Dalam Konsultasi Bilateral RI-Mesir di Kairo, Kamis (27/6), kedua negara menyepakati peningkatan kerja sama ekonomi.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI Desra Percaya sedangkan Asisten Menlu Mesir Urusan Asia dan Kepulauan Pasifik Hani Selim memimpin delegasi Mesir.
Sehari sebelumnya (26/6), telah dilakukan pertemuan teknis persiapan konsultasi bilateral yang melibatkan sejumlah kementerian dan BUMN dari kedua negara.
Dari Indonesia hadir perwakilan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan PT WIKA.
“Ada banyak perkembangan dalam hubungan bilateral RI-Mesir selama 6 tahun terakhir yang perlu dikonsolidasikan. RI-Mesir perlu duduk bersama untuk memetakan dan menyepakati langkah peningkatan kerja sama bilateral antar kedua negara di berbagai bidang, terutama perdagangan dan investasi,” kata Desra dalam keterangan tertulis KBRI Kairo, Jumat.
Sedikitnya terdapat enam bidang kerja sama yang telah disepakati melalui nota kesepahaman (MoU) dan akan segera dapat ditandatangani di bidang pembentukan Sidang Komisi Bersama, pembentukan Komite Perdagangan Bersama (Joint Trade Committee), kerja sama perikanan, kesehatan, energi dan pertahanan.
Desra menerangkan bahwa kedua negara sepakat untuk mendorong peningkatan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi.
Untuk membuka akses pasar bagi produk ekspor kedua negara, Indonesia dan Mesir sepakat untuk membentuk Studi Kelayakan Bersama (Joint Feasibility Studies) yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan pembentukan Perjanjian Perdagangan Preferential (PTA) RI-Mesir.
“Kedua negara merupakan kekuatan ekonomi terbesar di masing-masing kawasan. Indonesia dapat memanfaatkan Mesir sebagai hub untuk mendapatkan akses lebih besar ke Afrika dan Eropa serta Timur Tengah. Sementara Mesir dapat menjadikan Indonesia sebagai hub untuk masuk ke pasar ASEAN,” tutur Desra.
Terkait kerja sama investasi, Desra menyampaikan bahwa Mesir yang sedang menjalankan berbagai proyek pembangunan infrastruktur guna merealisasikan visi 2030, merupakan target potensial bagi outbound investment Indonesia di bidang konstruksi dan transportasi.
“Kita saat ini sedang mendorong BUMN Indonesia seperti PT WIKA dan PT INKA untuk menangkap peluang di Mesir. PT INKA yang ikut dalam kunjungan ke Mesir telah kita pertemukan langsung negara mitra potensialnya di Mesir,” ujar dia.
Selain untuk meninjau perkembangan bilateral antar kedua negara di berbagai bidang, Konsultasi Bilateral RI-Mesir juga membahas berbagai isu regional dan global yang menjadi perhatian bersama, khususnya isu Palestina serta stabilitas dan keamanan kawasan.
Di tengah dinamika kawasan Timur Tengah yang semakin dinamis seperti saat ini, pertemuan bilateral dengan Mesir kali ini merupakan momentum yang sangat penting.
Desra menilai Mesir mempunyai posisi yang krusial dan strategis dalam mengawal stabilitas dan perdamaian di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Beberapa persoalan lain yang menjadi perhatian kedua negara juga dibahas dalam pertemuan tersebut seperti isu-isu kekonsuleran terutama yang menyangkut upaya perlindungan WNI di Mesir.
Terkait hal ini, pemerintah RI telah menyampaikan proposal kepada pihak Mesir untuk menjajaki kembali pembahasan kesepakatan Pemberitahuan Konsuler Wajib (Mandatory Consular Notification/MCN). Sebagai langkah awal, kedua negara sepakat untuk membentuk tim yang akan melakukan dialog kekonsuleran guna membahas isu-isu yang menjadi perhatian bersama.
Indonesia juga menyampaikan berbagai perkembangan di kawasan khususnya pengesahan ASEAN terkait Outlook ASEAN mengenai Indo-Pasifik dan peran ASEAN di Myanmar, serta prioritas Indonesia di DK PBB.
Selain itu, kedua negara juga membahas perkembangan proses perdamaian di Palestina.
“Saat ini Palestina berada di persimpangan jalan, Indonesia akan terus mendukung solusi dua negara sebagai solusi akhir penyelesaian konflik Palestina-Israel”, kata Desra.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Mesir telah terjalin sejak 10 Juni 1947. Mesir adalah negara Arab pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1946.
Mesir merupakan salah satu mitra dagang non-tradisional yang penting dan mitra ekspor nomor 26 bagi Indonesia. Pada 2018, total nilai perdagangan RI-Mesir mencapai 1,10 miliar dolar AS, dimana Indonesia surplus sebesar 893,8 ribu dolar AS.
Warga negara Indonesia di Mesir berjumlah 7.991 orang, dimana 6.229 orang diantaranya adalah mahasiswa dan 463 pekerja sektor informal.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019