Masyarakat Desa Tabudarat Hilir Kecamatan Labuan Amas Selatan (LAS) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel menggelar haul ke-38 Wali Katum atau yang bernama lengkap Muhammad Ramli, Minggu (28/4) malam.
Banyak cerita menarik sebelum pelaksaan haul digelar, yang menurut warga merupakan salah satu karomah atau kelebihan beliau sebagai wali.
Diantaranya adalah foto Wali Katum di sampul buku manaqib (sejarah) yang tidak ikut terbakar saat kejadian kebakaran, Sabtu (27/4) sekitar pukul 04.25 wita di rumah warga bernama Saniah di Desa Jaranih Kecamatan Pandawan.
Walaupun rumahnya yang terbuat dari kayu itu seluruhnya hangus terbakar, foto wali Katum masih utuh dan hanya sisi-sisinya saja yang terbakar.
"Kejadian tersebut membuktikan bahwa wali Katum bukan orang biasa dan mengisyaratkan kepada kita semua warga Bumi Murakata untuk mengenangnya dan berhadir pada haulan ke-38 di Desa Tabudarat," kata Warga Barabai, H Dillah.
Berikutnya adalah cuaca yang mendadak menjadi cerah yang sebelumnya pada pagi hari, Minggu (28/4) hujan turun hingga gerimis sampai sore harinya.
Namun, ketika menjelang gelap, sekitar pukul 16.30 Wita saat jamaah mulai berdatangan ke acara haul, cuaca menjadi cerah, bahkan sempat terlihat matahari berwarna kuning begitu indah, seakan menyapa para jamaah yang mulai membeludak berdatangan.
Suasana disana pun begitu nyaman, tidak panas dan tidak pula dingin. Hingga tidak mengganggu berlangsungnya haul yang saat itu diisi tausiah oleh KH Asmuni atau Guru Danau dan dihadiri ribuan jamaah dari berbagai daerah di Kalimantan.
"Padahal, pada hari Sabtu itu hujan dari pagi begitu lebat dan sampai malam harinya masih gerimis. Berlanjut lagi keesokan harinya pada Minggu juga hujan dan gerimis di Kabupaten HST," ungkap H Dillah.
Namun, sekitar pukul 17.00 wita ketika Dia berangkat bersama jamaah lainnya ke haul wali Katum, cuaca sudah berubah menjadi cerah dan pihaknya pun tidak kehujanan.
"Semoga kejadian seperti ini menjadi hikmah bagi kita semua untuk selalu mencintai para ulama dan para wali," harapnya.
Dari isi manaqib, Wali Katum atau KH Muhammad Ramli mempunyai nama kecil bernama Artum Ali, wafat pada tanggal 24 Juni 1982 M atau bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1402 H pada usia sekitar 70 tahun. Kata Katum diambil dari bahasa Arab yang berarti sembunyi.
Diceritakan, beliau kalau pergi selalu membawa Al qur'an. Apabila berhenti beliau akan membacanya, hingga akhir hayat, Al qur’an tersebut tidak lagi persegi melainkan berbentuk lonjong karena sisi-sisinya sudah habis terkikis lantaran sering dibaca.
Wali Katum juga suka berkhalwat dan uzlah, selama 30 tahun dan waktu khalwat itu, beliau sekeluarga makan cuma satu genggam beras perhari.
Namun, bila ada orang yg memberi beliau lebih dari itu dia menolak dan punya pakaian hanya beberapa saja.
Rumahnya hanya berdinding daun rumbia dan berlantai pelepah rumbia.
Sebagian dari karomah beliau diantaranya, mampu mengetahui barang yang tercecer, tidak kering minyak pada lampu duduk di rumahnya walaupun menyala dari malam hingga siang.
Dia juga mampu mengetahui keadaan orang yang berkunjung, bahkan diceritakan bisa ke mana saja dalam sekejap.
Cerita yang paling pupoler di Masyarakat adalah ketika seseorang jamaah haji dari Hulu Sungai melihat seorang pria di mekah yang berjalan beriringan.
Namun, sambil berinting-inting atau jalan berjingkat-jingkat tanpa terompah (maklum zaman dulu tidak ada sandal jepit). Lalu jamaah haji tersebut bertanya pada pria itu, apakah sedang kepanasan kaki berjalan di padang pasir.
Namun pria itu menjawab tidak. Kemudian ditanyakan siapa namanya dan tinggal dimana, pria misterius itu menyebutkan namanya Muhammad Ramli dan alamatnya di Desa Tabudarat, HST.
Karena merasa kasihan, oleh jamaah haji itu ketika melewati pasar dibelikanlah sepasang Terompah, namun setelah menerima, pria itu menghilang begitu saja.
Setelah selesai menunaikan ibadah haji dan pulang ke kampung halaman, sang jamaah haji tadi teringat dan ingin pergi menemui Muhammad Ramli. Tapi menurut penduduk Desa Tabudarat, bahwa tidak ada warganya yang naik haji tahun itu.
Tapi kalau orang yang bernama Muhammad Ramli memang ada, tapi tidak pergi haji, namun hanya berkhalwat di gubuk persawahan.
Merasa penasaran sang jamaah haji itu lalu minta bawakan ke rumah Muhammad Ramli dan ternyata memang beliaulah yang bertemu dengannya di Mekah.
Sedangkan sepasang terompah yang dia belikan juga terlihat ada digantungkan di dinding rumah Muhammad Ramli.
Sejak saat itulah masyarakat baru mengetahui, bahwa Muhammad Ramli adalah seorang Wali, sehingga beliau diberi gelar 'Wali Katum' atau wali yang tersembunyi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019