"Nikmat yang kita alami di dunia mungkin hanya satu persen dari nikmat-nikmat yang Allah berikan. Itupun untuk seluruh manusia sejak Nabi Adam," ujar Tamjidnor dalam khutbah sholat jumat di Masjid Hasanuddin HM - Kayu Tangi Banjarmasin.
"Sedangkan sekitar 99 persen atau untuk kesempurnaan nikmat berada di alam akhirat," lanjut khatib di hadapan jamaah masjid yang namanya mengambil nama seorang Pahlawan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) pertama di tanah air Indonesia tersebut.
Ia menerangkan, nikmat hakiki atau yang sempurna di alam akhirat tersebut tak pernah terlihat maupun terpikirkan ketika berada dalam dunia.
Pasalnya kenikmatan yang ada dalam dunia hanya bersifat sementara atau tidak abadi/mata'ulghurur.
Oleh sebab itu, khatib mengajak kaum Muslim atau jamaah Masjid Hasanuddin HM berusaha mengejar kesempurnaan nikmat Allah SWT.
Menurut dia, kesempurnaan nikmat itu pada kesempurnaan iman dan
"Kesempurnaan nikmat itu pada iman dan amal shaleh," demikian Tamjidnor dengan mengutip Al Qur'an Surah Al Bayyinah

Sebagai catatan Hasanuddin Haji Madjedi (HM) mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin yang gugur 10 Februari 1966 ketika kembali/pulang demonstrasi dari Konsolst Republik Rakyat Tjins (RRT=RRC).
Hasanuddin HM Pahlawan Ampera pertama di Indonesia, kemudian menyusul Arief Rahman Hakim - mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Jakarta.
Sebelumnya bernama Mushalla Hasanuddin HM dalam Kampus Unlam Unit I di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin, tapi sehubungan tukar guling dengan Bank Mandiri, berubah menjadi masjid namun tak lagi berada dalam kampus perguruan tinggi negeri pertama di Kalsel tersebut.