Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia Amalia Rezeki mengatakan, keadaan darurat iklim kini sudah mulai dirasakan dan memengaruhi kehidupan dalam banyak hal.
Kondisi itu ditandai dengan adanya musim kering yang panjang, banjir, kebakaran hutan hampir melanda seluruh kawasan dipulau Kalimantan dan polusi udara yang membahayakan, yang saat ini sangat dirasakan di provinsi tetangga Kalimantan Tengah.
"Semua itu mengancam kehidupan kita, jika tidak ada upaya pencegahan. Ini darurat dan kita harus bertindak sekarang ", kata Amalia Rezeki melalui rilis yang dikirimkan ke Antara, Selasa.
Menurut dia, kondisi yang kini terjadi, sama seperti yang disampaikan para ilmuwan terkemuka didunia, yang telah memperingatkan bahwa kita memiliki kurang dari 12 tahun untuk mengambil tindakan darurat terhadap perubahan iklim, kita menghadapi ancaman paling buruk terhadap lingkungan lokal maupun global, akibat perubahan iklim dan pemanasan global.
Untuk itulah Amalia Rezeki bersama lembaga konservasi yang dipimpinnya SBI foundation, melalukan aksi nyata dengan kegiatan menanam pohon mangrove, khususnya pohon rambai (Sonneratia caseolaris ) sejak tahun 2014.
Ia dengan masyarakat lokal di kawasan Pulau Curiak - Anjir Muara, kabupaten Barito Kuala - Kalimantan Selatan ( Kalsel ) telah menanam kembali ribuan pohon mangrove.
Mengapa pohon mangrove, karena ekosistem hutan mangrove menyimpan karbon 40% lebih besar daripada hutan tropis lainnya. Kerusakan dan kehilangan hutan mangrove akan memicu pelepasan gas-gas rumah kaca, seperti korbon dioksida dan metan.
Artinya, tambah dia, kerusakan dan kehilangan hutan mangrove, menjadi salah satu faktor pemicu pemanasan global karena meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir.
Disisi lain Amel, panggilan akrab Amalia Rezeki dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat - Banjarmasin ini, sangat mengapresiasi " Gerakan Revolusi Hijau " yang dicanangkan oleh H. Sahbirin Noor Gubernur Kalimantan Selatan.
Dari tahun awal gerakan ada 640 ribu hektare lahan kritis, saat ini tersisa 511 ribu hektare. Pengurangan lahan kritis telah meningkatkan indeks kualitas lingkungan hidup di Kalsel naik.
Dari urutan ke- 25 naik menjadi urutan ke- 19 di Indonesia. Dan tentunya gerakan revolusi hijau ini juga sangat berperan dalam pengurangan pemanasan global.
Amel juga mendapat pelajaran menarik sepulangnya dari kunjungan kebeberapa negara Nordic di Eropa Utara, terutama di Finlandia dan Estonia, dalam rangka kampanye konservasi keragaman hayati dan promosi pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kalsel, yang bulan lalu juga dilakukannya di Australia.
Dimana pemerintah dan rakyatnya sangat peduli terhadap isu lingkungan dan pemanasan global. Di Finlandia dikenal beberapa kawasan yang menjadikan Helsinki ibu kota Finlandia sebagai kota hutan, yang berfungsi sebagai upaya mitigasi pemanasan global.
"Bagaimana rakyat Finlandia mengelola lingkungan. Kumpula Allotment Garden - adalah taman yg dibangun disebuah kawasan pemukiman yg menjadi kawasan hijau di Finlandia," katanya.
Pada kawasan tersebut, masyarakat bisa berkontribusi dalam mitigasi pemanasan global, dengan membangun kawasan pemukimannya yang ramah lingkungan dan menjadikan taman halaman rumahnya, sebagai penyerap karbon. Sebuah inovasi cerdas dan beradab dalam merawat bumi dan ini bisa diterapkan di kota-kota kita.
Secara global dibeberapa negara telah bergabung dalam aksi penyelamatan planet bumi dari ancaman perubahan iklim, dan telah menyatakan keadaan darurat dengan memberikan kontribusi yang penting dan vital untuk mengatasi krisis iklim.
Amel bersama SBI foundation berkomitmen untuk terus berjuang melakukan perbaikan habitat dengan aksi hijaunya dan mengajak semua pemangku kepentingan dinegeri ini.
Untuk mengambil tindakan segera dalam memulihkan planet yang aman dan sehat bagi diri kita dan generasi yang akan datang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kondisi itu ditandai dengan adanya musim kering yang panjang, banjir, kebakaran hutan hampir melanda seluruh kawasan dipulau Kalimantan dan polusi udara yang membahayakan, yang saat ini sangat dirasakan di provinsi tetangga Kalimantan Tengah.
"Semua itu mengancam kehidupan kita, jika tidak ada upaya pencegahan. Ini darurat dan kita harus bertindak sekarang ", kata Amalia Rezeki melalui rilis yang dikirimkan ke Antara, Selasa.
Menurut dia, kondisi yang kini terjadi, sama seperti yang disampaikan para ilmuwan terkemuka didunia, yang telah memperingatkan bahwa kita memiliki kurang dari 12 tahun untuk mengambil tindakan darurat terhadap perubahan iklim, kita menghadapi ancaman paling buruk terhadap lingkungan lokal maupun global, akibat perubahan iklim dan pemanasan global.
Untuk itulah Amalia Rezeki bersama lembaga konservasi yang dipimpinnya SBI foundation, melalukan aksi nyata dengan kegiatan menanam pohon mangrove, khususnya pohon rambai (Sonneratia caseolaris ) sejak tahun 2014.
Ia dengan masyarakat lokal di kawasan Pulau Curiak - Anjir Muara, kabupaten Barito Kuala - Kalimantan Selatan ( Kalsel ) telah menanam kembali ribuan pohon mangrove.
Mengapa pohon mangrove, karena ekosistem hutan mangrove menyimpan karbon 40% lebih besar daripada hutan tropis lainnya. Kerusakan dan kehilangan hutan mangrove akan memicu pelepasan gas-gas rumah kaca, seperti korbon dioksida dan metan.
Artinya, tambah dia, kerusakan dan kehilangan hutan mangrove, menjadi salah satu faktor pemicu pemanasan global karena meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir.
Disisi lain Amel, panggilan akrab Amalia Rezeki dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat - Banjarmasin ini, sangat mengapresiasi " Gerakan Revolusi Hijau " yang dicanangkan oleh H. Sahbirin Noor Gubernur Kalimantan Selatan.
Dari tahun awal gerakan ada 640 ribu hektare lahan kritis, saat ini tersisa 511 ribu hektare. Pengurangan lahan kritis telah meningkatkan indeks kualitas lingkungan hidup di Kalsel naik.
Dari urutan ke- 25 naik menjadi urutan ke- 19 di Indonesia. Dan tentunya gerakan revolusi hijau ini juga sangat berperan dalam pengurangan pemanasan global.
Amel juga mendapat pelajaran menarik sepulangnya dari kunjungan kebeberapa negara Nordic di Eropa Utara, terutama di Finlandia dan Estonia, dalam rangka kampanye konservasi keragaman hayati dan promosi pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kalsel, yang bulan lalu juga dilakukannya di Australia.
Dimana pemerintah dan rakyatnya sangat peduli terhadap isu lingkungan dan pemanasan global. Di Finlandia dikenal beberapa kawasan yang menjadikan Helsinki ibu kota Finlandia sebagai kota hutan, yang berfungsi sebagai upaya mitigasi pemanasan global.
"Bagaimana rakyat Finlandia mengelola lingkungan. Kumpula Allotment Garden - adalah taman yg dibangun disebuah kawasan pemukiman yg menjadi kawasan hijau di Finlandia," katanya.
Pada kawasan tersebut, masyarakat bisa berkontribusi dalam mitigasi pemanasan global, dengan membangun kawasan pemukimannya yang ramah lingkungan dan menjadikan taman halaman rumahnya, sebagai penyerap karbon. Sebuah inovasi cerdas dan beradab dalam merawat bumi dan ini bisa diterapkan di kota-kota kita.
Secara global dibeberapa negara telah bergabung dalam aksi penyelamatan planet bumi dari ancaman perubahan iklim, dan telah menyatakan keadaan darurat dengan memberikan kontribusi yang penting dan vital untuk mengatasi krisis iklim.
Amel bersama SBI foundation berkomitmen untuk terus berjuang melakukan perbaikan habitat dengan aksi hijaunya dan mengajak semua pemangku kepentingan dinegeri ini.
Untuk mengambil tindakan segera dalam memulihkan planet yang aman dan sehat bagi diri kita dan generasi yang akan datang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019