Banjarmasin (ANTARA) - Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) H Supian HK berpendapat, perjuangan untuk memenuhi tuntutan amanat penderitaan rakyat (Ampera) masih aktual.
"Sebelum terpenuhinya kesejahteraan yang berkeadilan dan keadilan yang berkesejjahteraan perjuangan untuk memenuhi tuntutan Ampera masih aktual," tegas wakil rakyat yang sudah berusia 65 tahun lebih itu di Gambut (sekitar 17 km dari Banjarmasin) menjawab Antara Kalsel, malam Jumat.
Pendapat anggota DPRD Kalsel dua periode itu sehubungan dengan mengenang gugurnya Pahlawan Ampera Hasanuddin bin Haji Madjedi (Hasanuddin HM), mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 10 Februari 57 tahun lalu.
Oleh karenanya, menurut wakil rakyat yang sudah berusia 65 tahun lebih itu, menjadi kewajiban bersama pada pemangku kepentingan memenuhi Ampera tersebut.
"Kalau kita maknai secara lebih mendalam, Ampera tersebut identik dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia," demikian Supian HK.
Pahlawan Ampera Hasanuddin HM, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) yang gugur kena tembakan di depan/dekat Toko Roti Men Sing - Jalan Pangeran Samudera Banjarmasin, 10 Februari 1966.
Ketika itu almarhum memegang sebuah spanduk bertuliskan "Hanya Satu Pilihan, Jadi Bangsa Asing atau Indonesia" bersama kawan-kawan pulang demonstrasi dari Konsolat Republik Rakyat Tjina (RRT/RRC) dari Jalan Pacinan Laut Banjarmasin.
Hasanuddin HM, Pahlawan Ampera pertama di Indonesia, kemudian menyusul Arief Rahman Hakim - mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Jakarta.
Kedua Pahlawan Ampera itu gugur ketika Angkatan 66 bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) berupaya menegakkan keadilan dan kebenaran di Persada Indonesia tercinta dari cengkeraman Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI).