HST, yang menjadi pertanda untuk turun ke sawah, air sungai tersebut sampai saat ini belum mengalir.

Padahal  sejak dulu kala atau setidaknya puluhan tahun silam, tanda-tanda petani daerah itu untuk turun ke sawah kalau air Sungai Aluan tersebut sudah dua kali "lancur" (mengalir).

Contoh lain dari keadaan cuaca yang belum menentu, seperti beberapa kawasan Kota Banjarbaru, sumur gali penduduk setempat belum berisi dalam atau masih surut, kendati hujan juga menguyur wilayah yang berjuluk kota idaman tersebut.

Persoalannya selain guyuran hujan yang tidak merata, juga tak begitu lama walau dengan curah lebat, tetapi sekitar dua atau tiga jam kemudian sudah mulai mereda, sehingga air hanya meresap kedalam tanah belum menambah kedalam air sumur.

Sebagaimana pada Senin, 18 November 2019, di atas "kota seribu sungai" Banjarmasin awan mulai menghitam menjelang senja, tapi hujan hanya rintik-rintik atau mengembun, awan hitam pun tak tampak lagi entah dibawa angin kemana.

Pewarta: Sukarli/Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019