Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan H Abdul Latief Hanafiah berpendapat, nilai perjuangan Angkatan '66 masih relevan untuk diaktualisasikan.
Hal itu disampaikan di Banjarmasin, Senin (7/2), untuk mengenang gugurnya Pahlawan Ampera, Hasanuddin Haji Majedi, 10 Februari 45 tahun silam.
Hasanuddin Haji Majedi gugur saat demonstrasi mahasiswa di Banjarmasin yang menuntut perbaikan negara dan Bangsa Indonesia.
Menurut eksponen Angkatan 66 yang mantan aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, negara dan Bangsa Indonesia sekarang masih perlu perbaikan-perbaikan, guna terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
"Selama cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia belum tercapai atau terwujud, maka menjadi kewajiban kita semua, untuk bersama-sama terus memperjuangkan," lanjut wakil rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Dia mengatakan, dalam sketsa perjuangan Bangsa Indonesia, jangan terlalu mempersoalkan angkatan/dekade, seperti Angkatan '45, '66 atau yang populer disebut Orde Baru (Orba) dan 1998 yang dikenal dengan gerakan reformasi.
"Karena pada prinsipnya nilai-nilai perjuangan dan kejuangan semua angkatan/dekade tersebut sama, yaitu menginginkan negara dan Bangsa Indonesia baik serta maju, sebagaimana harapan atau cita-cita pendahulu pendiri republik ini," katanya.
Selain itu, menuntut keadilan dan kebenaran dalam segala tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan, lanjut putra mantan Menteri Negara Urusan Agraria (1953-1955), M Hanafiah, kelahiran Amuntai, Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel itu.
"Karena itu, keliru kalau menganggap Orde Baru jelek. Sebab Orde Baru sebuah gerakan yang tak beda dengan gerakan reformasi, yang menuntut perbaikan bangsa dan negara, terbebas dari oknum-oknum yang tak bertanggung jawab," katanya.
"Orde Baru itu jadi jelek, karena munculnya kroni-kroni yang mamanfaatkan dengan menyalahgunakan nilai-nilai perjuangan yang ada saat menumpas rezim pemerintahan Orde Lama," katanya.
Pahlawan Ampera Hasanuddin HM, mahasiswa tingkat persiapan (I) Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, merupakan Pahlawan Ampera yang gugur pertama di Indonesia, kemudian baru Arief Rahman Hakim, mahasiswa Universitas Indonesia (UI).
Mahasiwa Fakultas Kedokteran UI Jakarta itu gugur 24 Februari 1966 atau beberapa hari kemudian setelah gugurnya Hasanuddin HM di Banjarmasin.(SHN*C)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011
Hal itu disampaikan di Banjarmasin, Senin (7/2), untuk mengenang gugurnya Pahlawan Ampera, Hasanuddin Haji Majedi, 10 Februari 45 tahun silam.
Hasanuddin Haji Majedi gugur saat demonstrasi mahasiswa di Banjarmasin yang menuntut perbaikan negara dan Bangsa Indonesia.
Menurut eksponen Angkatan 66 yang mantan aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, negara dan Bangsa Indonesia sekarang masih perlu perbaikan-perbaikan, guna terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
"Selama cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia belum tercapai atau terwujud, maka menjadi kewajiban kita semua, untuk bersama-sama terus memperjuangkan," lanjut wakil rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Dia mengatakan, dalam sketsa perjuangan Bangsa Indonesia, jangan terlalu mempersoalkan angkatan/dekade, seperti Angkatan '45, '66 atau yang populer disebut Orde Baru (Orba) dan 1998 yang dikenal dengan gerakan reformasi.
"Karena pada prinsipnya nilai-nilai perjuangan dan kejuangan semua angkatan/dekade tersebut sama, yaitu menginginkan negara dan Bangsa Indonesia baik serta maju, sebagaimana harapan atau cita-cita pendahulu pendiri republik ini," katanya.
Selain itu, menuntut keadilan dan kebenaran dalam segala tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan, lanjut putra mantan Menteri Negara Urusan Agraria (1953-1955), M Hanafiah, kelahiran Amuntai, Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel itu.
"Karena itu, keliru kalau menganggap Orde Baru jelek. Sebab Orde Baru sebuah gerakan yang tak beda dengan gerakan reformasi, yang menuntut perbaikan bangsa dan negara, terbebas dari oknum-oknum yang tak bertanggung jawab," katanya.
"Orde Baru itu jadi jelek, karena munculnya kroni-kroni yang mamanfaatkan dengan menyalahgunakan nilai-nilai perjuangan yang ada saat menumpas rezim pemerintahan Orde Lama," katanya.
Pahlawan Ampera Hasanuddin HM, mahasiswa tingkat persiapan (I) Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, merupakan Pahlawan Ampera yang gugur pertama di Indonesia, kemudian baru Arief Rahman Hakim, mahasiswa Universitas Indonesia (UI).
Mahasiwa Fakultas Kedokteran UI Jakarta itu gugur 24 Februari 1966 atau beberapa hari kemudian setelah gugurnya Hasanuddin HM di Banjarmasin.(SHN*C)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011