Universitas Lambung Mangkurat (ULM) segera merampungkan pembangunan gedung "Teaching Industry" untuk memproduksi tablet "Effervescent Pasak Bumi Borneo" yang pengelolaannya berada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di Banjarbaru tahun ini.
Pemasaran tablet "Pasak Bumi" pun dipercayakan ULM ke PT Kimia Farma Tbk. BUMN farmasi terbesar di Indonesia itu akan menjual produk herbal yang dibuat ULM sembari turut membantu melakukan pengembangan beragam produk lainnya.
"Sekarang tinggal menunggu perjanjian kerja sama dengan Kimia Farma. Saya berharap bisa segera diproduksi tahun ini juga," terang Rektor ULM Prof Dr H Sutarto Hadi di Banjarmasin, Kamis.
Borneo ekstrak akar pasak bumi merupakan produk farmasi bahan alami dengan bahan baku akar pasak bumi khas Pulau Kalimantan menjadi produk herbal unggulan hasil inovasi dosen FMIPA ULM.
Khasiatnya untuk menambah energi serta vitalitas baik pria maupun wanita seperti halnya ginseng asal Korea Selatan. Kedepan diharapkan tak hanya dijadikan jamu tapi menuju Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka.
Sutarto juga ingin akademisi baik mahasiswa maupun dosen yang terlibat dalam produksi tablet "Effervescent Pasak Bumi Borneo" agar dapat mengembangkan bahan baku bersama masyarakat.
Dimana diketahui sementara ini akar pasak bumi hanya diambil langsung dari alam. Sehingga Sutarto ingin bahan baku tetap bisa terus tersedia melalui pengembangan yang dilakukan.
"Yang penting kita bisa membuat inovasi-inovasi yang memberikan manfaat tidak hanya masyarakat tapi bagi kemajuan ULM sendiri," tandasnya.
Adanya industri pengajaran itu sendiri, diharapkan menjadi cikal bakal pengembangan kampus ke arah Entrepreneur University.
Sehingga akademisi ULM tidak hanya melakukan riset saja, tetapi ada produk-produk bisa dikembangkan yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas, termasuk dosen dan mahasiswa.
Adapun untuk dana pembangunan pabrik yang memproduksi pil herbal dari bahan baku akar pasak bumi khas Pulau Kalimantan itu disokong Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti dengan hibah senilai Rp1,5 miliar pada tahun 2018 dan multi tahun untuk membantu peralatan industri.
Sementara Yayasan Haji Maming 69 milik mantan Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming menyumbang Rp900 juta untuk pembangunan awal gedungnya.
Mardani H Maming yang kini jadi salah satu kandidat calon Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), juga telah menyiapkan lahan 5.000 hektar di daerahnya Tanah Bumbu untuk penanaman pasak bumi demi menjaga ketersediaan bahan baku.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Pemasaran tablet "Pasak Bumi" pun dipercayakan ULM ke PT Kimia Farma Tbk. BUMN farmasi terbesar di Indonesia itu akan menjual produk herbal yang dibuat ULM sembari turut membantu melakukan pengembangan beragam produk lainnya.
"Sekarang tinggal menunggu perjanjian kerja sama dengan Kimia Farma. Saya berharap bisa segera diproduksi tahun ini juga," terang Rektor ULM Prof Dr H Sutarto Hadi di Banjarmasin, Kamis.
Borneo ekstrak akar pasak bumi merupakan produk farmasi bahan alami dengan bahan baku akar pasak bumi khas Pulau Kalimantan menjadi produk herbal unggulan hasil inovasi dosen FMIPA ULM.
Khasiatnya untuk menambah energi serta vitalitas baik pria maupun wanita seperti halnya ginseng asal Korea Selatan. Kedepan diharapkan tak hanya dijadikan jamu tapi menuju Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka.
Sutarto juga ingin akademisi baik mahasiswa maupun dosen yang terlibat dalam produksi tablet "Effervescent Pasak Bumi Borneo" agar dapat mengembangkan bahan baku bersama masyarakat.
Dimana diketahui sementara ini akar pasak bumi hanya diambil langsung dari alam. Sehingga Sutarto ingin bahan baku tetap bisa terus tersedia melalui pengembangan yang dilakukan.
"Yang penting kita bisa membuat inovasi-inovasi yang memberikan manfaat tidak hanya masyarakat tapi bagi kemajuan ULM sendiri," tandasnya.
Adanya industri pengajaran itu sendiri, diharapkan menjadi cikal bakal pengembangan kampus ke arah Entrepreneur University.
Sehingga akademisi ULM tidak hanya melakukan riset saja, tetapi ada produk-produk bisa dikembangkan yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas, termasuk dosen dan mahasiswa.
Adapun untuk dana pembangunan pabrik yang memproduksi pil herbal dari bahan baku akar pasak bumi khas Pulau Kalimantan itu disokong Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti dengan hibah senilai Rp1,5 miliar pada tahun 2018 dan multi tahun untuk membantu peralatan industri.
Sementara Yayasan Haji Maming 69 milik mantan Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming menyumbang Rp900 juta untuk pembangunan awal gedungnya.
Mardani H Maming yang kini jadi salah satu kandidat calon Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), juga telah menyiapkan lahan 5.000 hektar di daerahnya Tanah Bumbu untuk penanaman pasak bumi demi menjaga ketersediaan bahan baku.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019