Tragedi nasional yang membuat gugur sejumlah perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia pada 47 tahun silam, banyak yang tak mengetahui dari kalangan generasi muda atau generasi kini.

Hal itu dikemukakan Ketua Umum Pengurus Wilayah Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB-PII) Kalimantan Selatan, ustadz H Chairani Idris, di Banjarmasin, Minggu, mengenang tragedi nasional (tragnas) 30 September 1965.

Tragnas 47 tahun silam, yang juga merupakan hari berkabung nasional, karena Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G.30 S/PKI) dan selalu diperingati semasa pemerintahan rezin Orde Baru (Orba).

Perwira tinggi TNI yang gugur oleh G 30 S/PKI itu antara lain Jenderal TNI-AD A Yani, Letjen S Parman, Mayjen Soetoejo dan Brigjen Katamso, serta seorang anak tak berdosa, Ade Erma Suriani Nasution.

"Namun beberapa tahun belakangan tak ada lagi peringatan hari berkabung nasional tersebut, sehingga tidak mengherankan kalau generasi muda sekarang tak mengetahuinya dan tidak tahu apa G.30 S/PKI," ujar mantan Ketua Umum Pengurus Wilayah PII Kalsel itu.

"Oleh karena itu, saya kira tidak salah, kalau kita kembali mengenalkan G 30 S/PKI tersebut kepada generasi bangsa, terutama kalangan Pelajar Islam Indonesia (PII) agar selalu mewaspadai gerakan-gerakan baru PKI," demikian Chairani Idris.

Sementara itu, Abdullah, seorang guru di Banjarmasin berpendapat, gerakan teroris di Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir cukup gencar, merupakan pencitraan negatif dari umat Islam.

"Pencitraan negatif tersebut, tidak mustahil sebuah rekayasa yang sistemik dari gerakan komunis dalam hal ini PKI sebagai salah satu upaya balas dendam," ujar guru yang berusia hampir tiga perempat abad itu.

"Dengan rekayasa tersebut umat Islam jadi tersudut dan tak bisa berbuat banyak, sementara orang-orang PKI dengan `wajar atau baju barunya` berhasil memetik keuntungan, menghidupkan kembali ajaran komunis yang anti tuhan itu di Indonesia," demikian Abdullah.

G 30 S/PKI, sebuah gerakan yang didalangi PKI, untuk mengubah dasar negara Republik Indonesia dari Pancasila menjadi Komunis, karenanya mendapat tantangan dari kekuatan umat Islam dan mendapat dukungan TNI-AD

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012