Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah 39 poin menjadi Rp14.069 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.030 per dolar dipicu alotnya negosiasi dagang antara dua kekuatan ekonomi besar dunia Amerika Serikat dan China.
"Hari ini rupiah melemah disebabkan sentimen negatif dari perang dagang," kata analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta, Kamis.
Negosiator perdagangan utama AS Robert Lighthizer pada Rabu (27/2) malam lalumemutar balik harapan untuk kesepakatan perdagangan besar-besaran dengan China. Ia mengatakan "masih terlalu dini untuk memprediksi hasil" dari negosiasi antara AS dan China.
Ia menyatakan perlu adanya perubahan struktural yang signifikan dari pemerintah China terutama terkait pemaksaan transfer teknologi terhadap perusahaan asal AS yang menjalankan bisnisnya di China. Selain itu, ada permasalah manipulasi kurs untuk mendongkrak kinerja ekspor.
"Negosiasi menurut dia bakal berlangsung alot karena kalau China cuma janji bakal impor barang dari Amerika saja masih dipandang belum cukup. Dan seperti biasa, perang dagang selalu jadi ketakutan buat negara 'emerging market'. Ini yang buat hari ini rupiahnya melemah," ujarnya.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, selain sentimen perang dagang, pelemahan rupiah juga didorong oleh perlambatan ekonomi China yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia.
"Akibat dari sentimen perang dagang, data ekonomi China terus mengalami pelemahan diantaranya turunnya PMI manufaktur bulan ini dibandingkan Januari dan melambatnya aktivitas non manufaktur," ujar Ibrahim.
Nilai tukar (kurs) rupiah pada pagi dibuka melemah Rp14.040 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.040 per dolar AS hingga Rp14.081 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.062 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.004 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi melemah 37 poin
Baca juga: Rupiah Kamis pagi kembali lanjutkan pelemahan
"Hari ini rupiah melemah disebabkan sentimen negatif dari perang dagang," kata analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta, Kamis.
Negosiator perdagangan utama AS Robert Lighthizer pada Rabu (27/2) malam lalumemutar balik harapan untuk kesepakatan perdagangan besar-besaran dengan China. Ia mengatakan "masih terlalu dini untuk memprediksi hasil" dari negosiasi antara AS dan China.
Ia menyatakan perlu adanya perubahan struktural yang signifikan dari pemerintah China terutama terkait pemaksaan transfer teknologi terhadap perusahaan asal AS yang menjalankan bisnisnya di China. Selain itu, ada permasalah manipulasi kurs untuk mendongkrak kinerja ekspor.
"Negosiasi menurut dia bakal berlangsung alot karena kalau China cuma janji bakal impor barang dari Amerika saja masih dipandang belum cukup. Dan seperti biasa, perang dagang selalu jadi ketakutan buat negara 'emerging market'. Ini yang buat hari ini rupiahnya melemah," ujarnya.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, selain sentimen perang dagang, pelemahan rupiah juga didorong oleh perlambatan ekonomi China yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia.
"Akibat dari sentimen perang dagang, data ekonomi China terus mengalami pelemahan diantaranya turunnya PMI manufaktur bulan ini dibandingkan Januari dan melambatnya aktivitas non manufaktur," ujar Ibrahim.
Nilai tukar (kurs) rupiah pada pagi dibuka melemah Rp14.040 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.040 per dolar AS hingga Rp14.081 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.062 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.004 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi melemah 37 poin
Baca juga: Rupiah Kamis pagi kembali lanjutkan pelemahan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019