Mantan Menteri LH Ir Sarwono Kusumaatmadja tetap bersemangat dan enerjik walau sudah tak muda lagi, dengan usia sudah 76 tahun.Tak terlihat ada kesan kelelahan walau ikut mencangkul tanah lalu menanam pohon di lahan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, atau Mandiangin Kabupaten Banjar, Kamis.

"Ayu mana lagi yang harus aku tanam" katanya kepada panitia penamaman massal di areal Tahuran Sultan Adam tersebut dalam rangkaian hari keanekaragaman hayati dan hari lingkungan hidup yang diselanggarakan oleh Dinas LH Kabupaten Banjar, yang dikkuti ratusan peserta dari instansi pemerintah, perguruan tinggi, pelajar, dan komunitas.

Lelaki tua yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tersebut memang terlahir di Jakarta, 24 Juli 1943, tetapi semangatnya terhadap pelestarian lingkungan masih tinggi.

Saat berdialog dengan peserta pada acara yang berlangsung di lokasi wisata Mandiangin itu pun suaranya begitu lantang, setiap pertanyaan selalu dijawabnya dengan gamblang tak ada tanda-tanda  sakit dan lainnya. Dia tampak sehat walafiat.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari DKI Jakarta untuk masa bakti 2004-2009 dan pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Persatuan Nasional inipun menantang auden untuk berdebat soal lingkungan. 

Mantan pejabat yang meraih gelar sarjana pada tahun 1974 dari Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung ini dalam dialog tersebut mengakui pembangunan soal lahan gambut keliru sehingga perlu perhatian bersama untuk penggunaan lahan gambut kedepannya.

"Dulu lahan gambut dianggap tak berguna, sehingga oleh pemerintah waktu itu diberikanlah izin secara besar -besaran untuk digunakan sebagai lahan perkebunan sawit," kata Sarwono

Diakuinya waktu itu, sawit mulai dikembangkan di wilayah Provinsi Riau karena sawit dinilai memiliki produksi tinggi dan nilai jual minyak sawit juga tinggi dan menguntungkan, sehingga waktu itu kebun sawit dinilai menjadi pahlawan.

Tetapi seiring perkembangan zaman dimana banyak ahli  dan ilmuan dari berbagai perguruan tinggi di negeri ini mengakajinya, ternyata pemanfaatan lahan gambut untuk sawit tersebut  keliru dan merugikan, khususnya untuk lingkungan.

Oleh karena itu pemerintahan sekarang melakukan langkah berani untuk menyetop perkebunan sawit tersebut secara besar-besaran, karena berbagai pertimbangan tersebut.

Selain pemanfaatan gambut yang keliru juga pemanfaatan lahan mangrov juga dinilai keliru, sehingga waktu itu banyak lahan gambut dan lahan mengrov yang ditawarkan ke investor secara besar-besaran.

Banyak investor yang tertarik mengembangkan kedua lahan tersebut dengan pertimbangan tak bakalan ada konflik dengan masyarakat karena lahan lahan semacam itu bukan untuk lahan hunian.

"Bahkan waktu itu saking dinilai tak bergunanya lahan gambut dan mangrov ada yang meanggap lahan tersebut hanya untuk lokasi jin buang anak," katanya sambil tertawa.

 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019