Gempa tektonik berkekuatan 4,8 Skala Richter (SR) mengguncang Kota Bula dan sekitarnya, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku pada Selasa, sekitar pukul 01.53 WIT, akan tetapi tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Kepala Stasiun Geofisika Ambon, Sunardi, di Ambon, Selasa pagi, membenarkan bahwa gempa tektonik yang terjadi dengan epsentris 2,8 LS dan 130,44 BT atau tepatnya berlokasi di laut 35 kilometer utara Bula itu, di kedalaman 10 kilometer.
"Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat aktivitas sesar lokal," ujar dia.
Sunardi mengemukakan dampak gempa bumi berdasarkan informasi dari masyarakat dirasakan di Bula II-III MMI.
Di daerah tersebut, guncangan gempa bumi dirasakan oleh banyak orang.
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,”" katanya.
Ia mengatakan hasil monitoring BMKG, belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) .
"Hanya saja , masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Khususnya masyarakat di pesisir pantai karena gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami," kata Sunardi.
Catatan BMKG menunjukkan bahwa Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Pasifik, Indo Australia, dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan. Maluku masuk dalam wilayah yang rentan terhadap gempa karena banyaknya tumpukan lempeng dan patahan.
Daerah-daerah rawan gempa di Maluku, di antaranya bagian tenggara, Pulau Ambon, Seram, dan Buru, sedangkan, pusat patahan di antaranya berada di laut Ambon dan Seram Bagian Barat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kepala Stasiun Geofisika Ambon, Sunardi, di Ambon, Selasa pagi, membenarkan bahwa gempa tektonik yang terjadi dengan epsentris 2,8 LS dan 130,44 BT atau tepatnya berlokasi di laut 35 kilometer utara Bula itu, di kedalaman 10 kilometer.
"Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat aktivitas sesar lokal," ujar dia.
Sunardi mengemukakan dampak gempa bumi berdasarkan informasi dari masyarakat dirasakan di Bula II-III MMI.
Di daerah tersebut, guncangan gempa bumi dirasakan oleh banyak orang.
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,”" katanya.
Ia mengatakan hasil monitoring BMKG, belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) .
"Hanya saja , masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Khususnya masyarakat di pesisir pantai karena gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami," kata Sunardi.
Catatan BMKG menunjukkan bahwa Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Pasifik, Indo Australia, dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan. Maluku masuk dalam wilayah yang rentan terhadap gempa karena banyaknya tumpukan lempeng dan patahan.
Daerah-daerah rawan gempa di Maluku, di antaranya bagian tenggara, Pulau Ambon, Seram, dan Buru, sedangkan, pusat patahan di antaranya berada di laut Ambon dan Seram Bagian Barat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019