Festival Dayak Deah di Kampung 10  yang bakal berlangsung  selama sepekan penuh, sejak 25 September-2 Oktober 2019, di Pangelak, Upau, Tabalong ini, tak hanya menjadi apresiasi pelestarian budaya, namun menjadi sebuah upaya mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis wisata.

Potensi kemandirian tersebut, terlihat dari semangat kerja bersama warga sekitar. Lebih dari 300 orang masyarakat adat setempat, berjibaku mewujudkan festival yang kali pertama berlangsung.

Section Head Wilayah 1, pada CSR Department Adaro, Yuri Budhi Sujalmi, disela pembukaan festival mengatakan, beragam potensi kerap muncul dari daerah terpencil. Potensi tersebut, dilirik PT Adaro Indonesia melalui program CSR nya, melalui even budaya sebagai wadah pengembangan.

Baca juga: Keragaman tradisi Dayak Deah di Mesiwah Pare Gumboh

Hal itu, selaras dengan upaya Adaro mengembangkan potensi desa, terlebih yang berada di pelosok.

"Ada fungsi membangkitkan perekonomian masyarakat melalui perhelatan budaya. Ini bisa jadi pintu masuk pariwisata yang berujung pada peningkatan ekonomi masyarakat," katanya.

Mempersiapkan perhelatan tersebut, Yuri menjelaskan, sejumlah masyarakat Adat Dayak Deah, terlebih dahulu diajak melihat langsung gelar budaya yang sudah lebih dulu dikenal khalayak. Misalnya, mereka diajak menyaksikan dari dekat bagaimana pelaksanaan Festival Lembah Harau di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Selain memperkaya wacana, mereka bisa belajar langsung langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan pelaksanaan festival di wilayah adat kampung 10.

"Walaupun masih terlihat sederhana, kedepan tentunya kita berharap ada peningkatan, baik pengunjung maupun kualitas pelaksanaan acara," jelasnya.

Demi mendukung pelaksanaan festival, Adaro terang Yuri, menggelontorkan dana sebesar Rp 100 Juta. Namun, kedepan Yuri juga menegaskan, masyarakat bisa lebih mandiri dalam pelaksanaan kegiatan serupa.

Baca juga: Masyarakat Dayak Deah gelar festival Mesiwah Pare Gumboh

Apresiasi juga tak luput disampaikan Bupati Tabalong, Drs H Anang Syakhfiani MSi. Menurut Anang, perubahan dari gelar budaya menjadi festival, sangat positif. Kerja keras para tokoh adat dan masyarakat, merupakan sebuah upaya bersama yang patut diapresiasi.

Anang juga menambahkan, bukan mustahil festival ini nantinya akan mendunia. "Yang terpenting motivasinya adalah kepentingan bersama, bukan sebaliknya. Dengan begitu, bukan tidak mungkin Festival Dayak Deah Kampung 10 ini, akan mendunia," tegasnya.

Kegiatan yang berlangsung sepekan penuh ini, bakal menyuguhkan beragam kegiatan bertajuk budaya, dari Tari Massal, hingga pembacaan sastra Dayak Deah. Adv.

Baca juga: Ritual Mesiwah Pare Gumboh bukti masih kuatnya budaya gotong royong
Baca juga: Eksotisme rangkaian adat Dayak Deah

Pewarta: .

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019