Pengamat ekonomi Hisar Sirait mendorong agar pemerintahan yang akan terpilih hasil Pemilu 2019 harus berani berpihak kepada industri-industri manufaktur dalam rangka membangkitkan kembali sektor industri.
"Saya mendorong agar ke depannya pemerintahan yang akan terpilih harus lebih berani lagi memberikan perlindungan atau keberpihakan kepada industri-industri manufaktur yang mampu menghasilkan industrinya yang berorientasi ekspor namun berkonten lokal," ujar Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie tersebut kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, saat ini Indonesia memang diakui oleh berbagai pihak sedang mengalami deindustrialisasi, Kalau bicara deindustrialisasi artinya kemunduran sektor industri manufaktur.
"Lagi-lagi persoalannya adalah mengapa terjadi kemunduran di dalam sektor industri manufaktur, hanya ada dua penyebab, yakni frontier atau kecakapan dalam menghasilkan lebih dari rata-rata produksi manufaktur di dunia, kita tidak pernah sanggup. kenapa bisa terjadi? lagi-lagi faktornya yakni teknologi," katanya.
Hisar menyarankan agar pemerintahan yang akan terpilih lebih banyak lagi membuat kebijakan yang berpihak dan harus berani, karena China juga melakukan hal serupa.
Selain itu dia juga mengusulkan agar konsep infant industry betul-betul diimplementasikan, sebagai upaya membangkitkan kembali sektor industri.
"Konsep infant industry merupakan konsep industri yang diyakini oleh banyak negara untuk bisa mendorong industrinya. Persoalan deindustrialisasi hanya akan bisa dipecahkan, kalau konsep infant industri tersebut betul-betul kita implementasikan," tuturnya.
Sebelumnya Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melaporkan Indonesia dalam 10 tahun terakhir mengalami deindustrialisasi karena kontribusinya pada perekonomian menurun.
Ahli ekonomi dari INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan kontribusi industri pada perekonomian justru sedang turun.
Ia menyebut, dari 26 persen, kontribusi industri manufaktur pada produk domestik bruto (PDB), kini menjadi hanya 20 persen. Kalau deindustrialisasi ini dibiarkan maka serapan tenaga kerja secara nasional bisa kurang optimal.
Dia menyebut, selama bertahun-tahun, Indonesia mengandalkan pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor yang serapan tenaga kerjanya rendah seperti sektor jasa. Selain rendah serapan tenaga kerja, sebaran usaha sektor jasa juga terkonsentrasi di perkotaan. Padahal, lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perdesaan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Saya mendorong agar ke depannya pemerintahan yang akan terpilih harus lebih berani lagi memberikan perlindungan atau keberpihakan kepada industri-industri manufaktur yang mampu menghasilkan industrinya yang berorientasi ekspor namun berkonten lokal," ujar Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie tersebut kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, saat ini Indonesia memang diakui oleh berbagai pihak sedang mengalami deindustrialisasi, Kalau bicara deindustrialisasi artinya kemunduran sektor industri manufaktur.
"Lagi-lagi persoalannya adalah mengapa terjadi kemunduran di dalam sektor industri manufaktur, hanya ada dua penyebab, yakni frontier atau kecakapan dalam menghasilkan lebih dari rata-rata produksi manufaktur di dunia, kita tidak pernah sanggup. kenapa bisa terjadi? lagi-lagi faktornya yakni teknologi," katanya.
Hisar menyarankan agar pemerintahan yang akan terpilih lebih banyak lagi membuat kebijakan yang berpihak dan harus berani, karena China juga melakukan hal serupa.
Selain itu dia juga mengusulkan agar konsep infant industry betul-betul diimplementasikan, sebagai upaya membangkitkan kembali sektor industri.
"Konsep infant industry merupakan konsep industri yang diyakini oleh banyak negara untuk bisa mendorong industrinya. Persoalan deindustrialisasi hanya akan bisa dipecahkan, kalau konsep infant industri tersebut betul-betul kita implementasikan," tuturnya.
Sebelumnya Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melaporkan Indonesia dalam 10 tahun terakhir mengalami deindustrialisasi karena kontribusinya pada perekonomian menurun.
Ahli ekonomi dari INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan kontribusi industri pada perekonomian justru sedang turun.
Ia menyebut, dari 26 persen, kontribusi industri manufaktur pada produk domestik bruto (PDB), kini menjadi hanya 20 persen. Kalau deindustrialisasi ini dibiarkan maka serapan tenaga kerja secara nasional bisa kurang optimal.
Dia menyebut, selama bertahun-tahun, Indonesia mengandalkan pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor yang serapan tenaga kerjanya rendah seperti sektor jasa. Selain rendah serapan tenaga kerja, sebaran usaha sektor jasa juga terkonsentrasi di perkotaan. Padahal, lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perdesaan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019