Sebuah usaha kerajinan yang terbilang langka yaitu anyaman tanaman bamban (Donax canniformis) masih dilakoni oleh warga Desa Tabuan, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Tim Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin yang melakukan perjalanan ke gua Romeo di Marajai, Halong,  saat melintas di desa Tabuan  melihat seorang ibu beserta keluarganya sedang memproses bahan baku untuk pembuatan tikar tersebut.

Terlihat rumah yang ditinggali ibu dan keluarganya tersebut, dipenuhi bahan bamban yang siap dianyam.
Tikar anyaman bamban, serta proses pengolahannya, merebus (Antaranews Kalsel/Hasan Z)

Sementara di halaman rumahnya, terdapat beberapa kuali besar yang digunakan untuk merebus bahan serat berupa kulit batang tanaman bamban.

Menurut sang ibu, sebelum dianyam, Bamban  harus direbus dulu, kemudian didiamkan lalu dijemur, setelah kering baru bisa dianayam menjadi bakul, tikar, dan alat keperluan lainnya.

Ketika ditanya tentang usaha mengayam bamban yang telah dia lakukan, ibu yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, sudah menekuni kerajinan  anyaman  Bamban tersebut secara turun temurun dan hanya ia yang bertahan mengayam, sementara warga lain sudah lama tak menggeluti usaha tersebut.

Ia tetap bertahan karena masih ada warga yang memesan produk mereka, terutama orang ibukota kecamatan Halong yang selalu memesan tikar.
Tikar anyaman bamban, serta proses pengolahannya, menjamur (Antaranews Kalsel/Hasan Z)

Menurut dia, tikar Bamban memiliki kelebihan dibandingkan dengan tikar purun yaitu lebih awet, dan ketika digunakan untuk tiduran terasa lebih dingin karena tikar ini agak licin dan mengkilat jika kelamaan dipakai, dan bisa bertahan puluhan tahun.

Bahkan, tambah dia, dibandingkan tikar lampit paikat pun tikar Bamban lebih nyaman digunakan untuk alas tidur atau untuk duduk di dalam rumah.

Beberapa kelebihan tersebut, harga satu helai tikar Bamban antara Rp400 ribu hingga Rp600 ribu per lembar, sementara tikar purun antara Rp20 ribu hingga Rp50 ribu per lembar, sedangkan lampit  sekitar Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per lembar.
Tikar anyaman bamban, serta proses pengolahannya, menjamur (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Karena harganya yang cukup mahal,membuat pasar tikar Bamban terus berkurang. Selain itu bahan baku bertupa bamban juga kian berkurang, sehingga sulit melakoni usaha tersebut ditengah keterbatasan itu.
 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019