PT MRT Jakarta menargetkan bisa mengangkut sebanyak 100.000 penumpang per hari dari yang saat ini 90.000 penumpang per hari atau melampaui target 65.000 penumpang per hari.
“Kita Insya Allah tahun depan ‘ridership’ 100.000 penumpang per hari,” kata Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Muhammad Effendi dalam diskusi yang bertajuk “Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta” di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Jumat.
Effendi mengaku optimistis pihaknya bisa mencapai target tersebut untuk menaikkan 100.000 penumpang tahun depan dengan sejumlah upaya yang dilakukan.
“Menaikkan 100.000 per hari itu kita melihat masih yakin, kendalanya tidak banyak. Insya Allah masih yakin,” ujarnya.
Upaya yang dilakukan, yakni melakukan promosi dan melakukan kerja sama dengan pihak-pihak tertentu agar menarik penumpang untuk naik MRT.
Dia menyebutkan kapasitas maksimal kereta Ratangga Moda Raya Terpadu itu, yakni 173.000 penumpang per hari, namun pihaknya mengaku sulit apabila tidak didukung oleh pemerintah.
Baca juga: MRT dukung Jakarta ramah bersepeda
“Kalau untuk mencapai ke 150.000-an, itu agak susah butuh campur tangan regulasi karena memindahkan orang dari kendaraan pribadi ke transportasi massal itu enggak mudah,” katanya.
Effendi mengatakan pihaknya telah melakukan studi dengan Malaysia di mana operator di Malaysia kesulitan untuk mengajak lebih banyak orang ke kereta sejenis MRT apabila tidak dibantu pemerintah.
“Kami ‘benchmark’ ke beberapa negara, mereka menyampaikan tanpa campur tangan pemerintah enggak jalan. Contoh di Malaysia, dua tahun mencoba berbagai macam program, dia habiskan waktu biaya, naiknya enggak nendang, dari situ kita sampaikan kepada pemerintah dengan dinas terkait, ini juga program bersama, di antaranya mengurangi kemacetan dan polusi,” katanya.
Usulan yang diajukan, di antaranya ketersediaan “park and ride”, kemudian penyesuaian tarif parkir di simpul-simpul transportasi umum, pembangunan trotar yang lebih laik,” katanya.
“Ini sangat membantu karena orang nanti malas (naik kendaraan pribadi), untuk apa macet dan tarif parkirnya juga mahal,” katanya.
Berdasarkan data yang diperoleh MRT, 80 persen polusi disumbang dari asap kendaraan bermotor, warga Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi 76 persen di mana sangat jauh dari prosentase warga yang menggunakan kendaraan umum, yakni 24 persen.
Hanya 16 persen kendaraan umum yang bisa diakses dalam jarak stu kilometer dan Jakarta menempati kota termacet ketiga di dunia.
Pertumbuhan jalan yang hanya 0,01 persen tidak berimbang dengan pertumbuhan rata-rata 8,75 persen.
Kondisi tersebut menyebabkan kerugian secara finansial senilai Rp65 triliun per tahunnya.
Baca juga: Mantan Kepala Basarnas Komisaris Utama baru MRT Jakarta
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019