Barapan Kebo Sumbawa atau Saka Buffalo Race Series Championship 2019 yang ditampilkan pada Festival Moyo 2019 merupakan agenda yang paling menarik dan diminati para wisatawan mancanegara.
"Mereka membanjiri kegiatan Saka Buffalo Race karena menampilkan kombinasi antara story mystic dan sport science," kata Ketua Panitia Saka Buffalo Race Series World Championship 2019 Hendri Sumarto di Sumbawa, dalam keterangan tertulis pada wartawan, Senin (16/9).
Ia mengatakan, barapan kebo (balapan kerbau) yang digelar di Sirkuit Sumer Payung, Karang Dima, Sumbawa, (Minggu (15/9), membuat banyak wisatawan dan komunitas yachter (pemain perahu pesiar berukuran kecil) dari berbagai negara yang masuk dari Australia, menambah waktu tinggal menjadi 6 hari dari rencana awal 4 hari.
"Jadi banyak yachter yang bertahan di perairan Teluk Saleh, karena tertarik balapan kerbau," ujarnya.
Hendri Sumarto menjelaskan, konsep kegiatan seperti ini hanya ada di Sumbawa, NTB.
Baca juga: Peternak menunggu destinasi wisata susur rawa
"Saka Buffalo Race Series selalu ditunggu publik. Sebab, sangat unik dan menarik. Kegiatan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat. Selain Sumbawa, peserta juga datang dari Sumbawa Barat. Apalagi, konsep kegiatan ini kami dorong untuk level dunia. Format kegiatan seperti ini baru ada di Sumbawa. Selain cepat, di sini juga ada akurasi," jelas Hendri.
Kejuaraan ini diikuti 32 tim. Mereka adalah tim terbaik 20 besar dari tingkat desa. Total ada 160 pasang kerbau yang dilibatkan. Mereka bertarung pada 3 kelas berbeda, seperti Saka 3 (Kerbau Kecil), Saka 2 (Kerbau Besar), dan Saka 1. Saka 1 jadi ajang pertarungan tim terbaik dari Saka 3 dan 2. Peserta harus mengumpulkan point terbanyak dari kecepatan dan akurasi.
Baca juga: HSU kembangkan wisata susur rawa
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Sumbawa Iskandar mengakui, pada awalnya para wisatawan asing tersebut berniat ke Nias, tapi akhirnya memilih tinggal lebih lama di Moyo. Pasalnya, mereka sangat tertarik dengan Saka Buffalo Race Series.
"Mereka banyak yang meminta izin tinggal lebih lama. Ada 90 yachter asing yang bertahan, bahkan jumlah mereka yang bergabung akan terus bertambah," terang Iskandar.
Menurut dia, ada beragam aktivitas yang dijalankannya. Beberapa wisman bahkan ikut merasakan sensasi memacu kerbau di arena berlumpur. Mereka menggunakan kerbau pacu milik peserta.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Mereka membanjiri kegiatan Saka Buffalo Race karena menampilkan kombinasi antara story mystic dan sport science," kata Ketua Panitia Saka Buffalo Race Series World Championship 2019 Hendri Sumarto di Sumbawa, dalam keterangan tertulis pada wartawan, Senin (16/9).
Ia mengatakan, barapan kebo (balapan kerbau) yang digelar di Sirkuit Sumer Payung, Karang Dima, Sumbawa, (Minggu (15/9), membuat banyak wisatawan dan komunitas yachter (pemain perahu pesiar berukuran kecil) dari berbagai negara yang masuk dari Australia, menambah waktu tinggal menjadi 6 hari dari rencana awal 4 hari.
"Jadi banyak yachter yang bertahan di perairan Teluk Saleh, karena tertarik balapan kerbau," ujarnya.
Hendri Sumarto menjelaskan, konsep kegiatan seperti ini hanya ada di Sumbawa, NTB.
Baca juga: Peternak menunggu destinasi wisata susur rawa
"Saka Buffalo Race Series selalu ditunggu publik. Sebab, sangat unik dan menarik. Kegiatan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat. Selain Sumbawa, peserta juga datang dari Sumbawa Barat. Apalagi, konsep kegiatan ini kami dorong untuk level dunia. Format kegiatan seperti ini baru ada di Sumbawa. Selain cepat, di sini juga ada akurasi," jelas Hendri.
Kejuaraan ini diikuti 32 tim. Mereka adalah tim terbaik 20 besar dari tingkat desa. Total ada 160 pasang kerbau yang dilibatkan. Mereka bertarung pada 3 kelas berbeda, seperti Saka 3 (Kerbau Kecil), Saka 2 (Kerbau Besar), dan Saka 1. Saka 1 jadi ajang pertarungan tim terbaik dari Saka 3 dan 2. Peserta harus mengumpulkan point terbanyak dari kecepatan dan akurasi.
Baca juga: HSU kembangkan wisata susur rawa
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Sumbawa Iskandar mengakui, pada awalnya para wisatawan asing tersebut berniat ke Nias, tapi akhirnya memilih tinggal lebih lama di Moyo. Pasalnya, mereka sangat tertarik dengan Saka Buffalo Race Series.
"Mereka banyak yang meminta izin tinggal lebih lama. Ada 90 yachter asing yang bertahan, bahkan jumlah mereka yang bergabung akan terus bertambah," terang Iskandar.
Menurut dia, ada beragam aktivitas yang dijalankannya. Beberapa wisman bahkan ikut merasakan sensasi memacu kerbau di arena berlumpur. Mereka menggunakan kerbau pacu milik peserta.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019